Bagian 2

19 0 0
                                    

This story just for fun...
Thanks for waiting this story.

.
"DEA!!"
Dea segera menegakkan tubuhnya ketika suara judes dan serak itu membahana kelasnya
"Lo dicariin kak Vio tuh di depan!" suara Gita kembali terdengar membuat seisi kelas segera menutup kupingnya

"apaan sih suara lo Git?"

"Lo kira ini tanah abang apa?"

"Aduh..ni cewek ya. Teriak mulu kerjaannya!"

Gerutu teman-teman mereka cukup terganggu dengan suara Gita.
"Yeh..nyolot lo semua, namanya juga teriak. Kalo pelan mah itu berbisik namanya!" komentarnya cepat sembari mengambil tempat duduk di depan Dea, "yaelah...Elo" ucap Beni salah satu org yg paling dekat dengan Gita, sementara yang lain hanya menggeleng kepala melihat Gita yang suka

"Mau apa kak Vio kesini?"
Gita geleng kepala "uda temuin aja, mana tau penting. Uda syukur lo di'apelin!" Dea langsung menarik rambut Gita "tuh mulut apa mobil? Kenceng amat" balasnya sambil berlalu.

Dea segera keluar kelas, dan benar saja Vio yang notabene adalah mahasiswa teknik tengah menyender sendirian di depan kelas anak sastra. Kelas Dea.
Dea akui, mereka memang saling kenal mengingat dulu Vio pernah datang ke rumah bareng kakaknya Bastian yang juga adalah senior Vio.
"Hai kak.." sapa Dea mencoba mengalihkan perhatian Vio yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.

"Eh..hai. Kamu lg kosong kan?" tanya Vio takut-takut kalo dia sampai mengganggu

Dea mengangguk lalu menambahkan "dosennya gk datang kak"

"Oh good. Aku sebenarnya mau minta tolong nih" Dea mengernyit, namun sebelum dia bertanya Vio menambahkan lagi "jadi gini, teknik lagi buat acara untuk penyambutan Dekan baru. Nah kita mau buat persembahan drama gitu tapi diwakili 1 orang dari setiap Prodi" Dea mencerna ucapan Vio dengan cepat dan dia sangat memahami maksud dari Vio.

"Maaf nih kak, tapi..aku gak bisa drama"

Vio tersenyum lebar. Ternyata Dea langsung ngerti niatnya, tapi Dea menolak! Ohh. Harapannya gagal sudah. Seketika wajah Vio berubah kecewa dan Dea menyadari perubahan itu.

"Tapi aku punya temen yang pasti menerima tawarin ini kok kak" tawarnya antusias dan itu cukup membuat Vio tersenyum sedikit, atau lebih benar dipaksakan.

"Bntar ya kak.." ucapnya lagi sebelum masuk ke kelas dan menarik Gita keluar kelas.
"Apaan sih narik-narik gue?" keluhnya kesal dengan perbuatan Dea hingga dia terdiam ketika melihat Vio ada di depannya.

"Nah git. Jadi gini.." Dea menceritakan ulang dan membuat gita memahami maksdnya. Tanpa disangka gita malah bereaksi beda dengan dugaan dea.

"Lo tuh ya kunyuk! Lo yang diajakin malah gue jadi tumbal" ucapnya kesal "gue gak mao"

Dea menghela nafas sementara Vio menggaruk kepalanya yang tidak gatal

"Gue gak bisa drama. Tapi kalo lo kan super berbakat buangettt" rayu dea plus ekspresi senyum mautnya.
"Mau yah? Kasian tuh kak Vio capek-capek dateng kesini. Lagian ini juga bagus kalee! Lo bisa tampil depan semua anak teknik. Kali aja lo nemu cowok di sana?" ucap dea disambut kekehan dari Vio.

Lama dea membujuk hingga akhirnya gita mau dengan syarat dea menemaninya ketika latihan. Sebenarnya dia males juga sih cuma darilada ngrliat Vio kecewa kan gak seru juga. Halah alesan.

Akhirnya Vio pergi setelah meminta nomor atau id line gita. Berbeda dengan tadi sekarang gita malah unjuk gigi lalu merangkul bahu Dea dengan erat "thanks ya deaku saiiyang, sebenarnya gua dari tadi emang uda mau ngangguk-nagnghuk aja depan kak Vio. Cuma harga diri gie dipertaruhkan di depan cowok kece, so..jual mahal dikit gak pa-pa kan?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 29, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Grey GirlWhere stories live. Discover now