Chapter 4. Sebenarnya Tidak Begitu

26.3K 2.5K 245
                                    

            Sejak kejadian kemarin, Theo sudah tidak pernah bertemu dengan Ryu lagi. Dia takut sekali. Meski dia tahu dari awal kalau Ryu sudah begitu sejak lahir mungkin, tetapi... ketika kebenaran terkuak di depan matanya langsung, Theo sudah berada di ambang batas keberanian. Dia trauma. Intensitas pertemuannya dengan Ryu tidak sesering dulu. Karena... Ryu juga jarang berkunjung lagi ke tempatnya.

"Kalian kenapa lagi?" Managernya paham kalau keduanya berubah. Alis Theo bertautan.

Akhir-akhir ini Theo kesal sekali dengan managernya. Takazumi senang sekali bertanya soal hubungannya dengan Ryu. Padahal setahu Theo, tidak ada hal yang perlu dibahas soal hubungannya dan Ryu. Dia tidak memiliki hubungan apapun dengan Ryu.

"Kenapa? Ada apa dengan 'kenapa'?" Theo balas bertanya, sok tidak tahu.

Sang manager tersenyum miris, lantas menepuk bahu Theo sekilas. Sejujurnya, manager paruh baya itu tahu kalau kedua lelaki sebaya tersebut pernah mengobrol. Bahkan kalau matanya tidak salah lihat, waktu itu Ryu tersenyum lebar sekali. Juga... tertawa.

Pemandangan yang paling langka menurut si manager, karena selama sekian tahun dia mengenal Ryu... baru kali itulah dia melihat Ryu bisa berekspresi seperti itu. Bahkan meski Takazumi mengeluarkan pegawai terbaiknya untuk melayani Ryu, lelaki pewaris salah satu klan besar dan berpengaru tersebut tidak pernah menampakkan tawa setulus itu. Ryu hanya akan tersenyum sinis dan juga meremehkan biasanya, tetapi bersama Theo... tidak.

Tawa itu begitu tulus dan keluar begitu saja.

Karena itulah Takazumi terkejut ketika mendapati dua lelaki beda karakter dan dunia itu berada di dalam club sedang mengobrol dan tertawa. Sekarang, Ryu kembali jarang mengunjungi clubnya. Ketika Theo ditanyai, lelaki kriwil manis itu selalu mengalihkan pembicaraan.

"Kau tidak bisa berbohong, Theo-chan. Kalian bertengkar?"

Theo menelan ludah gugup.

"Kami tidak bertengkar, Takazumi-san."

"Lalu?"

"Mungkin Ryu-sama sedang sibuk." Theo tidak tahu harus menjawab bagaimana lagi. Matanya mengerjap beberapa kali, hanya untuk meyakinkan managernya kalau tidak ada apa-apa.

"Apa kalian ada masalah? Kenapa kau seperti... menghindarinya?"

Theo menelan ludah gugup. Dia ingin melarikan diri dari pertanyaan dan interogasi managernya, tetapi dia tidak bisa. Managernya masih mengadili Theo hanya dengan tatapan tajam.

"Apa Takazumi-san mengetahui siapa Ryu-sama sebenarnya?" Kali ini Theo mengajukan pertanyaan. Alis managernya terangkat, setelahnya senyum muncul di bibir sang manager.

Theo tahu apa artinya itu.

"Jadi, Theo-chan melihatnya?"

Theo mengangguk cepat.

"Lalu? Apa kamu takut?"

Theo mengangguk lagi.

"Mereka menakutkan, Takazumi-san. Mereka membunuh orang semudah itu. Mereka melakukannya tanpa merasa bersalah. Aku tidak mengenal Ryu-sama yang seperti itu, meski aku sudah mendengar isu tentangnya. Ketika mataku melihatnya langsung, aku terkejut. Juga... takut."

Managernya kembali tersenyum miris, lalu menepuk bahu Theo sebentar. Lelaki kriwil itu sudah melangkah terlalu jauh dan ikut campur dengan urusan para Yakuza. Meski tidak dikategorikan ikut secara langsung, namun... Theo adalah saksi hidup kekejaman Yakuza.

Karena tahu kalau Ryu tidak akan berkunjung, hari Sabtu ini Theo kembali menampakkan diri di bagian pemesanan. Seharusnya begitu. Seharusnya Ryu tidak datang seperti minggu kemarin, jadi Theo cukup diam saja di counter ketika ada yang pesan kopi. Namun, kali ini dia salah. Ryu datang.

Secret Of YakuzaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora