Chapter 3. Sebenarnya Sudah Biasa Begini

27.1K 2.6K 314
                                    

            Theo masih bekerja seperti biasa. Tetapi sekarang ada yang berbeda. Theo merangkap pekerjaan sebagai barista juga. Meski tidak ada hubungannya dengan bir, namun pelanggan yang tidak ingin minum bir bisa memesan minuman lain. Sekarang kopi masuk dalam menu mereka. Managernya juga jatuh cinta sekali dengan kopi buatan Theo. Kalau tidak ada yang memesan kopi, Theo akan melayani pelanggan agar kemampuan bahasa Jepangnya meningkat. Dia sudah hafal huruf Hiragana dan Katakana. Namun akhir-akhir ini Theo kesal sekali. Semua orang memanggilnya dengan nama itu.

Theo-chan.

Theo benci panggilan itu, tetapi dia tidak bisa protes lebih jauh lagi. Ia hanya perlu mendengarkan saja, tidak perlu marah. Biarkan mereka berekspresi sesukanya. Lagipula Theo sendiri sudah nyaman di tempat kerjanya kali ini.

Pagi dia gunakan untuk tidur. Sarapan dia lakukan siang hari. Sore les bahasa Jepang, lalu malam bekerja. Selalu seperti itu. Setidaknya dia bersyukur. Dulu ada teman kerjanya yang kuliah dan berjualan kosmetik, lalu bekerja jadi waiter ketika malam. Temannya itu masih betah dan bertahan hidup. Jadi, tidak ada alasan untuk mengeluh bagi Theo. Dia juga tidak mau merepotkan ibunya.

"Theo-chan, kopi!" Tiap kali ada yang berbicara seperti itu padanya, Theo selalu tersenyum. Wajahnya tampak lebih hidup dibanding sebelumnya. Theo akan melangkah ke counter, lalu mulai mengerjakan pesanan.

Banyak pelanggan yang datang ke club malam hanya untuk memesan kopi buatan Theo. Awalnya Theo tidak tahu kalau kopinya seterkenal itu, tetapi akhirnya dia tahu dari siapa isu itu berasal. Taiga merupakan tokoh yang lumayan terkenal di youtube. Dia pernah merekomendasikan kopi buatan Theo di videonya. Theo tahu itu dari salah satu rekannya.

"Taiga-san itu terkenal sekali, Theo. Kamu beruntung..."

Tetapi Theo tidak merasa seperti itu. Meski dia mencoba berpikir positif. Ingat, tidak... semakin banyak pelanggan, maka semakin untung. Lelaki kriwil itu juga jadi pusat perhatian sekarang. Logat jepangnya tidak terlalu bagus, jadi dia menjawab seadanya. Orang-orang senang sekali mengajari Theo bicara dengan bahasa Jepang.

"Theo-chan, katakan 'Kimi ga suki de' lalu gunakan tanda cinta-cinta di kepala!" Lihat, para wanita itu kembali memerintahkannya. Meskipun terkadang Theo tidak mengerti logat mereka ketika menggunakan bahasa Inggris, namun managernya tetap tidak ingin membantu.

Theo menyerah dan menuruti saja apa yang diinginkan oleh para wanita itu. Mereka menyebalkan terkadang. Mereka bicara dengan bahasa Jepang, lalu mulai bergosip tentangnya di depan lelaki kriwil itu. Jelas saja Theo kesal. Dia dijadikan topik pembicaraan, tetapi dia tidak mengerti sama sekali.

Hanya satu kata yang Theo mengerti.

Kawaii.

Kosakata paling menyebalkan kalau disematkan untuknya. Kenapa mereka tidak mengatakan tampan dan sejenisnya? Theo lelaki, pasti bangga sekali ketika dipuji tampan. Bukannya imut, manis dan sejenisnya.

Hari ini ada yang aneh. Seharusnya Ryu dan gerombolan Yakuzanya datang. Hari ini Rabu. Mereka sudah biasa datang ketika jam segini. Minggu kemarin mereka tidak datang. Theo curiga. Mereka jarang berkunjung ke club lagi. Itu artinya, pemasukannya juga berkurang sejak minggu kemarin.

Theo tidak terlalu fokus dengan uang, tetapi... dia penasaran juga pada akhirnya. Dia melangkah menghampiri managernya untuk bertanya soal ini. Sebenarnya dia biasa saja. Tidak merasa terbebani dan sejenisnya. Juga tidak merindukan lelaki pemimpin Yakuza itu. Meski Theo pernah googling tentang Yakuza dan sejenisnya dan mengetahui fakta kalau Yakuza identik dengan tatoo, dia tidak pernah melihat tatoo di tubuh Ryu. Theo menyimpulkan kalau tatoo lelaki itu pasti ada di punggung dan tersembunyi.

Secret Of YakuzaWhere stories live. Discover now