Bab 20

7.6K 245 6
                                    

Gaby membuang dirinya keatas ranjang sambil memejamkan mata. Pikiran nya kembali dipenuhi dengan Samuel, tentang permintaan Samuel untuk sama-sama menonton live perform band Bryan. Permintaan yang sangat sulit untuk dipenuhi oleh nya. Dia menghela nafas panjang sambil menutup kepala nya dengan bantal. Kenapa haru serumit ini sih ?? Batin nya.

Terdengar suara mobil masuk ke garasi. Itu pasti Bryan pikir Gaby. Dengan sedikit malas, dia beranjak dari tempat tidur nya dan segera turun ke lantai bawah.
"Loh... blm tidur ? Tumben jam segini masih melek." Bryan melirik jam di tangan nya, tepat jam 22.00
Gaby tidak menggubris pertanyaan Bryan, dia langsung menuju ke dapur dan mengambil air minum. Bryan mengikutinya dari belakang, sambil bersiul kecil. Gaby membalikkan badan nya dan berhadapan dengan Bryan. Dia menatap Bryan dengan lebih seksama. Cakep sih...
Bryan melambaikan tangan nya di depan wajah Gaby dengan bingung.
"Hallo.. kenapa lo ??"
Gaby tersentak dan langsung meneguk minuman yang ada di tangan nya, sambil berjalan menuju meja makan.
"Ada apa sih ? Koq lo aneh gitu." Bryan mengambil kursi dan duduk di depan Gaby.
"Jadwal manggung Band lo di kafe Horisson tiap hari apa aja ?"
"Rabu dan jumat, tumben nanyain." Bryan menatap Gaby dengan penuh selidik.
"Gak apa-apa, cuma nanya doank. Kali aja nanti bisa mampir kesana klo pas ada waktu."
Bryan berfikir sejenak, kemudian tersenyum. "Kalau mau datang boleh aja. Tapi jangan sampai ketahuan klo lo istri gue."
"Gak usah khawatir, gue bisa jaga kalau soal itu." Balas Gaby sambil berpura-pura tersenyum.
"Gue tidur duluan ya. Besok pagi harus latihan lagi di studio." Bryan kemudian berdiri dan pergi meninggalkan Gaby yang masih duduk dengan diam di meja makan.
Good nite Bryan.....

****

"Gab... gaby... bangunn..!!!." Bryan berteriak sambil menggedor pintu Gaby. Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 tapi Gaby belum bangun juga. Biasanya dari jam enam pagi, Gaby sudah bangun dan menyiapkan sarapan di meja. Bryan terus berusaha membangunkan Gaby dengan mengetuk pintunya
TOK..TOK..TOKK...
Tetap tidak ada jawaban.
Bryan berhenti sebentar dan mencoba untuk menelpon ke handphone Gaby. Terdengar suara HP gaby dari dalam kamar, tetapi tidak ada respon juga. Akhirnya Bryan mengambil cara lain, dia segera ke ruangan disebelah kamar Gaby. Ruangan itu punya balkon yang menyambung ke balkon kamar Gaby. Bryan mencoba mengintip dari luar dan mencoba membuka jendela itu. Ternyata berhasil. Jendela kamar Gaby tidak terkunci dari dalam.

"Gaby... " Bryan berteriak kecil dan segera menghampiri Gaby yang masih terbaring diatas tempat tidur. Bryan memegang dahi nya, ternyata Panas. Baju Gaby juga basah oleh keringat. Dengan panik, Bryan segera berlari ke kamar mandi mengambil air dan handuk buat melap keringat Gaby.
"Lo panas banget Gab, ayo kita ke dokter sekarang." Ajak Bryan sambil berusaha mengangkat badan Gaby. Tiba-tiba tangan nya di tahan oleh Gaby. "Please... gue gak mau ke dokter." Gaby menatap Bryan dengan lemah
"Tapi lo demam tinggi Gab. Kalau ada apa-apa gimana ?"
Gaby menggeleng pelan, matanya tetap terpejam menahan sakit. Badan nya gemetaran karena kedinginan. Bryan segera mencari jaket Gaby di lemari dan memakaikan nya.
"Ambilin gue obat aja di kotak P3K. Ini cuma demam biasa."

"Ok. Gue ambilin bentar ya." Bryan segera keluar dari kamar Gaby dan berlari menuruni tangga. Dia panik dan takut bila terjadi sesuatu terhadap Gaby. Bagaimanapun, Gaby sekarang adalah tanggung jawab nya.

"Ayo minum ini dulu."Bryan memberikan obat demam ke Gaby, yang langsung di minum saat itu juga.
"Lo istirahat dulu, gue kebawah bentar buat bikinin lo bubur."
Gaby hanya mengangguk kecil dan mencoba tersenyum. " Thanks Bryan.."
Bryan membalas senyuman Gaby dan langsung keluar dari kamar.

