Chapter 1

8K 352 6
                                    

Author's POV

New York, U.S.A.

Tidak seperti hari-hari kemarin, cuaca hari ini bisa dibilang lebih buruk dari yang biasanya. Seorang perempuan dengan pakaian serba hitam, tengah memilih sesuatu disalah satu rak supermarket. Ia kelihatan tidak memiliki niat ingin pulang meskipun warna langit sudah berubah menjadi segelap ampas kopi.

Mengambil salah satu kaleng minuman, ia menoleh kearah pintu supermarket ketika suara dobrakan terdengar sangat keras di telinganya. Pun, dengan begitu, suatu senyum sangat tipis terukir di wajahnya.

"Merunduk, semuanya! Jangan membantah! Cepat!" Teriak salah seorang dari 5 laki-laki yang memakai penutup kepala, menutupi hampir seluruh wajahnya. Pistol, ia todongkan keseluruh penjuru ruangan. Semua pelanggan di supermarket nyaris terbelalak dengan apa yang dibawa si laki-laki. Dan yang diteriaki, pun, menurut, tak terkecuali dengan gadis yang tadi terlihat ingin mengambil sekaleng minuman.

Laki-laki yang lainnya, dengan masih menodongkan pistolnya, mulai berjalan kearah kasir. Ia membuka tasnya, sebelum akhirnya mulai memasukkan nyaris semua uang kedalam sana, beserta beberapa makanan ringan. Sepertinya, takdir berpihak pada kami, batinnya, sementara tangannya masih sibuk memasukkan acak makanan dan minuman.

Katie Ryder Crawford—perempuan yang kita bicarakan sedari tadi—, mulai merangkak pelan menuju salah seorang laki-laki bertopeng yang membelakanginya. Tangan Kate, merogoh saku dalam jaketnya, sangat berhati-hati dalam melakukan tindakan. Dengan gerakan cepat, ia memukul tengkuk si laki-laki dengan sikutnya kemudian mengunci semua gerakannya, meskipun si laki-laki sudah terlanjur pingsan. Kate menodongkan pistol ke kepala pria yang sebelumnya ia lumpuhkan.

"Jatuhkan senjata kalian," katanya sepelan mungkin. Tetapi masih dapat didengar oleh banyak orang karena situasinya benar-benar sepi. Sedangkan, yang disuruh—sekelompok penjahat—tetap berdiri di posisinya masing-masing, melihat Kate dengan tatapan aneh. "Kalian perlu dokter THT? Put your weapons down, assholes."

"Untuk apa kami takut padamu? Bunuh saja dia. Dia memang anggota yang tidak berguna. Kami masih bisa mencari orang yang lain." Salah satu dari mereka tergelak. Kate berusaha untuk menetralkan detak jantungnya ketika benda dingin menyentuh pelipisnya. "Tapi, nyawa harus dibayar dengan nyawa. Orang itu masih termasuk dalam keluarga kami, little bitch."

Kate mengangguk pelan, sangat pelan. Dan, detik itu juga, Katie menyikut perut orang dibelakangnya lalu menunduk dan menembak kaki orang yang ia sikut, tepat ketika terdengar suara pistol yang lain. Perempuan itu menyeringai ketika peluru yang dilepas mengenai orang yang tadi mengejeknya.

"Andrew, tangani yang dua bersama Mike! Aku akan urus yang rambut pirang!"

Andrew Edgar Crawford dan Mike Dengker Crawford, yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri, mengangguk. Pengecualian untuk Mike, ia adalah anak adopsi, yang diambil Charlie Crawford dan Isabelle Crawford dari salah satu panti asuhan. Meskipun begitu, Drew (atau Andrew) dan Kate, masih tetap menganggap Mike sebagai saudara mereka sendiri.

Semua orang yang berada didalam supermarket mulai berteriak-teriak. Kate masih mencoba untuk mengeluarkan mereka semua dari sana sementara ia masih sibuk melawan orang bertubuh besar dihadapannya, satu-satunya orang yang tidak memakai topeng.

"Ada apa, gadis kecil? Kau takut melawanku? Ada apa dengan mereka semua yang mengirim dirimu kemari untuk menangani kami. Itu adalah kesalahan besar. Ini bukan hanya untuk dendam pribadimu, kan?" katanya sombong, Kate mendecak. "Semua ini akan menjadi lebih menyenangkan ketika aku menembaki mereka semua. Bukan begitu?"

"Aku tidak dibayar untuk itu, bodoh. Jadi, tutup mulut kotormu. Kau tidak pantas untuk hidup. You, bastard, Dave," geram Kate, yang dibalas oleh geraman juga oleh Dave Irons—orang bertubuh besar.

Setelahnya, adu tembak menjadi tak terhindarkan. Kate memuntahkan beberapa peluru kearah kepala Dave dan semuanya meleset. Dan, Dave, masih berjalan perlahan kearah Kate yang terus berjalan mundur. Lalu, Kate terpojok. Tidak ada jalan lagi untuk Kate mundur. Jadilah, ia menyandar di dinding dengan pistolnya yang tertodong.

"Lihat dirimu. Kau yakin, hanya aku yang tidak pantas untuk hidup? Aku bisa membunuhmu sekarang juga, seperti orang tuamu, luka tembak. Keren, bukan? Anak dan orang tua memiliki luka yang sama. Kematianmu, seperti sebuah emas untuk kami." Dave tertawa lagi. Tangannya, berada di kanan dan kiri kepala Kate.

"Go to hell."

Kate lagi-lagi merunduk dan meluncur di bawah kaki Dave. Dan tanpa Dave sadari, Kate menembakkan peluru terakhirnya ke punggung Dave, membuat laki-laki itu roboh seketika. Katie memejamkan matanya sejenak, sebelum akhirnya keluar dari supermarket, lalu bersandar pada salah satu dinding toko.

Drew dan Mike yang masih berada didalam, mulai memapah tubuh Dave untuk dibawa ke mobil polisi yang baru saja tiba di tempat.

"Itu akan menjadi hal yang sangat sulit untuknya," gumam Drew, membuat Mike menoleh kearahnya.

"Kenapa tidak kau saja yang mengurusi bajingan tolol ini? Kate masih terlihat belum bisa menerima semuanya. Ini semua terlalu sensitif untuk dirinya. Kau dan aku tahu itu," sahut Mike, kesal.

"Mana aku tahu semuanya akan menjadi seperti ini." Drew memutar bola mata. "Bawa orang ini dulu. Aku baru saja mendapat telepon dari Scott."

Mike hilang keseimbangan ketika Drew melepas pegangannya secara tiba-tiba dan langsung berlari kearah Kate tanpa rasa bersalah. Mike berdecak lumayan keras, lalu memandang wajah Dave sejenak, sebelum memasukkannya kedalam mobil polisi dengan tangan terborgol.

"Dia berulah lagi. Mau sampai kapan ingin masuk, lalu keluar penjara secara berurutan?" Kata Kate ketika ia menyadari kehadiran Drew didekatnya.

Drew menghela nafas pelan, lalu berjalan mendekat kearah Kate, dan meremas kedua pundaknya. "Dengar. Ini adalah jalan yang dipilihnya. Kau tahu, mungkin dia terlalu depresi. Jangan terlalu dipikirkan. Aku yakin, ia akan kembali lagi." Drew tersenyum. "Oh, ya. Scott menyuruh kita untuk datang ke markas. Sekarang."

TO BE CONTINUED!

The Mission [One Direction]Where stories live. Discover now