BUKAN TENTARA JIKA TIDAK NAKAL

1K 22 0
                                    

Pasukan Item pun sering kebagian jatah menggempur kekuatan DI/TII di Jawa tengah yang sulit diberantas. Item dan pasukannya, biasanya menyusuri kaki gunung Slamet. Item nyaris tak pernah bertemu gerombolan pemberontak yangsebenarnya bisa dengan mudah dipatahkan jika bertemu. 

Selesai menyisir Gunung Slamet, Item dan pasukannya pun ditugaskan lagi untuk menyusuri Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Daerah sekitar dua gunung itu kerap dapat gangguan dari pemberontak yang menamakan diri sebagai Merapi Merbabu Complex. Mereka dulu punya pemimpin yang sangat sakti. Suradi Bledeg namanya. Dia seorang jago yang sangat ditakuti. Pengikut Suradi Bledeg adalah bekas pejuang yang kecewa karena tidak bisa dimasukan TNI.

Dalam pikiran Item, para pemberontak adalah bekas gerilyawan yang tidak bisa diterima jadi serdadu TNI. Item agak heran, kenapa laki-laki zaman Indonesia jadi Negara merdeka lebih suka jadi serdadu. Dulu tak banyak laki-laki mau jadi serdadu. Kecuali orang-orang Ambon atau Minahasa. Orang Jawa pun hanya karena terpaksa saja. 

Di Balikpapan, ketika Item masih remaja, awalnya yang Item tahu serdadu orang-orang yang sering datang ke rumah cinta. Item hanya tahu dulu serdadu-serdadu KNIL hanya bisa bertempur diatas ranjang. Bersama para peghuni rumah cinta. Belakangan Item tahu, kemudian dengan mudah serdadu-serdadu KNIL bisa dikalahkan dalam waktu singkat oleh serdadu-serdadu Nippon.

Yang Item tahu, serdadu-serdadu KNIL meski terlatih baik dan professional tak sekali pun Item pernah lihat serdadu KNIL tampil sebagai pemenang perang dengan bangsa kuat. Yang mereka kalahkan adalah bangsa yang sudah sakit dan hancur. 

Masa jaya Item seagai serdadu hanya ketika dia menjadi bagian dari serdadu-serdadu Australia yang merebut dan membebaskan Balikpapan dari tangan serdadu Nippon. Itu adalah pertempuran pertama dan terpenting bagi Item. Sementara operasi kraai (gagak), adalah operasi yang sangat mudah.

Operasi di Jogja berjalan terlalu mudah bagi Item. Nyaris tanpa kesulitan dan darah tertetes di kalangan pasukan payung. Terjun di atas bandara yang hanya dijaga kadet-kadet Angkatan Udara yang masih lugu. Senjatanya pun tak banyak. Hingga dengan mudah mereka disergap dan bandara dikuasai. Komandan kadet bernama Kasmiran juga mereka tewaskan. Lawan mereka hanya remaja belia. 

Sekarang, bagi Item jadi serdadu tak lagi hebat seperti di zaman perang Pasifik dulu. Item terkadang mulai bosan. Lawan-lawan mereka hanya pemberontak dengan sedikit senjata. Masalah terberat hanyalah, lawan mereka sulit ditemukan dan menguasai hutan-hutan di kaki gunung. 

Perjalanan Item dan pasukannya menyusuri gunung tak lebih dari jelajah alam yang menyenangkan ketimbang pengejaran yang menegangkan. Semua pasukan Item tampak menikmati penyisiran yang mereka lakukan. Begitulah operasi mereka sebagai pasukan Banteng Raider. Tak satu pun musuh bisa mereka seruduk. Karena tak satu pun musuh yang mereka temukan.

Komandan baru pun memimpin mereka. Letnan ini begitu pendiam. Dia sudah lama jadi serdadu. Tubuhnya gempal dan agak menakutkan. Orang-orang pun jadi sergan karenanya. Semua orang menghormatinya. Dia bekas Heiho. Dia tak seangkuh bekas PETA, menurut Item. 

Letnan ini sudah lama di Banteng Raider. Item tahu itu. Kini komandan pendiam itu jadi komandan peleton Item. Letnan ini hebat meski sekolahnya tak tinggi. Belum lama memimpin pasukan ini, si Letnan ini sudah naik pangkat. Nama si Letnan adalah Untung. Item pernah dengar jika nama itu palsu. Itu bukan nama aslinya. Nama aslinya Kusman. Letnan Untung pernah ikut kaum komunis yang katanya berontak di Madiun. Entah apa alasan Letnan Untung dulu bergabung? Setahu Item, ini Letnan bukan orang jahat. 

Dia pendiam, nyaris tak ada waktu bagi orang seperti ini menyakiti orang lain. Seperti Item, Untung juga tidak bawa keluarga. Dia tercatat belum kawin. Entah dengan wanita mana dia pernah habiskan waktunya tak seorang pun tahu. Ini Letnan lebih suka merahasiakan hidupnya. Dia menutup rapat semua rahasianya. Itu pilihannya.

ANGGREK HITAM - PETRIK MATANASIWhere stories live. Discover now