Lelaki Tiang Bangunan

59.3K 5.5K 902
                                    

Gigi membuka pintu lemari dan meraih baju dari susunan pakaian lalu memakainya dengan asal. Ia tidak punya banyak waktu lagi untuk mengejar mama dan papanya yang sudah setengah perjalanan menuju rumah Bu Mila----Mamanya Varco.

Demi roh dalam jasadnya, Gigi bisa mencium bau 'tidak beres' dari pertemuan ini. Berkaca pada tokoh-tokoh perempuan di dalam novel yang sering kali dia baca, dia tau dengan jelas ada tujuan lain yang tentu saja tidak menyenangkan dari pertemuan kedua keluarga ini. Firasatnya mengatakan dirinya dalam bahaya dan masa depannya terancam oleh pertemuan terselubung dua keluarga itu yang berlindung di balik alasan 'makan malam biasa' ini.

Halaaaah ... siapa yang tidak tau isi otak emak-emak yang ketakutan dan gelisah saat anak perempuan bungsunya---yang bongsor dan berotot---25 tahun---belum menikah---tidak pernah pacaran, tidak laku dan menjadi barang rongsokan di rumah?

Ya kali Mifta sudi miara anak gadis rongsokan kayak gitu. Wajar saja jika wanita itu membuang jaringnya untuk menjala laki-laki yang sudi menerima anaknya. Setidaknya dia berusaha dulu, kalau ditolak ya udah, Gigi disiram air keras ajah buat disimpan ke dalam karton bekas pembungkus lemari es.

"Ka Arkaaaaan." Teriak Gigi dari kamarnya. Bunyi gaduh kemudian terdengar bersama jeritan dan umpatan. "Sialaaaan siapa yang numpahin air di lantai kamarku siiih."

Arkan yang sedang main PS di kamarnya berdiri dan setengah berlari ke luar, ia menghampiri Gigi di kamar gadis itu. Begitu membuka pintu tanpa ijin, dilihatnya Gigi duduk di lantai sembari mengusap lutut.

"Ka Arkan yang numpahin air ini yah di kamarku!?" Tuduh Gigi seenak jidat. "Aku stengah salto loh barusan, kepalaku hampir kejedot meja rias." lapor gadis itu.

Arkan berdecak. Matanya berotasi satu putaran. "Air ketuban kamu pecah kali." Ledek lelaki itu menunjuk perut adiknya yang agak membuncit seperti orang hamil.

"Kaca mobilmu yang abis ini akan pecah!" Ancam Gigi.

Tertawa, Arkan menggerakan bibirnya dengan gaya berlebihan meniru-niru gaya bicara Gigi. "Lagian salto ajah pake bilang-bilang. Trus kaka harus ngasih kamu perunggu?"

Tuhan tolong, laki-laki ini ... siapa yang berakin ke dunia sih? Gigi tidak yakin mereka pernah nongkrong di dalam rahim yang sama. Sifatnya begini amat? Apa jangan-jangan masih saudaraan dengan Farhat Abbas yah? Mulutnya jago ngeyel. Bibirnya itu aaaah minta digosok pake minyak GPU.

Pantasan saja sampai umur nyaris menyentuh kepala tiga ini, tidak ada perempuan yang sudi menikah dengannya. Kelakuan kayak gini dipiara sih. Ya Tuhan... apa Gigi tukar saja Kak Arkan dengan sebungkus nasi uduk biar lebih barokah dan mengenyangkan?

"Rambut kamu tuh," Arkan menunjuk rambut Gigi yang masih basah dan menetes-netes bahkan membasahi kaos pada bagian punggung gadis itu.

"Tck!" Gigi berdiri, meraih handuk dan mengeringkan rambutnya asal. Ia meraih sisir di meja rias dan menyisir rambut panjangnya dengan kilat. "Anterin aku ke rumahnya Bu Mila, yah, Kak?"

"Hah? Ngapain?

"Aku mau gagalin rencana mereka. Aku yakin mama sama Bu Mila lagi rencanain sesuatu deh, aku ngeri Kak kalo sampe di jodohin sama anak mereka yang ...," ia mengingat-ingat, "Siapa Kak?"

Mata Arkan terputar malas. "Dijodohkan? Beuwh lebay kamu! Main sinetron ajah sana kamu! Sinetron hisab kubur." Cibir lelaki itu. "Udah deh, gak usah pura-pura lupa. Namanya udah kamu sebut tiap hari, orangnya sampe di mimpiin segala, sok-sokan lupa lagi!" Lanjut lelaki itu, meledek.

Gigi melepas karbondioksida dari paru-parunya dengan gaya dramatis. "Hmm iyee iyeee... Varco - Varco si Kokooo." Ucapnya setengah tidak ikhlas.

Arkan mengangkat telunjuknya ke udara dengan seringai menggoda. "Nah, gitu dong, nama calon laki mesti diinget, Gi." Ujarnya menggoda Gigi. "Gimana kalo malam pertama nanti? mau manggil-manggil apa nanti kalo kamu lupa nama dia. Masa yah,  kamu harus teriak ; Ouhhhh Hamba Allah... Please Harder, gitu?"

Gigi KokoWhere stories live. Discover now