Bryan terpaksa membatalkan latihan nya hari ini. Dia tidak mungkin meninggalkan Gaby sendirian di rumah degan kondisi seperti itu. Untungnya teman-teman nya mau mengerti dan tetap latihan seperti biasa tanpa kehadiran Bryan.

Bryan kembali ke kamar Gaby dengan membawa semangkok bubur ayam yang di buat nya sendiri. Gaby sudah tertidur kembali. Bryan kembali mengecek suhu tubuh Gaby, masih 38° celcius. Masih cukup tinggi, tapi setidak nya tidak seperti tadi pagi yang mencapai 40° celcius.

"Gab, ayo makan dulu bubur nya." Gaby membuka matanya pelan dan melihat semangkok bubur di tangan Bryan.
"Lo bisa duduk kan ? Gue suapin ya." Tanya Bryan dengan khawatir
Gaby mengangguk kecil sambil berusaha untuk duduk. Untuk kali ini, mau tidak mau dia harus menuruti semua perkataan Bryan. Dia terlalu lemah untuk makan sendiri.
Sampai suapan ke empat, akhirnya Gaby berhenti. Dia tidak sanggup lagi untuk makan. "Udahan yaa, gue udah gak bisa makan lagi."
"Tapi lo harus makan yang banyak Gab biar cepat sembuh." Protes Bryan sambil terus memaksa Gaby untuk mengabiskan makanan nya
Gaby menggelengkan kepalanya dan langsung tidur kembali. Mulutnya terasa pahit sehingga tidak ada selera untuk makan lagi. Akhirnya Bryan mengalah dan tidak memaksa nya lagi.
"Nanti siang, harus makan lagi ya. Minimal bisa habis stengah mangkok. Kalau gak, gue terpaksa bakal bawa lo ke rumah sakit." Ancam Bryan
Gaby hanya diam mendengar ancaman Bryan. Dia tidak ada tenaga untuk membalas atau berbicara saat ini.

Hari sudah sore, Bryan masuk kembali ke kamar Gaby dan mengecek bagaimana keadaan nya. Demam nya sudah mulai turun. Syukurlah.. kata Bryan dalam hati.
Gaby masih tertidur pulas, Bryan terus memandangi nya dan tersenyum. Dia cantik kalau lagi tidur seperti ini
HP Gaby yang terletak di atas nakas dekat tempat tidur nya bergetar. Bryan melirik sebentar, kemudian perlahan dia mengambil Hp itu. Bryan berfikir sejenak, apakah dia harus melihat isi sms itu atau tidak. Jujur saja, dia agak sedikit terganggu dengan sikap Gaby beberapa waktu lalu saat mereka pergi makan bersama. Bryan membuka pesan yang masuk.

From : Aga
Beb... koq tadi gak masuk ? Ada quiz di kelasnya bu Erna. Jangan bilang klo lo pergi liburan lagi diam-diam. Tadi Sam ke kelas nyariin lo. Gue bilang lo gak masuk tanpa kabar.Please tlp gue klo ada apa-apa ya.

Aga ?? Bryan mengerutkan dahinya dan berfikir sejenak. Entah kenapa dia merasa kesal membaca sms Aga yang memanggil Gaby dengan sebutan Beb. Sam ?? Siapa lagi sih itu.. kayaknya cowok yang dekat Gaby lumayan banyak. Tiba-tiba feelingnya langsung merasa tidak enak.

Dia melanjutkan membaca sms yang kedua dan kaget ketika melihat nama pengirim sms itu

From : Sam
Gab... lo gak masuk ya ? Lo sakit ?tadi gue nanya alamat lo ke Aga tp dia gak ngasih. Alamat lo dimana, gue kesana ya. Please jangan bikin gue khawatir.

Bryan melirik sebentar ke Gaby yang masih tertidur, dan membaca kembali isi sms dari Sam. Tiba-tiba hatinya terasa seperti terbakar dan ada sedikit perasaan tidak rela Gaby dekat dengan pria yang bernama Aga dan Sam. Gaby sudah menjadi istrinya, dia tidak rela bila ada orang lain yang mendekatinya. Tidak.. ini bukan cinta. Ini hanyaa.... tidak.. mereka sudah menikah, seharusnya Gaby tidak boleh dekat dengan orang lain.

Bryan menghela nafas panjang dan langsung menghapus sms dari Aga dan Sam. Gaby tidak boleh membaca sms ini, pikirnya. Bryan keluar dari kamar Gaby dengan galau. Dia tidak bisa membiarkan kedua orang tadi terus dekat dengan Gaby.





Bab 21 akhirnya terbit juga.. maaf kalau agak lama juga baru update lagi. Ada sedikit kesibukan beberapa hari ini.. hope u like it ^_^

Next bab 22.... mudah2han bisa di update besok yaa..

Please vote or coment bila suka dan bila ada saran untuk cerita ini.
Xoxo...

Fall In Love With YouDonde viven las historias. Descúbrelo ahora