Bagian 1

28 1 0
                                    

Holla Reader yang terkasih. Ini cerita mungkin berdasarkan ide yang basi dan pasaran, but! Aku hanya mencoba menuangkan apa yang aku pikirkan sahaja.
I hope all of you will love my story like I love imagine this story 😊
Check it out guys!

ooXoo

Gadis itu sedang menghitung tugas yang di kumpulkannya tadi atas perintah dosennya. Namanya Dea, gadis bertubuh sedang atau tidak tinggi ataupun pendek dari teman-temannya itu memperbaiki letak kacamatanya sesekali. Jumlahnya pas! Pikirnya dan segera mengantarkan tugas itu kepada dosen setelah dia membereskan segala diktat kuliahnya.

Dea ~
Aku melirik jam tanganku, sudah hampir pukul enam sore, pantas saja aku merasa gerah dan sangat lengket. Aku butuh minum sekarang. Kulihat mini market di dekat kampus, aku segera memasukinya dengan langkah cepat.
Ku ambil sebotol minuman jeruk di freezer dan meneguknya dengan rakus. Hah..puas juga dahagaku akhirnya. Tak berapa lama aku mengambil beberapa cemilan dan minuman untuk mengisi lemari es dirumah. Setelah selesai mengambil cemilan yang kurasa cukup untuk tiga hari aku segera ke kasir untuk membayar, tapi dengan tidak sopannya seseorang langsung memotong antrianku dan memberi beberapa botol minuman soda pada penjaga kasir. Dasar cowok barbar, seenaknya memotong jalan orang! Batinku kesal.
Seolah mendengar cowok tadi berbalik dan melirikku dari atas kebawah lalu dari bawah ke atas.

"Sorry mam. Gue buru-buru" ucapnya seenak jidatnya. Apa dia bilang tadi? Mam? Tanpa sadar aku melihat tubuhku, pakaianku bagus dan masih menunjukkan aku gadis manis dan stylish. Dasar cowok gilak! Tapi aku tak memedulikan ucapan cowok tadi, bisa sial sendiri nanti. Tapi seolah ingin mencari gara-gara dia malah berucap sesuatu yang membuatku naik darah.

"Bukan pakaian lo. Tapi ekspresi lo tadi uda kayak emak-emak yang suaminya selingkuh " dia mengambil belanjaannya tadi dan memasukkan dompet ke sakunya
"lain kali, jangan masang muka ketat hanya karna antrian lo di potong, nolong orang gak salah kan?" tambahnya panjang lebar seperti bapak lagi nasehati anaknya kemudian berlalu meninggalkan aku yang masih mencerna ucapan cowok tadi. Dia beneran gak waras kali yee?
Kulihat penjaga kasir itu seperti menahan senyum mungkin dia mendengar ucapan cowok tadi. Aku malu, sungguh. Segera setelah membayar aku melangkah panjang-kali-lebar menjauhi tempat itu dan mengambil taxi untuk sampai ke rumah.

Rumahku gelap, sepertinya Ben kakak kandungku belum pulang kerja. Kak Ben adalah tulang punggung di rumah ini setelah orangtuaku meninggal beberapa tahun yang lalu dalam kecelakaan. Hanya kami berdua sejak peristiwa naas itu terjadi. Menyedihkan hidup tanpa orangtua, tapi itulah kisah yang telah di gariskan Tuhan untuk ku jalani. Kak Ben bekerja pada salah satu perusahaan swasta yang cukup bonafit di Jakarta. Biasanya kak Ben sudah pulang pukul enam sore, dan ini sudah pukul 7 lewat. Mungkin dia terjebak macet.

Setelah menyusun makanan di lemari es aku langsung menuju kamar dan segera mandi sebersih-bersihnya. Sekitar tiga puluh menit di kamar mandi, aku segera berpakaian. Kucek sekali lagi ke ruang tamu tapi tak ada tanda-tanda kak Ben pulang. aku masuk lagi ke kamar dan mengecek ponsel. Hanya ada dua pesan di sana, dari Dosen yang mengucap terimakasih dan kak Ben yang mengatakan akan pulang terlambat karena ada pertemuan penting. Hah...aku menghela nafas sejenak, mengingat harus makan sendiri membuatku tak berselera untuk makan. Hal terakhir yang kubayangkan adalah betapa lelahnya kak Ben saat ini sebelum akhirnya aku terlelap.

o0o

"Lama amat sih lo?" gerutu Braga pada Rei ketika sobatnya itu kembali dengan minuman soda. "Gajah aja bisa lebih cepet daripada lo" tambahnya lagi dibalas siraman soda pada Braga.
"Panggilan alam sayang. Lo gak mau kan kalo gue sampe nyemprot di muka elo?" tanya nya sarkastis dibalas ketawa membahana oleh Braga "sialan lo" makinya kemudian

Rei melirik ke sekitarnya, lapangat basket kampus uda sepi cuma ada mereka berdua dan suara serangga malam.
"Tuh kunyuk uda kemana?"
Braga meneguk minumannya sampai habis "uda cabut, katanya mau jemput Febi"
Rei tertawa geli " uda jadi ojek dia sekarang?" tanyanya lebih mirip seperti ejekan yang tak memerlukan jawaban di balas kekehan dari Braga
"Vino itu uda tobat Rei, jatuh sama pesona Febi, bukan kayak kita ini" balasnya tanpa beban seolah dia tidak termasuk di dalamnya. Rei menekuk lutunya dalam posisi duduk dan tangan di sandarkan di belakang menahan beban tubuhnya.

Pikirannya melayang mengingat betapa dulu awal masuk kuliah mereka bertiga, Braga, Vino dan dirinya menjadi cowok paling di incar di kampus hingga berakhir cap player untuk ketiganya. Hingga Vino ketemu Febi anak fakultas ekonomi dan jatuh pada pesona cewek itu hingga sekarang menjadi pria sejati tanpa mempermainkan wanita.
Sekarang di semester ke empat mereka, tinggalah Braga yang menanti datangnya pujaan hati, kalau Rei sendiri tak akan pernah percaya pada takhayul seperti itu SELAMANYA!
.
.
.
.

To be contin.
Cukup disini dulu yah.
Mohon vote dan komment yang mendukung untuk perbaikan cerita ini.
Thanks before guysss 😘

The Grey GirlWhere stories live. Discover now