EXTRA PART!

17K 1.3K 72
                                    

Oktober, 1964

Dua suara tangisan terdengar. Malam itu, Sam dan Sean lahir ke dunia. Sepasang bayi kembar yang akan menjadi Pangeran Mahkota kerajaan Rod. Dan saat pertama kalinya mereka membuka mata, bangsa Rod sadar, Sean mempunyai satu perbedaan yang mencolok.

Jeremy dan Lily menatap khawatir bayi laki-laki dalam box yang sedang balas memandang mereka. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Lily menoleh ke arah suaminya. “Ini akan menjadi hal sulit bagi Sean kelak.”

“Kita harus siap untuk hal terburuknya,” jawab Jeremy menatap serius mata cokelat Sean yang yang terlihat jernih.

Kabar itu terus terdengar. Seperti pucuk bunga yang mulai mekar, masalah tersebut membesar hingga akhirnya terjadi perdebatan. Dan semua itu tidak berada di pihak Jeremy atau pun keluarganya.

“Bagaimana bisa matanya berwarna cokelat?”

“Apa Sean benar anakmu?”

“Apa jangan-jangan dia anak manusia?”

Jeremy menatap kesal menteri-menteri yang duduk di ruang rapat itu. “Kalian tahu sendiri, Sean sama seperti kita. Tubuhnya dingin dan dia hanya bisa minum darah.”

“Atau ada yang salah dengan istrimu?” tanya salah satu sambil menyipitkan mata curiga.

Jeremy hampir saja berdiri dan menggebrak meja. “Lily baik-baik saja. Seperti yang kalian lihat selama ini.”

“Tapi dia vampire paling lemah di antara yang lainnya.”

Jeremy berdiri. “Yang penting, dia masih vampire sama seperti kita. Dan Sean pun begitu.”

Tahun demi tahun berlalu. Kini usia Sam dan Sean menginjak empat tahun di dunia manusia. Selama tahun-tahun itu, Sean tumbuh tanpa emosi. Terutama amarah. Dan selama itu pula, mata Sean tak pernah berubah seperti yang diharapkan kedua orang tuanya. Cokelat jernih seperti lelehan madu itu masih melekat di bola matanya. Begitu pula dengan perbincangan yang menduga Sean bukan vampire tak pernah surut sedikit pun.

Lily mengelus rambut Sean yang sedang bermain dengan mobil mainannya. Sejenak, ia menatap satu lagi anak lelakinya yang sedang duduk di dekat jendela, sibuk dengan puzzle bergambarnya. Lily kembali menatap Sean. Anaknya itu tak mendongak sedikit pun, asik melajukan mobilnya di atas lantai berkarpet.

“Kau harus memiliki emosi, Sean,” bisik Lily berharap Sean mengerti ucapannya. “Hanya itu cara satu-satunya untuk menyelamatkanmu,” lanjutnya, kini memandang cahaya matahari yang masuk lewat jendela kamar. Sedangkan Sean justru mendongak, menatap ibunya dengan pandangan polos.

***

“Dia, vampire aneh yang punya mata cokelat.”

“Mungkin dia bukan vampire.”

“Lalu kenapa dia di sini?!”

Sean tumbuh dengan semua gosip yang beredar. Namun bahkan setelah ia berusia tujuh tahun pun, dirinya masih tak menampakkan emosi negatif atau berlebihan. Sean tak merasa terganggu. Telinganya seolah tuli. Bahkan ketika vampire-vampire tertawa saat membicarakannya, Sean hanya akan menoleh pada mereka dengan pandangan tak mengerti, kemudian berlalu begitu saja.

“Hey! Mata cokelat!” Chris menghampiri Sean dengan tiga temannya yang lain. Anak lelaki itu tersenyum mengejek sambil mendorong sedikit bahu Sean. “Karena kau bukan vampire, kau tak akan bisa menjadi pangeran mahkota!”

Sean hanya diam, menatap mereka dengan pandangan datar. Terkadang matanya akan sayu, terlihat malas.

“Kau tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti?!” tanya Caleb dengan kesal.

Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang