CAKRABIRAWA, UNTUNG, DAN SUHARTO

799 17 1
                                    

Sebagian pasukan Banteng Raider lalu dimasukan dalam resimen Cakrabirawa. Sebuah pasukan khusus yang mengawal presiden Sukarno. Satu batalyon banteng Raider dengan Letkol Untung sebagai komandannya dinyatakan sebagai pasukan Cakrabirawa. Batalyon Cakrabirawa lain berasal dari Pasukan Gerak Tjepat; Korps Komando; dan Brigade Mobil. 

Item tak lagi di Semarang sekarang. Mei agak sedih dengan kepindahan Item. Item termasuk orang Batalyon yang terakhir yang pergi ke Jakarta. Tentu saja Item menyempatkan diri menyambangi Mei. Mei tentu saja menangis sedih. Sebelum Item pergi, Mei tentu menciumi Item. Tentu saja mereka bercinta. Item tak bisa janjikan apapun. Mei juga tak inginkan janji serta tak bisa menahan kepergian itu. Item punya hidupnya dan Mei juga punya hidupnya. 

"Aku selalu menerima kapanpun kau datang." 

"Kemungkinan aku akan datang padamu tiap akhir bulan." 

"Ya. Seperti pernah kita bilang. Aku punya hidupku. Kau punya hidupmu. Dan kita adalah dua orang yang saling mengisi sepi." 

Item lalu mengecup kening Mei. Mei menangis sedih. Masih banyak orang tak inginkan perpisahan di muka bumi ini. Mei tampak emosional. 

"Kembalilah padaku. Aku siap menerimamu kapan saja." 

Item tersenyum dan menghilang dari kamar. Dengan kereta dari Stasiun Cawang, Item naik kereta ke Gambir. Untuk bergabung dengan batalyonnya. Kini mereka menjadi pengawal dari pemimpin besar revolusi. Item adalah salah satu orang yang ikut bertanggungjawab atas keselamatan Sukarno. Secara bergantian Item berpatroli di Istana atau mengawal Presiden Sukarno pergi. Item tak menginginkan adanya bahaya yang mengancam Presiden lagi. Beberapa kali Presiden Sukarno coba dibunuh. 

Cakrabirawa bangga dengan hal itu. Hingga mereka tampak angkuh dimata serdadu lain. Termasuk kesatuan elit lain macam RPKAD. Pernah terjadi perkelahian antara RPKAD dengan pasukan Cakrabirawa dari KKO. Semua bermula dari saling ejek. Lalu perkelahian tangan kosong sampai bawa Bazokka di rumah sakit Gatot Subroto pernah terjadi. 

Untung tetap komandan yang baik. Meski tak banyak bicara dia adalah komandan yang peduli pada bawahan. Tak heran beberapa orang PKI dekat dengannya. Untung tinggal di Jalan Cidurian. Tak jauh dari secretariat Lekra. Dimana seniman kiri berkumpul. Seniman kiri itu dekat dengan PKI. Nyoto ada lah pemimpin yang mereka hormati. Aidit sering kesana, namun Aidit bukan orang hebat dimata seniman. Terlalu kau pikir mereka. Meski mereka sadar Aidit adalah orang besar yang membangun PKI. Item sering melihat mereka. Terutama jika mengantar Letkol Untung.

 Untung akhirnya menikah juga. Untung menikah di usia yang benar-benar matang. Sudah 38 tahun. Mempelai wanita selisih belasan tahun darinya. Anak seorang juragan terkenal di Kebumen. Pernikahan begitu meriah. Sebagai bawahan, Item tak bisa hadir. Item harus berada di tempat lain. Item sedang diperbantukan di sekitar perbatasan. Item baru tahu setelah pulang dari perbatasan. Item bahagia mendengarnya.

Di barak, berita perkawinan Untung tentu luar biasa. 

"Ada jenderal yang datang waktu komandan kawinan kemaren."

 "Siapa?" 

"Suharto." 

"Suharto??" 

"Kenapa kamu bingung?" 

"Suharto kan di Jakarta. Bukan di Semarang lagi." 

"Iya juga ya?" 

"Mayor Jenderal membawa mobil sendiri dari Jakarta ke Kebumen. Itu kan perjalanan berat. Jalannya tidak mulus lagi." 

"Ya. Butuh waktu sekitar sembilan jam untuk mencapai Kebumen. Suharto pergi sama istrinya lagi. Tapi, anak-anak mereka tidak ikut." 

