1

31 0 0
                                    

Garis cahaya pudar menembus tirai putih bersamaan dengan suara langkah kaki menaiki anak tangga dengan cepat. perlahan mulai mendekat menjadi semakin cepat dan pintu terbuka.

Laki laki paruh baya lengkap dengan sebuah spatula dan celemek merah muda berdiri diujung pintu menarik napas panjang bersiap untuk...

Bersamaan dengan sebuah tangan kecil terangkat dibalik selimut tebal.

"morning dady" Jasmine terduduk dengan mulut menganga sambil menatap kelangit kamarnya.

"kau tidak tidur lagi?" tanya dady cemas begitu melihat lingkaran hitam di sekitar mata Jasmine. Sudah beberapa hari ini dia mendapati putrinya terbangun dan tidur terlalu larut.

"aku tidur dad, hanya saja aku tidak bermimpi" (artinya : aku tidak tidur sama sekali).

"baiklah" dady menutup pintu.

ada kensunyian dikamar gadis itu, sementara dirinya terus menerus memilah apa yang sedang dipikirkannya. entah apa itu, ia sendiri juga tidak tahu. "mungkin aku terlalu lama libur" ucapnya dalam hati mencoba untuk menghibur diri.


***


"dad, kau melihat kaus kakiku?" teriaknya sambil menuruni anak tangga dengan kaki telanjang. "aku menjemurnya kemarin, apa kau..." kalimatnya terhenti begitu tiba didasar tangga dan melihat ayahnya yang tak kalah panik menyiapkan sarapan untuk mereka berdua diikuti dengan ekspresi prihatin yang tidak bisa ia sembunyikan meskipun selalu menonton kejadian ini selama enam tahun. "ah mungkin aku lupa dimana menjemurnya" ucap Jasmine pelan berbalik hendak naik ke atas.

"ah, aku melipatnya semalam, duduklah akan kuambilkan" balas dad sambil bergegas keluar dari dapur yang sedikit berasap. "dan jangan menyentuh omeletnya ok! Kau bisa keracunan" tambah nya melihat omelet bewarna kehitaman dengan jijik.

Seperti biasa Jasmine akan mengikuti arah tatapan ayahnya ikut prihatin. "aku pasti tidak akan menyentuhnya" balasnya cepat. Ia tidak mengerti kenapa dad tidak pernah bisa membuat omelet yang begitu sederhana dan dari sekian banyak jenis menu sarapan, dad selalu memasak omelet yang tidak pernah jadi, dan ia sendiri juga lelah memikirkannya.

"kau yakin tidak ingin diantar?" ucap dad didepan pagar sambil berusaha membenarkan dasinya.

"ayolah, sekolahku hanya lima belas menit dari sini." Ucap jasmine lagi dan lagi, ya kalimat itu selalu ada setiap pagi setiap ia akan pergi. Selalu sama selama enam tahun terakhir. Entah bagaimana banyak hal yang tidak pernah berubah dan selalu sama setiap harinya tanpa sadar dan tentu saja tidak membosankan sama sekali.

Perjalanan ditutup dengan kecupan dan lambaian gembira hingga Jasmine tidak melihat senyuman itu lagi.

***


Jasmine berjalan sendirian melewati beberapa orang yang sedang menyapu dedaunan berwarna kekuningan musim gugur. Berpuluh puluh meter didepannya matanya tertuju pada orang yang berdiri sambil melambaikan tangan. Jasmine memicingkan mata, mempercepat langkah dan tangannya juga ikut melambai mendekat.

"jasmine!!" Noul menjerit, dan berlari mendekat dengan hati hati agar tidak merusak sepatu barunya. "apa kabar?" tanyanya lanjut dan melompat memeluk Jasmine yang juga ikut membalas.

Jasmine kembali memeluk sahabatnya keturunan korea tersebut. "Noul...., " ia tersenyum lebar mengikuti senyuman Noul yang hangat, wajahnya pun secerah mentari dengan rona merah dipipi. Sedetik kemudian mereka saling melepaskan pelukan.

Noul memperhatikan Jasmine dari kepala hingga kaki bersamaan dengan gelengan prihatin. Untuk orang yang high fashion seperti Noul, wajar jika gadis itu selalu terbelalak prihatin melihat Jasmine yang bahkan tidak pernah membeli ikat rambut.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 13, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DAD, let me deathWhere stories live. Discover now