Apa maksud dia?

3.1K 471 118
                                    

Apa maksud dia?

Siswa-siswi berlalu lalang, berjalan sambil mengusap-usap seragamnya yang mungkin basah terkena air hujan. Ya, pagi ini, rintikan air turun sedikit demi sedikit menabrak tanah dan menimbulkan bau yang khas. Mungkin, sebagian orang tidak menyukai hujan karena hujan menghambat mereka dalam melakukan aktivitas, tapi Namira?

"Aku masuk dulu ya, Pah," ucap Namira sambil menyalami tangan Aldi. Hari ini, Aldi mengantarkan Namira ke sekolah, bukan Namira yang meminta, tapi Aldi sendiri yang mau, takut jika Namira pergi naik angkutan umum, angkutnya penuh dan Namira harus menunggu angkutan umum yang lain. Bagaimana jika hujan semakin lebat?

Namira akan merasa sangat senang dan malah main hujan-hujanan.

Ck,

"Kamu 'kan bawa payung, jangan hujan-hujanan nanti seragam kamu basah," ucap Aldi.

Namira menggumam "Nggak apa-apa deh, Pah. Ribet, lagian udah deket juga 'kan Namira tinggal lari," ucap Namira. Entah beralasan karena ingin hujan-hujanan atau mungkin memang Namira tidak mau ribet.

"Ya udah, hati-hati ya,"

"Iya. Papa juga hati-hati, ya. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam."

Namira membuka pintu mobil dan berlari dengan lincahnya, melompat kesana kemari jika melewati kubangan yang berisi air hujan. Namira bersenandung kecil sambil menghirup dalam-dalam bau hujan.

BRUK!

"AW"

Namira, terjatuh, dengan lutut terlebih dahulu yang mencium aspal dan berdarah.

Berdarah.

Darah...

Namira meringis, merasa pedih pada lututnya yang semakin sakit karena terkena air hujan. Roknya sudah kotor dan seluruh tubuhnya mulai basah.

Bukan, Namira bukan terjatuh karena terpeleset ataupun tersandung kubangan air, Namira terjatuh karena ada seseorang yang menabraknya.

Iya, menabraknya.

Namira mendongkak,

Seseorang bertubuh tegap dan mempunyai sorot mata yang selalu terlihat tidak bersahabat, kini tengah menatap Namira datar. Di detik kemudian, ia mengangkat satu alisnya, tidak berbicara, tidak mengulurkan tangan ataupun mengatakan sesuatu.

Namun, tubuhnya kini juga sama seperti Namira, basah kuyup.

Namira mendengus kesal, ini cowok emang nggak punya hati! Bantuin bangun kek, bilang maaf kek, malah diem. Dasar beruang kutub! Namira membatin sambil berusaha bangkit.

"AW" namun terjatuh lagi.

Nadhif memutar kedua bola matanya dan menghela napas, lalu tangannya reflek ia julurkan.

"Bangun,"

Suara berat yang Namira kenali kini terdengar, ia kembali mendongkak dan kini sebuah tangan sudah berada di hadapannya. Menunggu tangannya untuk ia jabatkan.

Namira menghela napas dan menerima uluran tangan Nadhif dengan terpaksa.

"Maaf, tadi saya buru-buru jadi nggak liat," ucap Namira yang sama sekali tidak berniat meminta maaf, hanya untuk menyindir Nadhif saja.

Namira ingin tahu, apakah Nadhif merasa bersalah?

"Lain kali kalo jalan pake mata," balas Nadhif yang langsung pergi meninggalkan Namira yang kini sedang menganga kaget.

Just YouWhere stories live. Discover now