Prolog

417 117 26
                                    

Sore itu seorang wanita sedang duduk manis di sebuah taman yang tak jauh dari rumahnya. Ia meratapi nasibnya. Selalu dia yang salah bagi keluarganya. Perlahan air matanya jatuh. Pertahanannya runtuh. Ia tak sanggup menanggung beban ini terus menerus. Semua orang tidak tau yang sebenarnya, tapi mengapa selalu ia yang disalahkan?

Seolah olah hidupnya adalah panggung drama dan di sini ia yang menjadi pemeran antagonisnya yang selalu menjadi penyebab masalah. Ia menghapus air matanya dan bergegas untuk meninggalkan taman tersebut dan kembali ke rumah tersebut. Rumah dimana ia selalu menerima penderitaan sama sekali tidak ada kebahagiaan.

Dalam perjalanan masih terbayang bayang ucapan ayahnya. Kejadian tersebut terus saja berputar putar di otaknya. Ia sudah mencoba untuk melupakkanya tapi itu sia-sia, yang ada malah dia tambah mengingat kejadian tersebut secara detail.

Ia menatap rumah yang selama ini ia singgahi, dulu di rumah tersebut ia selalu merasa nyaman. Dulu semua kebahagiaan terpancar dari rumah tersebut. Tapi itu semua hanya dulu. Kini rumah itu sudah tidak sebahagia dulu. Kebahagiaanya telah mati. Mati perlahan bersama jiwanya.

Our HistoryWhere stories live. Discover now