[3] Nembak

89 13 14
                                    

"Eh, nggak bisa gitu lah, Mike. Gila aja. Nggak, nggak, nggak," bantah Tiara. Kepalanya menggeleng tanda tidak setuju.

"Ya nggak bisa gitu juga dong. Harus sportif. Pokoknya harus hari ini, langsung, di kantin."

Tiara menatap ketiga temannya dengan sinis. "Ya kali dah. Kak Calum tuh cowok yang gua sukain dari jaman-jaman mos. Terus gue nembak dia? Di kantin? Harga diri gue gimana, cuy? Gratis?"

Yang dibilang Tiara memang benar. Calum adalah laki-laki pertama yang ia sukai dari zaman mos. Tetapi selama satu setengah tahun ini, Tiara tidak pernah berkomunikasi secara langsung maupun tidak langsung dengan Calum. Alasannya? Gengsi.

"Ya udah, lo tinggal pilih. Nembak dia langsung di kantin, atau nembak dia di grup satu sekolahan yang membernya hampir seribuan itu?" tawar Ashton. Tentu saja Tiara tidak ingin keduanya.

Tiara pun menggelengkan kepalanya lagi. Tidak ingin memilih keduanya. Ia menjadi menyesal telah menjahili temannya yang aneh-aneh.

"Kata gue, mending lo jalanin darenya aja, Ra. Lumayan lagi. Bisa modus. Kak Calum juga jadi tau siapa lo," bujuk Sheryl. Sebenarnya ia hanya menyugestikan Tiara agar menerima darenya. "Belom lagi kalo lo diterima! Bisa pacaran deh. Nggak sia-sia lo nunggu."

Walaupun sedikit tergoda dengan kata-kata "Belom lagi kalo lo diterima! Bisa pacaran deh." dari Sheryl, tetap saja Tiara menggelengkan kepalanya dan meminta dare lain.

"Ah cupu banget sih. Jodohnya Ashton emang," kata Michael mengejek.

"Terserah. Intinya nggak mau. Gila aja."

•••

Sekarang sudah jam sepuluh kurang lima menit. 5 menit lagi bel masuk akan berbunyi. Dan Tiara masih menyiapkan mentalnya untuk menembak Calum.

"5 menit lagi masuk, lho, Ra. Lo nggak nembak sekarang, inget anceman gue," ancam Michael. Benar, Tiara memang diancam oleh Michael sehingga mau tidak mau ia harus menembak kakak kelasnya itu di kantin.

"Gece, Ra! Numpung kantin udah mulai sepi nih."

"Ra, 4 menit lagi bel bunyi."

"Ah, iya iya!"

Tiara pun memandangi Calum yang sedang mengobrol dan sesekali tertawa bersama gerombolannya. Kemudian gerombolannya mulai berdiri dan berjalan ke luar kantin. Tiara pun panik saat melihat Calum dan Luke yang ikut berdiri dan teringat akan ancaman Michael.

"3 menit."

Menarik nafas dalam-dalam, Tiara pun berjalan cepat mendekati Calum sambil menguatkan dirinya yang sebenarnya nahan BAB.

"Kak Calum!" katanya. Tangannya menghadang Calum agar berhenti berjalan.

"Eh, Tiara ya? Kenapa?" kata Luke yang ternyata mengetahui Tiara. Mengapa bukan Calum?

Gue tinggal nembak. Ditolak. Bilang dare. Udah selesai. Ok.

"Kak Calum." Tiara mengambil nafasnya panjang-panjang.

"Ya?"

"Mau jadi pacar aku?"

Luke menatap Tiara aneh. Begitu juga Calum.

Anjing lo, Mike. Anjing lo, Ashton. Anjing lo, Sheryl. Fix, gue nggak mau ikutan game bego kayak tadi.

"Lo serius, Tiara?" kata Luke lagi. Jambulnya bergoyang-goyang karena kepalanya selalu menatap Tiara dan Calum bergantian.

"I-iya, kak," katanya. "Kalo ditolak juga nggak apa-apa."

Aduh, gece kek tolak. Pengen eek gue. Mana kak Calum ganteng banget lagi. Ah.

"Hm, nggak ditolak kok," kata Calum yang membuat Tiara membesarkan matanya dan mendongak.

"Hah?"

•••

Halooo! Makasih banyak ya buat yang udah vote dan comment. Seneng liatnya walaupun belum banyak.
Buat sider, nongol dong. Aku tuh sebenernya nggak suka kamu, tapi kamu baca cerita aku jadinya aku suka juga. Apalagi kalo vomments, makin cintak deh dd.
Maaf banget ya kalo garing. Maklum baru pertama kali nulis.
Trimakasyi!


Forced [cth]Where stories live. Discover now