21. Penuh Teka-Teki

4.8K 503 77
                                    

"SIAPAPUN YANG BERANI NGEHALANGIN GUE, GUE PASTIIN ORANG ITU BAKALAN MENDERITA SEUMUR HIDUPNYA." Selina yang masih menyeret Lova dengan kasar, menyempatkan diri untuk mengancam orang-orang yang berusaha membantu Lova.

"Sel, lo apa-apaan, sih? Lepasin gue!" Lova masih berusaha melepaskan cengkraman Selina dengan sekuat tenaga.

Kebetulan, ruang kelas Lova berada di lantai dua. Hal itu memudahkan Selina untuk melancarkan aksinya.
Selina menyeret Lova menuju tangga. Sebelum melanjutkan aksinya, tubuh Lova dihantamkan ke dinding yang membuat Lova merasakan sakit di bagian punggungnya.

Selina menjepit keras pipi Lova dengan jari-jari tangannya, lalu menatap mata Lova dalam. "Lo mau tau rahasia gue, gak? Gue didiagnosis kena gangguan psikis dan sempet ngelakuin pengobatan. Dan hasilnya gagal. Bahkan, gue pernah bunuh satu orang yang ngga gue suka, waktu gue duduk di bangku sekolah dasar. Lo adalah orang pertama yang tau rahasia gue. Itu artinya, lo spesial bagi gue." Lova membulatkan matanya mendengar perkataan Selina.

Jari-jari Selina beralih menyusuri wajah Lova. "Lo cantik, kulit wajah lo mulus banget. Sayangnya, gue ga suka sama wajah cantik lo itu." Selina tersenyum pada Lova.

"Lo beruntung, karena gue lupa bawa pisau kesayangan gue. Kalau aja gue inget ... gue pasti bahagia banget bisa liat darah netes dari pipi lo. Udah lama gue ga liat darah. Lo mau coba?" Jujur, Lova sangat takut melihat seringaian di bibir Selina.

Yang Lova tahu, tidak ada satupun dari teman-temannya yang berani untuk menghentikan Selina. Kemungkinan untuk terlepas dari Selina sangatlah tipis.

"Rambut lo juga bagus, lembut pula. Sayangnya ... gue benci itu. Gue benci semua yang ada di diri lo." Selina langsung menarik rambut Lova dengan kasar. Sampai Lova bisa merasakan perih pada kulit kepalanya.

Selina menghentikan serangannya dan tertawa melihat Lova yang meringis kesakitan.

PLAK!

Satu tamparan keras mendarat di pipi kanan Lova. "Itu balasan gara-gara lo berani ngerebut Vegi dari gue."

PLAK!

Tak cukup sampai disitu, satu tamparan lagi kini mendarat di pipi kiri Lova. "Itu akibatnya kalau lo masih nekat deketin Vegi." Kedua pipi Lova sukses dibuat merah oleh Selina. Bahkan, sudut bibir Lova kini terluka.

"Kenapa? Sakit? Itu belum seberapa ketimbang rasa sakit di hati gue. Lo harus mati, bitch!" Tanpa Lova duga sebelumnya, Selina menarik tubuh Lova dan dalam hitungan detik, Selina mendorong Lova dari atas tangga.

Yang Lova rasakan adalah dunianya kini terasa berputar-putar.

***

Lova berada di suatu tempat yang tidak dia ketahui. Tempat yang gelap dan tidak ada orang lain, selain dirinya. Yang Lova ingat, terakhir kali dia berada di sekolah sedang dianiaya oleh Selina. Lalu sekarang?

"Ini di mana? Apa Selina nyiksa gue sampe mati? Tapi kenapa gue sendirian di sini?" Lova bertanya pada dirinya sendiri.

Secercah cahaya tiba-tiba muncul dan menyilaukan mata Lova. Lova merasa penasaran dan mengikuti arah datangnya cahaya itu. Di pengujung cahaya terdapat sebuah pintu. Lova membuka pintu itu dan pemandangan di hadapannya membuatnya semakin tidak mengerti. Hamparan rumput dan beragam bunga menyambut pandangannya. Ini sangatlah tidak masuk akal.

Jemuran Zone Where stories live. Discover now