Ia tahu, ini bukan saatnya untuk menyesal. Karena kesempatan yang ada di hadapan matanya, siap menghapus penyesalan itu.
***
ALICE terduduk di atas kasur sambil menatap kertas dari Zero yang tadi sore ia dapatkan di loker. Deretan kata di sana kembali memaksa otak Alice untuk mengingat.
Sepertinya kau sudah tahu jika ini semua berhubungan dengan ingatanmu. Jadi, aku ingin tahu. Apa kau ingat, apa yang telah kau lakukan di pesta dansa?
Tapi, sampai malam ini pun Alice masih kesulitan menjawab pertanyaan tersebut. Dan ia jadi tak bisa tidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Dan Alice masih terjaga.
Dia memutukan beranjak dari kasur Helen, berjalan menuju meja belajar dan duduk di sana. Alice kembali memikirkan teka-teki di kertas tersebut.
Jika target pertama dan kedua adalah orang yang tak sengaja kutemui, berarti target ketiga orang yang mungkin berada di sekitarku saat pesta topeng. Tapi apa maksudnya dengan yang kulakukan di pesta dansa?
Alic mengerutkan alisnya, berpikir keras. Jika aku ingat-ingat, aku hanya lari dan bersembunyi dari Zero lalu bertemu Sean. Apa mungkin target selanjutnya adalah Sean?
Ia membuka matanya. Tak berselang lama, Alice menggeleng keras. Tidak mungkin. Sean adalah vampire. Dan jika pun Zero hendak membunuh Sean, Sean juga tak akan diam saja. Jadi maksudnya apa? Aku benar-benar tak mengerti. Alice menjambak rambutnya frustrasi.
Ia sudah bertekad untuk tidak gagal kali ini. Jadi, siapapun targetnya, Alice akan menyelamatkan orang tersebut. Karena itulah,tangannya kini meraih secarik kertas dan menulis sesuatu di sana.
***
Pagi ini Alice melangkah menuju lokernya. Biasanya ia hanya akan membuka loker saat pulang sekolah. Itu pun hanya untuk mengambil mawar dan kertas yang dikirim Zero. Tapi kali ini, Alice dengan langkah yakin berjalan menuju lokernya.
Tangan kanan gadis itu menggenggam secarik kertas berwarna putih. Lalu ketika Alice membuka loker, ia memasukkan kertas tersebut ke dalam sana, lalu meletakkannya di atas tumpukan buku yang lain.
"Kali ini aku tak akan membiarkan kau berhasil dengan rencanamu, Zero!" desis Alice tajam. Ia kemudian menutup pintu lokernya dengan sedikit kasar, lalu melangkah meninggalkan tempat tersebut.
***
"Kemarin apa isi kertasnya?" tanya Sean yang berjalan di samping Alice.
"Tentang apa yang aku lakukan di pesta topeng." Alice memberikan kertasnya agar Sean bisa membaca lebih jelas isi kertas tersebut.
Alis lelaki itu mengkerut tajam. "Kau sudah menemukan jawabannya?" tanya Sean tanpa mengalihkan pandangan.
"Belum." Terdengar helaan napas dari Alice. Sean melirik ke arah gadis itu.
"Besok, aku akan menghadapinya."
Alice menoleh. "Apa maksudmu?"
"Tak ada cara lain. Aku benar-benar harus menghajar Zero dan membuatnya tak bisa berkutik lagi. Dengan begitu tak akan ada korban ketiga."
"Apa hanya itu cara satu-satunya? Dengan berkelahi?" Alice menatap Sean serius.
"Ya. Aku pikir hanya itu caranya," ucap Sean tak kalah serius.
"Kalau begitu, aku akan membantumu!" ucap Alice dengan mata tajam.
Sean terkejut. Ia segera menoleh. "Apa? Tidak! Jangan! Ini urusanku dengan Zero. Hanya aku yang akan berhadapan dengannya."

YOU ARE READING
Regulation of Vampire [END-Part Masih Lengkap]
VampireSeason 1 dan 2 Ada teror di loker Alice ketika ia mengetahui satu fakta tentang Sean Black, teman sebangkunya yang misterius. Kejadian aneh terus terjadi. Sang pengirim bunga mengincarnya, berusaha mengambil darahnya. Kelompok bermata serigala pun...