"Tidak biasanya. Seorang jenderal datang jauh-jauh buat kondangan ke bekas anak buahnya ini pasti ada hubungan seperti kekuarga diantara mereka." 

"Ya. Tidak biasanya, seorang jenderal menghadiri kondangan bekas bawahannya yang akan menghabiskan masa lajangnya. Apalagi jarak Jakarta dengan Kebumen tidaklah dekat. Mereka pasti sudah bukan orang lain lagi. Sudah seperti keluarga. Kalian benar." 

"Untung pasti senang dikunjungi Suharto. Ini sebuah kehormatan besar."

 "Betul, kalau kamu kawin di kampung, didatangi kopral atau sersanmu saja itu sudah Untung." 

"Mungkin karena Untung andalan Suharto waktu Trikora dulu." 

"Ya Untung kan dapat bintang. Makanya, mau umurnya hampir kepala empat, tetap saja ada yang mau sama dia. Pahlawan Perang." 

"Kita semua kan bangga punya komandan macam dia." 

"Tapi, sebelum dia kawin. Kemana dia kalau barangnya dia butuh dibelai?" 

Semua serdadu yang terlibat pembiraan itu tertawa. 

"Mungkin ke Bandungan." 

Tawa mereka pecah lagi. Seorang serdadu baru yang berasal dari Papua bingung. Tidak tahu Bandungan. 

"Apa itu Bandungan?" 

Semua tertawa lagi karena ada kawan serdadu mereka yang belum tahu Bandungan. 

"Kamu akan tahu sendiri Broer." 

Satu persatu serdadu yang ada disitu menghilang dan tinggallah dua orang. serdadu baru asal Papua dan serdadu lama. 

"Apa itu Bandungan?" 

"Itu di daerah sana. Sebelum Salatiga. Tempatnya gunung-gunung." 

"Ada apa disana?" 

"Itu tempat cari senang." 

"Senang?" 

"Itu tempat manjakan barangmu. Banyak perempuan mau dijajah selangkangannya disana." 

"Astaga." 

Si serdadu lama tertawa. "Ayo Broer kita makan dulu. Nanti kalau pesiar  kuantar kau ke Bandungan." 

Si serdadu baru asal Papua lalu hanya bisa geleng-geleng. Mereka tetap bicara sambil berjalan. Bahkan ketika sampai di kantin. Serdadu baru itu terus penasaran. Dia seperti ingin banyak tahu.. 

"Siapa itu Suharto?" 

"Dulu dia Panglima disini. Panglima Diponegoro. Tapi terus di sekolahkan." 

"Di sekolahkan? Dia perwira pintar?" 

"Kata sersan-sersan bekas KNIL, tidak juga." 

"Lalu kenapa?" 

"Dia dicopot jadi Panglima." 

"Kenapa?" 

"Dia kena kasus penyeludupan. Sama Lim Siau Liong dan Bob Hasan." 

"Siapa dua orang itu?" 

"Mereka choking kaya. Dekat sama Harto."

 "Ooohhh." 

"Seru kejadiannya. Harto hampir ditampar sama Yani, Panglima AD sekarang."

 "Kenapa Yani suka main pukul gitu?" 

"Karena Harto bikin malu Angkatan Darat. Suharto hampir dipecat jadi serdadu." 

"Tapi kenapa dia masih jadi Panglima di Jakarta?" 

"Ya. Namanya juga serdadu masa kini. Selalu punya koneksi. Suharto dilindungi Gatot." 

"Gatot Subroto yang pernah jadi Panglima di Makassar itu?" 

"Entahlah. Dia pernah jadi Panglima di Makassar atau tidak. Yang jelas Gatot Subroto bela Harto dan Suharto tak selesai karirnya." 

"Beruntung sekali itu Jenderal." 

"Disini, orang punya bintang itu seperti dewa. Kita Cuma punya garis." 

Mereka berdua lalu tertawa. Makan siang terasa nikmat bagi mereka. Mereka akan berlatih lagi. Latihan terjun karena Banteng Raider harus bisa terjun payung. Setelah kasus itu, Suharto jadi jenderal pendiam. Dia dijadikan Panglima pasukan cadangan yang dikenal dengan pasukan buangan karena pasukannya tak memiliki wilayah seperti Komando Daerah Militer.

ANGGREK HITAM - PETRIK MATANASIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora