Bab 7

34.6K 3.3K 96
                                    

Indira melalui malam yang panjang dengan menimang bagaimana reaksi Satria. Ia ingin Satria cemburu. Paginya ia tak menemukan Satria berada di parkiran, ataupun menemukan Satria yang berada dalam lift.

Ia melangkah pelan memasuki ruangannya, matanya langsung melirik Adelia, Adelia terlihat gugup langsung membuang muka, dalam hatinya pasti menduga-duga apakah ia ketahuan makan malam dengan Satria. Tentu saja Indira mengetahuinya, tapi tolol namanya jika ia menyebar isu dan membuat karyawan lain tahu akan hubungannya dengan Satria.

Indira seolah tak perduli dan masuk ke ruangannya. Di dalam ruangan Indira duduk bersandar dan mengetuk-ngetukkan jemarinya ke atas meja, ia harus menemukan cara untuk menemui Satria, tak peduli dengan alasan apapun yang akan diperbuatnya.

Riska masuk dengan menyerahkan beberapa dokumen lalu kembali keluar. Indira mulai mengaktifkan komputernya karena telah menemukan sesuatu dalam otaknya. Ia mulai bekerja, selain memang karena pekerjaaannya selebihnya demi misinya.

***

Suara ketukan membuat Satria menoleh.

"Masuk!" serunya. Matanya melebar sesaat setelah retina matanya menangkap siapa yang memasuki ruangannya. Sorot matanya menajam. Indira mengangguk tanda permisi telah menganggu.

Satria masih mengamati lama. "Apa saya tidak memakai baju yang tidak sesuai lagi? Rok saya sudah di bawah lutut." Sindir Indira.

Indira benar hanya saja yang mengganggu Satria kenapa Indira tetap terlihat menarik jika dipandang oleh nafsu pria, dan membuat ketidaksukaan Satria bertambah. "Ada apa?" tanya Satria dengan nada tak suka.

"Saya ingin memberikan draft kasar, untuk edisi bulan depan."

"Duduk."

Indira mengikuti titah Satria dan meletakkan map dokumennya ke atas meja Satria. Satria mengambilnya dengan cepat, matanya mulai fokus pada isi dokumen.

"Apa kamu sengaja mempermainkanku. Kamu katakan menyukaiku. Tapi beberapa hari kemudian kamu jalan dengan lelaki lain." tanyanya yang sangat tak berhubungan dengan isi bacaan.

"Jika ada yang tidak sesuai mohon katakan sekarang, supaya kami bisa langsung memperbaikinya." Jawab Indira yang tak memperdulikan pertanyaan Satria.

"Kamu anggap aku sama dengan lelaki yang kamu temui diluar sana! Jika seperti itu anggapanmu maka kamu salah besar!"

"..."

"Kenapa tidak menjawab?" tanya Satria kembali berdesis geram.

"Bagaimana dengan konsep kami untuk edisi bulan depan. Apa sudah sesuai dengan kriteria Anda, tapi saya harap Anda menyetujuinya karena ini hasil pemikiran terbaik kami dan sudah ada beberapa artis yang kami hubungi untuk wawancara."

"Kalau memang sudah sejauh itu kenapa kamu meminta persetujuan saya!" Satria membanting map dokumen dengan kencang. Urat di sekitaran pelipisnya mulai muncul, antara murka karena Indira tak menjawab satupun pertanyaannya dan murka karena pekerjaan yang sia-sia itu.

"Saya hanya berpikir kalau mungkin Anda mempunyai kriteria lain untuk edisi bulan depan," Indira bersikeras tak memperdulikan raut wajah memerah Satria.

"Apa kamu tidak mendengarkan isi rapat kemarin!" suara Satria semakin meninggi.

"Saya tahu. Tapi saya hanya memastikan," Indira semakin berkeras.

"Keluar!!" akhirnya satu kalimat sakti keluar dari mulut Satria. Indira membuat seluruh darahnya mendidih, ia ternyata sangat pintar memainkan emosi Satria, padahal sebelum ini Satria tidak pernah semarah itu kepada siapapun.

Revenge Where stories live. Discover now