16. Keracunan (Cinta)

6.3K 606 10
                                    

Perutku masih terasa sangat tidak enak. Rasanya seperti maag tapi lebih parah. Melilit, bergemurucuk, panas, dan lambungku serasa mengerut.

Nonik langsung memasukkan sebotol kecil soda kue tanpa menghaluskannya terlebih dahulu. Padahal sudah diperingatkan oleh Merdi sebelumnya.

Alhasil,
wekarang aku terkapar di kostan.

Semalaman aku panas tinggi, pusing, muntah-muntah, dan demam naik turun. Bahkan setelah tidur dan meminum obat, pagi ini aku masih belum merasa sehat. Aku bahkan tidak sanggup membuka Google untuk sekadar mencari efek samping dari soda kue apabila tertelan secara polos oleh manusia. Memang separah ini atau apa aku tidak tahu.

Yang jelas tadi pagi Nonik menelponku, meminta maaf. Minta maaf atas soda kue yang membuatku terkapar hari ini, dan minta maaf karena aku terpaksa membatalkan janjiku dengan Euis. Tapi menurut kabar darinya, Arum, Rayi dan Gera juga mengalami hal yang sama sepertiku. Masih bagus tidak ada dari kami yang menuntut Nonik. Karena memang selebihnya, muffin buatannya sangat enak. Yang minus hanya itu tadi. Soda kue sial.

Ujungnya aku baru tahu kalau Merdi yang membelikan soda kue itu untuk Nonik. Makanya ia sangat paham dengan keadaan soda kuenya.

Handphoneku berdering. Sekuat tenaga kuraih handphoneku. Panggilan dari Euis. Tak boleh tidak kuangkat.

"Halo..." kataku lirih. Sekuat tenaga.

"Jems? Kamu kenapa? Kok suaranya gitu?"

"Is..aku belom bisa ke tempat kamu ya.. Gak enak badan nih.."

"HAH?? KAMU KENAPA JEEMSS?!!" volume suaranya meningkat secara mendadak, Euis terdengar sangat panik. Bahkan aku tidak punya energi untuk menambah volume suaraku. Mataku berat akibat obat yang barusan kuminum.

"Keracunan soda kue euy, ha ha ha..." tawaku terdengar lemah. Sial, aku tidak suka terdengar lemah.

"KOK BISAAA??! Udah aku ke kostanmu. Tunggu ya!! Stay alive!" telpon dimatikan sepihak, sebelum mampu berbuat apa-apa untuk mencegahnya, efek obat telah membuatku kembali terlelap.


***


Aku membuka mata, ada bau makanan tersebar di dalam kamarku. Aku menoleh, ada semangkuk bubur, dan segelas air. Aku bangun, tubuhku sudah tertutup selimut. Pintu kamar mandi terbuka, aku menengok ke arahnya.

"Euis?" aku memicingkan mataku, efek soda kue ini membuatku bermimpi aneh-aneh juga rupanya. Mungkin setelah ini soda kue harus terdaftar sebagai obat-obatan terlarang juga. Gak usah pake narkoba kalo mau giting, soda kue aja.

"Jems? Kamu kenapa? Udah enakan??" Euis menghampiriku, memegang kening dan leherku. Aku masih saja memicingkan mataku.

"Aduh bangun euy bangun..." aku menggelengkan kepala mencoba menyadarkan diriku sendiri.

"Udah minum susu belom Jems? Nih aku bawain air kelapa, diminum dulu." Euis meminumkan gelas berisi air kelapa ke mulutku. Mataku terbelalak sesaat setelah kuteguk air kelapa itu.

"INI EUIS BENERAN??!!" aku terperanjat dari tempatku.

"Iya atuh emang mau siapa??!!" Euis sedikit kaget karena aku tiba-tiba berteriak.

Jelas aku kaget, bagaimana Euis bisa sampai disini?

Yakin ini bukan mimpi....?

Astaga alam semesta kini aku percaya dengan segala keajaiban yang Kau buat....

"Kamu kenapa bisa sampe sini??!!" aku masih tidak percaya Euis ada di sini. Di kostanku. Di kamarku.

"Aku WA kang Yoyo, terus sama kang Yoyo dikasih nomornya Nonik. Terus dianterin sampe sini." jelas Euis singkat, ia terlihat sangat khawatir. Rupanya masih ada berkah dibalik sebuah bencana.

"Astaga...kirain mimpi...astaga..." aku menggeleng-gelengkan kepala.

"Masih melayang-layang ya Jems? Abisin dulu air kelapanya buat penawar racun." aku meminum air kelapa yang disodorkan Euis sampai habis. Iyalah melayang-layang, emang udah kaya mimpi.

"Kamu udah makan? Pasti belom deh! Makan Jems, biar cepet sembuh." Euis mengambil mangkok berisi bubur, aku sudah tidak berdaya. Hanya bisa bersender pada ujung kasur. Euis mengaduk bubur dengan sendok dan menyodorkannya ke depanku, aku membuka mulutku dengan perlahan. Hebat, jantungku masih punya kekuatan untuk menambah frekuensi detaknya.

"Jems? Masih idup?" Nonik membuka pintu kamarku dengan membawa banyak bungkusan.

"Katab kampret untung gak gua tuntut ke polisi lu!" yak, aku masih punya tenaga untuk mengata-ngatai Nonik yang tiba-tiba muncul.

"Hehe, rupanya lu yang paling parah Jems. Yang lain cuma muntah-muntah doang, hahaha." bisa-bisanya ia tertawa lepas. Aku memelototinya dengan sisa tenagaku.

"Tadi aku janjian sama Nonik di depan kampus terus dianter kesini Jems." Euis menyuapiku lagi.

"Bonca sama yang lain gitu-gitu gua kasih tau cuma pada ketawa-tawa doang, katanya lu kebanyakan uji kesaktian sih!" tutur Nonik. Rasanya aku ingin segera sembuh, agar bisa mendamprat teman-temanku satu per satu.

"Gak bakal juga mereka nyamperin gua buat ngeliat gua masih idup atau apa." kataku lemah, Euis menyuapiku lagi. Sejenak aku sadar, Nonik menatapku sambil berteriak 'cie' sekencang-kencangnya di dalam hatinya. Mengetahui itu, aku berteriak 'kampret' sekencang-kencangnya di dalam hatiku.

"Tadi kamu naik apa sampe kampusku..." tanyaku lemah pada Euis, perutku mulai bereaksi.

"Gojek." Euis melap keringatku dengan handuk kecil. "Udah diem dulu." sambungnya, masih menyuapiku.

"Kayanya abis ini lu muntah lagi deh Jems, air kelapanya bereaksi." kata-kata Nonik seolah mensugestiku. Perutku semakin bereaksi.

"Aduh plis kemaren malem gua udah muntah berapa kali." aku mulai resah karena mulutku semakin pahit rasanya.

"Muntahin dulu aja Jems, yuk ke kamar mandi." Euis berusaha memapahku, tapi aku sudah melesat lebih dulu ke kamar mandi untuk muntah. Untung kamar mandiku ada di dalam kamar. Euis menyusulku ke kamar mandi dan memijit leherku. Kemudian ia membilas muntahanku dan membantuku berdiri. Paradoks, aku diantara bahagia dan malu.

"Enakan kan abis muntah." kata Nonik enteng dan senyum usil, masih duduk di ranjangku sementara Euis membantuku berjalan. Padahal aku sudah merasa enakan. Aku yakin senyum usilnya karena melihat Euis, yang notabene sedang kudekati, dan notabene berbeda kampus denganku justru yang membantu merawatku. Bahkan teman-temanku malah mengira aku sedang uji kesaktian

"Kehed!" ketusku.

"Tenang aja. Besok kalo lu masih gini gua bawa ke dokter Jems."

"GAK MAUU ANJIIRR!"

Tanggal publikasi: 25 Juli 2016
Tanggal penyuntingan: 29 Agustus 2018

Katanya mah JodohWhere stories live. Discover now