CERITA 8: The Story Begin

3.6K 212 2
                                    

Semuanya bermula dari sini. Dari kesalahan jadwal kuliah yang membuatku mau tidak mau harus membiasakan diri berada di kelas lain. Dengan teman-teman yang tidak seakrab sebelumnya. Dan menerima materi kuliah yang jauh dari bayanganku semula. Tentu saja fakta bahwa aku akan sering satu kelas dengan pemuda bernama Alatas itu tidak turut ketinggalan.

Kelas informatika-2 tidak seramai kelasku. Teman-teman di sini rata-rata lebih tenang. Meski ada satu-dua yang berisik namun mereka tidak mempengaruhi yang lain. Ada beberapa orang yang sudah kukenal, walau begitu, perlu waktu untuk mengakrabkan diri seperti dengan teman-teman di kelas informatika-satu.

Aku hampir bosan.

Salahku juga karena datang sepuluh menit sebelum jam tujuh pagi. Sengaja memilih tempat duduk samping kiri di dekat jendela. Kelas ini berada di lantai empat, sehingga duduk di sini akan memberikan suasana tersendiri, juga pemandangan tersendiri. seperti yang kulakukan lima menit lalu, kupandangi seluruh obyek. Persimpangan jalan menjadi obyek utama yang bisa dilihat beserta orang-orang yang hibuk lalu lalang untuk pergi ke urusan masing-masing. Juga gedung rektorat yang entah apa lagi perlu direnovasi karena menurutku gedung itu sudah lebih dari megah, hingga menutupi bangunan fakultas teknik.

Lima menit itu berlalu dengan meninggalkan rasa kantuk. Gegas aku berniat pergi ke toilet untuk sekadar membasuh muka. Tetapi belum sempat menuju pintu, kulihat seorang dosen berperawakan kecil tinggi menuju kelas ini. kuurungkan niatku dan kembali ke tempat duduk.

Aku tidak begitu tertarik untuk mengamati dosen muda itu karena aku pernah sekali masuk kelasnya di semester dua. Beliau memang tidak begitu galak, tetapi, jangan coba-coba terlambat mengumpullkan tugas atau akan langsung dapat E tanpa tedeng aling-aling. Memang sebaiknya aku harus bersemangat di matakuliah ini jika nilaiku tidak merosot.

Pak Ady, nama dosen itu, mengucapkan salam. Tepat saat ada tiga mahasiswa yang berbondong-bondong datang dengan tampang kikuk karena terlambat. Mereka ikut menjawab salam, dan meminta maaf kepada Pak Ady. Aku hanya mengenal dua diantaranya. Daniar dan Alatas.

Sayangnya aku tidak begitu heran jika dua orang itu terlambat. Terutama Alatas. Akan sangat mengherankan jika pemuda itu bisa datang tepat waktu.

***

"Saya serahkan pembentukan kelompok pada kalian. Kelompok ini adalah kelompok paten hingga kalian mengerjakan tugas akhir semester. Jadi saya harap, pembagiannya akan merata. Sekian dari saya. Terima kasih. Assalamu'alaikum."

Pak Ady menutup kelas tanpa memberikan kami kesempatan untuk bertanya. Yang jelas, pembagian kelompok ini terdiri tiga orang untuk tiap tim. Aku bertanya-tanya akan dapat kelompok siapa. Tetapi kebingunganku pecah saat Daniar menghampiri bangkuku dan menunjukku, dirinya dan Alatas. Aku cukup tahu maksudnya. Dia ingin kami menjadi tim di kelas ini. Itu cukup masuk akal mengingat kami sama-sama mahasiswa yang terdampar di kelas lain. Keuntungan lain jika kami berkelompok juga karena di matakuliah lain kami masih satu kelas, akan mudah untuk berkomunikasi jika ingin kerja kelompok sewaktu-waktu. Tetapi, mereka berdua laki-laki. Walau sangat lazim di lingkungan teknik, tetap saja ini akan membuatku tidak nyaman. Meskipun mereka juga teman sekelas.

Sayanganya kemudahan itu sirna begitu saja. Itu hanya sekadar teori. Minggu berikutnya, aku sangat terkejut dan hampir ingin menyeret Daniar kembali masuk kelas ini.

Aku masih ingat di pekan kedua kelas Mobile System, Daniar tidak hadir. Padahal jelas sekali tugas dari Pak Ady selalu berkelompok. Ini namanya cari mati. Mau tidak mau aku akan mengerjakannya hanya berdua dengan Alatas itu. Ah, tapi aku sendiri tidak yakin dia banyak membantu. Tugas ini hanya teori. Para lelaki seringnya malas mengerjakannya. Dan dugaanku tak pernah meleset.

"Lan, maaf banget ini, aku ada urusan mendadak, nggak apa-apa kalau bagianku nanti saja kukirim via email? Tugasnya dikumpulkan pekan depan, kan?"

"Cuma teori gini, kukerjakan sendiri juga nggak apa-apa, mas. Bikin powerpoint doang belum susah."

Cerita KopiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz