9.Honeymoon : first step

64.2K 1.7K 18
                                    

Kika menyerah dan akhirnya mengikuti kemauan Bintang yang ingin liburan. Meski akhirnya cuma main di pantai dekat hotel.

"Ka, ingat nggak dulu kamu pernah bilang mau ke pantai" kata Bintang. Laki-laki itu duduk di atas pasir. Tidak mengindahkan orang-orang yang melihatnya aneh. Seorang laki-laki dewasa dengan cueknya bermain pasir di pinggir pantai.

Kika hanya berdiri di sampingnya. Matanya memandang jauh ke arah lautan lepas.

Saat masih kecil dulu papanya sangat sibuk. Jangankan jalan-jalan, bertemu saja jarang. Sedangkan ibu tirinya tidak berani membawanya kemana-mana tanpa Papa. Bukan hanya itu. Bahkan Kika tidak pernah diizinkan untuk mengikuti field trip sekolah.

"Iya Bi. Baru pas gue kuliah gue akhirnya ke pantai." Sahutan Kika membuat Bintang menoleh. Dahinya berkerut bingung.

"Kamu masih nggak boleh pergi-pergi jauh?" Kika mengangguk. "Dan kamu mau ke Jepang?" Bintang bangkit. Ia menepuk-nepuk pasir yang menempel di celananya. "Aku nggak pernah tau kamu punya adik Ka. Sejak kapan? Dan kenapa kemarin dia nggak datang pas kita nikahan?" laki-laki itu melangkah mendekat dengan pantai. Kakinya sekarang sudah basah terkena air laut. Kika mengikuti di belakangnya. Ie mengedikkan bahu.

"andra itu anaknya Mama sama suami sebelumnya. Mantan suaminya itu yg dapet hak asuh andra tapi dia meninggal. Terus akhirnya Andra diambil lagi sama Mama. Jadi sekarang kami satu keluarga" katanya. "Pokoknya aku akan ke Jepang apapun yang terjadi. Mau kamu atau siapapun menentang pokoknya aku mau kesana ketemu Andra"

Bintang berhenti menendang-nendang riak ombak. Dia berbalik menghadap Kika yang pandangannya seperti menerawang.

"Aku nggak bilang akan menentang kamu Ka" katanya. "Tapi aku akan ikut"

"Hah?" reaksi Kika itu membuat Bintang berdecak.

"Ck. Ya kamu pikir aja. Meskipun dia adik tiri kamu, tetap aja kalian nggak ada ikatan darah sedikitpun. Kamu pikir aku bakalan rela kamu di negeri orang berduaan sama laki-laki lain?" katanya sedikit kesal.

Diluar dugaan, Kika malah tertawa.

"Mau gimanapun hubungan kami di kepalamu Bi, kami Cuma adik kakak. Nggak lebih dan nggak kurang" katanya. "Udahan yuk. Tadi Papa kamu SMS supirnya udah mau kesini."

Meski belum puas dan masih ingin mengorek lebih jauh tentang hubungan istrinya dengan adik iparnya itu, Bintang menurut dan mengekor di belakang Kika yang sudah meninggalkannya menuju hotel.

Entahlah. Ia enggan mengakuinya tapi perasaannya mengatakan hubungan mereka lebih dekat dari yang barusan dikatakan Kika. Apa katanya? Sekedar adik kakak?

Yang benar saja.

***

"Ka, kalau boleh tau, kenapa kamu setuju buat nikah sama aku? Padahal kan kamu ngiranya aku itu kakak kelas kamu yg brengsek itu" tanya Bintang saat ia dan istrinya sudah berada dalam mobil. Supir keluarganya dikirim langsung ke Bali untuk mengantarnya ke bandara. Entahlah.

Sejak dulu keluarganya memang kelewat lebay dalam menjaganya. Ia akan memastikan untuk kedepannya nanti tidak akan ada yg seperti ini lagi. Harga dirinya sebagai suami akan rusak kalau sampai Kika menyadari ia masih diantar jemput oleh supir.Hey! ia juga bisa mengendarai mobil sendiri!

"Hmm.." Kika yg tadinya melihat pemandangan diluar akhirnya menoleh. Ia menimbang-nimbang. Mungkin belum saatnya ia memberitahu Bintang. Atau siapapun. Soal kesepakatannya dengan adiknya. Jadi ia menjawab sekenanya saja. "Papa berisik banget tiap hari menerorku. Nggak di rumah, nggak di rumah sakit. Aku capek" Bintang manggut2 mendengarnya.

"Oh ya Ka. Nanti kamu tinggal di apartemenku kan?" Sekarang Kika menatap suaminya geli. Sejak ia sudah berbaikan dan meluruskan kesalahpahaman antara mereka, Bintang jadi banyak bicara. Dan bertanya. Kika jadi merasa sebelumnya jahat sekali ia selalu jutek dan mengabaikan Bintang.

"Iya Bi iyaaa. Memangnya kamu mau tinggal sama keluargaku?" Kika balas bertanya sambil tertawa geli.

"Nggak masalah. Sebenernya dimanapun nggak masalah asalkan sama kamu Ka" pardon? Kika merasa salah dengar karena baru saja ia merasa Bintang seperti berkata gombal. Dan Kika juga merasa ada yg salah dengan dirinya karena mendadak palpitasi mendengarnya.

"Kalo gitu di apartemen kamu aja deh Bi. Kalau d rumahku pasti Papa bakalan berisik lagi nanya kapan dia nimang cucu" Kika merasa ia salah jawab ketika Bintang menatapnya diam. Lalu bertanya.

"Memangnya kamu nggak mau punya anak?"

Wanita macam apa yg nggak ingin jadi ibu? Semua perempuan pasti ingin. Termasuk Kika.

Tapi tidak sekarang. Dan tidak bersama Bintang. Maksudnya, Bintang kan tidak mencintainya? Kika juga meski tidak membenci suaminya tapi tidak cinta juga. Bagaimana mungkin ia bisa memiliki anak dengan laki-laki yg tidak mencintai dan dicintainya?

Meski sebenarnya yg Kika maksud adalah bagaimana mungkin mereka bisa berhubungan itu kalau tidak karena cinta?

lagipula, memang kapan dirinya pernah jatuh cinta? bahkan ia mungkin tidak akan menyadari jika kelak ia benar-benar mencintai seseorang.

"Ng.. Kita kan baru reuni ya Bi. Kita.. kita juga lagi sibuk-sibuknya kan. Aku juga.. baru selesai internship. jadi.. kupikir.. ng.. untuk hubungan yang seperti itu.. mungkin kita nggak usah dulu" Mendengarnya, mulut Bintang nyaris menganga. apa katanya? Ia yakin ia tidak akan mati kalau sampai ia tidak melakukan itu. tapi bagaimanapun ia kan laki-laki normal? ada kalanya ia tidak bisa menahan diri. apalagi dengan kebiasaan defenseless Kika saat tidur. laki-laki normal mana yang sanggup bertahan?

Tapi Bintang juga ingin menghargai Kika. Menghargai istrinya itu atas segala pendapatnya.

Dan benar juga apa kata Kika. Mereka baru reuni dan belum saling mencintai.

Persetan dengan cinta! Badan sama cinta itu dua hal yg berbeda! Bintang ingin menabok dirinya sendiri begitu pikiran itu melintas di kepalanya.

"La- lagipula!" Bintang tidak menyadari Kika yg gelisah menyusun kata-katanya. Ia menunggu gadis itu menyelesaikan ucapannya.

Kika menggigit bibir sebelum melanjutkan.

"Ki- kita.. aku dan kamu Bi, kita nggak saling mencintai" di wajah Kika terdapat semburat merah yang menandakan gadis itu malu setengah mati mengatakan kalimatnya. "Ka- kamu juga. Kenapa kamu nikah sama aku padahal kamu nggak mencintaiku?" Lanjutnya berusaha mengalihkan topik.

Bintang menyandarkan punggungnya dengan wajah yg masih menghadap Kika.

"Papa dan mamaku nggak ada yg senang dengan semua mantan pacarku. Tapi mereka malah senang pas liat kamu kerja di rs. Dan ternyata kamu anaknya Om Roni. Tetangga jaman dulu. Aku juga nggak ambil pusing karena toh kemarin lg nggak pacaran jadi aku iyain aja. Apalagi pas tau kalo kamu calonnya" katanya.

Lalu hening. Tidak ada lagi yg bicara. Mereka sampai di bandara ngurah rai dan segera check in dalam diam.

Begitu duduk di pesawat, Bintang akhirnya bicara.

"Putri Mayang Cantika, wanna be my girlfriend?"

Kika yakin ia salah dengar. Jadi ia hanya bertanya apa? Dan dibalas dengan Bintang mengangkat bahu.

"Kamu benar Ka. Kita nikah bukan karena cinta. Tapi aku nggak pernah ada rencana buat cerai dan nikah lagi. Jadi aku pikir mungkin kita bisa pacaran dulu buat sementara? Sampai kita benar-benar yakin kalau saling cinta, baru kita jalanin pernikahan yg sebenarnya"

Penuturan itu membuat Kika melongo. Aneh sekali pola pikir teman masa kecilnya itu. Tapi idenya tidak buruk juga. Pacaran setelah menikah. Lagipula ia juga tidak pernah ingin menyandang status janda. Apalagi kalau pisah karena cerai.

"Okay" jawabnya. "Aku bakal jadi pacar kamu sampai kamu bilang kamu cinta sama aku"

***
Palpitasi : istilah medis untuk denyut jantung tidak teratur, terlalu kuat atau memiliki kecepatan abnormal.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang