Selamat Tinggal (2)

1.8K 162 14
                                    

Selamat Tinggal (2)

Memaksakan untuk terus tersenyum dalam keadaan nggak baik-baik aja itu susah. Seakan-akan ada tangan seseorang yang mencengkram kuat hati Namira saat ia mencoba untuk terus tersenyum dan tertawa.

Langit cerah, langit kelabu, dan langit hitam sudah Namira lalui selama dua tahun tanpa kehadirannya.

Terasa cepat, memang.

Kadang saat kita menginginkan waktu berjalan lambat, tetapi rasanya begitu cepat. Sebaliknya, saat kita menginginkan waktu berjalan dengan cepat, rasanya begitu lambat.

Namira hanya ingin memberi tahu bahwa sekarang ini, ia sedang duduk sendirian di brown cafe karena merasa lelah sudah menghabiskan tenaganya untuk perpisahan kelas dua belas.

Perpisahan Namira dengan teman-teman seangkatannya.

Jika kalian bertanya bagaimana hubungan Namira saat ini dengan Dira, jawabannya masih sama. Belum bisa dibilang baik-baik saja, mereka hanya berbicara jika memang mereka harus berbicara. Contohnya seperti saat mereka berada dalam satu kelompok.

Dan bagaimana hubungan Dira dengan Nadhif? Namira tidak pernah tau dan rasanya juga nggak penting lagi mengetahui hubungan mereka berdua.

Drt... Drt..

Namira menyambar ponselnya yang tergeletak di atas meja, dan nama Rena-lah yang pertama kali tertera di layar sana.

Rena: Ada hal penting yang gue mau kasih tau sama lo, Mir. Tapi gimana, ya? Gue nggak enak.

Namira mengernyit bingung.

NamiraK: Nggak enak gmn? Ngomong aja gpp, kalo bisa langsung ketemu.

Rena: Nanti lo tau sendirilah, gue nggak sanggup:(

Namira berdecak kesal dan langsung menyimpan ponselnya dengan asal. Jika Rena tidak mau memberi tahu, kenapa cewek itu malah mengirim pesan seperti itu, sih? Bikin Namira penasaran saja!

Namira beranjak, melangkah, dan lebih memilih untuk pulang ke rumah. Entah kenapa saat ini jantungnya berdetak tidak beraturan dan itu membuat Namira menjadi tidak nafsu untuk melakukan sesuatu. Berjalan pun rasanya tidak mampu.

Karena nama Nadhif, sedari tadi terus terlintas di pikirannya.

•••

Setelah dua tahun lamanya menjalani hari tanpa kehadiran Nadhif, Namira kira perasaan ini sudah hilang. Namun nyatanya perasaan ini tidak pernah berubah sedikit pun dan masih tetap sama seperti dua tahun yang lalu.

Namira masih mencintai Nadhif.

Rasanya sungguh menyesakkan mengetahui fakta yang tidak pernah ia duga seperti ini. Semuanya terasa seperti mimpi saat Namira memegang sebuah kertas bertuliskan nama Dira dan Nadhif di sana.

Bukan menikah, melainkan tunangan.

Jika kalian mengira saat ini Namira sedang menangis terisak-isak, nyatanya ia sama sekali tidak mengeluarkan air matanya sedikit pun. Mungkin karena mata Namira sudah tidak tau lagi bagaimana caranya menangisi seorang Nadhif Asyraf Davino.

Tapi sungguh, darahnya seakan berhenti mengalir.

Sebelumnya tidak pernah Namira duga jika Namira dan Dira benar-benar seperti orang asing yang tidak mengenal. Terasa canggung dan tidak pernah bertegur sapa. Dulu, Dira akan mendiami Namira paling lama dua hari jika mereka mempunyai masalah. Tapi sekarang? Tak terasa sudah dua tahun lamanya.

Dan semua itu karena Nadhif.

Seketika, tubuh Namira langsung ditarik seseorang untuk ia rengkuh ke dalam pelukkannya. Dan seketika itu pula, air mata Namira langsung mengalir dengan derasnya.

Just YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang