15. Penyelamat Bertopeng

126 13 0
                                    

Callysta dan Fulbert sekarang telah memulai perjalanan mereka. Tidak ada rencana dan tidak tau apa yang harus mereka lakukan. Mereka hanya mencoba memulai dan mencari jalan.

Sekarang mereka tengah di perjalanan menuju Perguruan Ervanthe. Hanya itu tempat yang bisa Fulbert percaya dan ia juga yakin jika Ervanthe tahu banyak hal mengenai cara mengalahkan Sang Raja Monster.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Fulbert pada Callysta. "Berada di tempat yang sama sekali berbeda."

Callysta yang tengah memperhatikan hutan yang berada di sekitarnya pun menoleh. "Aku tidak tau," ucapnya jujur. "Tidak ada yang bisa menggambarkan perasaanku saat ini."

"Aku tau," ujar Fulbert. "Pasti sulit untukmu berada di tempat yang tidak pernah kau sangka akan kau datangi."

"Tidak juga," jawab Callysta. "Hanya saja aku perlu kepastian bahwa kau tidak akan melanggar janjimu."

Callysta menatap Fulbert.

"Kau pikir aku akan melanggar perjanjian yang telah kita buat?" tanya Fulbert dengan nada tidak percaya. "Ketahuilah Yang Mulia bahwa aku tidak akan pernah melanggar janjiku. Aku tidak akan membiarkan pengorbanan orang tuaku sia-sia."

Callysta mengangkat sebelah alisnya. "Dan satu hal lagi," ucapnya. "Kau tidak berhak bertanya untuk apa perjanjian tersebut dibuat."

"Kenapa?" tanya Fulbert tidak setuju. "Kau meminum darahku, tentu saja aku berhak untuk bertanya untuk tujuan apa perjanjian itu dibuat. Lagi pula kita sama-sama menanggung beban kerajaan lalu kenapa aku tidak boleh bertanya?"

Callysta menolehkan pandangannya ke depan. "Karena aku tidak akan pernah memberitahukan alasanya padamu."

"Itu tidak adil," protes Fulbert.

Callysta tidak menanggapi perkataan Fulbert. Ia tidak tau kapan semua ini akan berakhir. Setiap hari daya hidupnya akan melemah dan selama apakah ia mampu bertahan? Hanya itu yang ada dalam pikirannya sekarang. Sangat penting baginya agar Fulbert menepati janjinya. Karena hidupnya telah terikat pada hidup Fulbert.

Sinar matahari yang sudah mulai condong ke barat membuat hutan terlihat terlihat lebih dingin. Suara hentakan kaki kuda terdengar menggema ke seluruh penjuru hutan.

"Hutan ini tenang sekali," ujar Callysta menajamkan pendengarannya.

Fulbert memperhatikan keadaan sekelilingnya. "Semenjak Ogre itu menunjukan keberadaan mereka secara terang-terangan, keadaan hutan menjadi berubah seperti ini. Tidak ada suara apapun selain suara ranting patah yang membuat keadaan menjadi semakin mencekam."

"Tidak. Ini sama sekali berbeda," ucap Callysta yang masih merasa ada yang tidak beres dengan hutan itu.

"Maksudmu?"

"Illyad bisa merasakan lebih baik dari manusia. Indera kami bekerja lebih tajam dari kalian dan sekarang aku merasakan ketegangan di sini," ucap Callysta.

"Kalo begitu kita harus waspada," ucap Fulbert.

Callysta mendengus. "Apa kau tidak bisa bersikap serius?" ucap Callysta jengkel dengan tingkah laku Fulbert.

"Aku serius," ucapnya. "Dan sekarang kau telah menurunkan tingkat kewaspadaanmu."

"Aku tidak.... aaahhh!!!"

Seketika kuda yang ditunggangi oleh Callysta berdiri membuatnya terjatuh. Lalu, kuda itu pergi dan berlari menjauh meninggalkan Callysta yang telah jatuh tersungkur di tanah.

"Kenapa..."

"Shutt," ucap Fulbert menahan agar Callysta tidak berbicara lebih banyak lagi. "Jangan bergerak."

History of Florean : The Return Of The King MonsterWhere stories live. Discover now