One

6.7K 456 10
                                    

Payah.

Sekali lagi Soojung berusaha membereskan beberapa berkas yang terjatuh di lantai.

"Noona perlu bantuan?" Jungkook, adiknya sudah berdiri di depan Soojung. Ia baru saja pulang dari kegiatan belajar malam di kampus.

Soojung menggeleng menolak secara halus, "Tidak perlu, sebaiknya kau segera mandi dan kita makan malam bersama," ucap Soojung, sedikit mendorong punggung adiknya. Jungkook merengutkan bibir tapi tetap mematuhi perintah noona nya.

Soojung terkikik geli melihat tingkah Jungkook, dari kecil sampai sekarang tak ubahnya masih seperti anak berusia 5 tahun.

Malam ini Soojung memasak kari ayam dengan potongan kentang serta beberapa sisa sayuran yang masih tersisa di dalam kulkas. Soojung sejenak menghela napas, pasti Jungkook akan memprotes lagi. Kemarin lusa kari ayam, kemarin kari ayam, dan sekarang? Kari ayam lagi.

Tagihan listrik dan uang sewa rumah benar benar membuat Soojung harus memutar otak. Gajinya bulan ini belum turun, tapi pemilik rumah terus saja bertandang menagih uang sewa.

Soojung memposisikan dirinya untuk duduk di ruang tamu, menyesap sesekali teh hangat yang ia buat barusan. Jungkook tidak tahu menahu akan hal ini karena memang Soojung sengaja merahasiakan hal tersebut. Soojung ingin Jungkook fokus saja pada kegiatan perkuliahannya, tanpa perlu memikirkan uang dan tetek bengeknya. Ia ingin Jungkook segera lulus dan sukses meraih cita citanya.

Cukup ia yang mengorbankan impiannya untuk menjadi seorang desainer terkenal untuk menggantikan peran ayah ibu bagi Jungkook.

Anak itu masih terlalu kecil ketika menyadari bahwa kedua orang tua mereka meninggalkan mereka tanpa belas kasihan sama sekali. Biadab, Soojung sangat benci ketika mengingat hal itu.

Ia bahkan kehilangan kata kata setiap mengekspresikan amarahnya.

"Noona?" suara bariton Jungkook mengusik gendang telinga Soojung, gadis itu menoleh ke arah belakang.

"Noona sedang apa?" Jungkook berjalan menghampiri Soojung. Namun gadis itu sudah sigap sedia dan langsung menggiring Jungkook ke arah dapur.

"Noona hanya sedang minum teh saja," Soojung berucap ketika mereka sudah sampai di dapur dan segera memposisikan diri di kursi masing masing untuk makan malam bersama.

Suasana cukup hening, hanya perpaduan sendok dan garpu makan yang terdengar.

Dan Soojung bersyukur Jungkook tidak mencecarinya dengan berbagai pertanyaan lain yang mungkin saja malah membuatnya semakin curiga.

.

.

.

Soojung mengantar kepergian Jungkook dari ambang pintu, adiknya itu terus saja melambaikan tangan sampai jejak nya menghilang di pertigaan gang.

Soojung lantas bergegas masuk kembali ke dalam. Ia harus segera pergi menuju Taman Kanak Kanak, tempat dimana ia mengajar selama 2 tahun belakangan ini.
Masalah tagihan listrik dan uang sewa rumah bisa Soojung pikirkan nanti.

Taman Kanak-Kanak dimana Soojung mengajar jaraknya tidak begitu jauh, ia hanya perlu naik bus dan berhenti pada halte selanjutnya. Kiranya memang jaraknya pendek, tapi jika ditempuh dengan berjalan kaki rasanya Soojung tak sanggup. Resikonya ia juga harus mengeluarkan biaya lebih untuk hal ini.

Kadang kala Soojung selalu berfikir mengapa hidupnya semenderita ini, ia sering berandai-andai bagaimana rasanya memiliki orang tua yang serba ada, jadi Soojung tidak usah capai-capai bekerja sana sini untuk menghidupi Jungkook dan tentunya dirinya sendiri. Tapi pada akhirnya Soojung bersyukur, ia menjadi tahu bagaimana caranya bersyukur dalam menjalani hidup yang serba pas-pasan seperti ini.

Soojung sampai di depan gerbang sekolah, ketika Sulli, temannya yang juga menjadi pengajar disini, melambai heboh ke arahnya. Ia nampak sangat bersemangat hari ini, dan terasa janggal bagi Soojung. Aneh saja, biasanya Sulli memang ceria namun tidak pernah semangatnya semenggebu hari ini.

"Kau kenapa Sul?" Soojung bertanya ketika keduanya telah berhadapan.

Sulli memamerkan deretan giginya, gincu super merah tercetak jelas di bibirnya, ia meringis seperti orang bodoh, "Ingat tidak? Teman kuliah kita dulu Kim Jongin?" gadis itu mengabaikan pertanyaan Soojung dan malah balik bertanya.

Alis Soojung nampak berkerut, tentu saja ia ingat siapa itu Kim Jongin. Memangnya ada mahasiswa di kampus mereka dulu yang tidak mengenal Kim Jongin ini?

"Tentu saja aku ingat anak itu.." ujar Soojung.

Sulli mengangguk mengerti, lantas tangannya mengulurkan satu buah majalah, yang Soojung yakini baru saja Sulli beli di jalan sepanjang kemari.

"Apa ini?" alis Soojung semakin mengkerut, bergantian ia menatap Sulli dan majalah itu.

"Kim Jongin si tampan itu masuk majalah hari ini..." kata Sulli penuh antusias.

Namun ekspresi berbeda malah ditunjukkan oleh Soojung, wajah gadis itu datar-datar saja tidak ditemukan jejak senang disana.

"Kenapa wajahmu begitu sih?!" protes Sulli lalu menoyor lengan Soojung.

"Ya memang apa bagusnya Jongin masuk majalah? Bukankah dulu juga sering begitu?" ucap Soojung tidak mau kalah.

Ya, sejak masa kuliah dulu Soojung sudah terbiasa menemukan foto Jongin tercetak di halaman depan majalah langganan Sulli. Gadis itu selalu berteriak kegirangan, mengagumi pria itu penuh harap, matanya selalu berbinar setiap menceritakan seluk beluk Jongin, dan Soojung dapat menyimpulkan Sulli termasuk dari sekian ratus bahkan ribu orang yang rela antre untuk menjadi istri Jongin. Hah.

"Kali ini berbeda Jung!" seru Sulli tidak sabaran, gadis itu lantas sibuk membuka halaman demi halaman dalam majalah sampai akhirnya aktivitasnya itu terhenti ketika menemukan apa yang ia cari.

"Jongin masuk jajaran 10 besar pengusaha muda dunia paling sukses tahun ini!" pekikan Sulli itu sukses membuat Soojung mengerang kesakitan akan telinganya juga sedikit terkejut.

"Hah?!".

"Dan kau tahu?! Baekhyun mengundang kita untuk datang ke acara reuni kampus bulan depan!"

"Apa?!"

"Ya tuhan! Aku tidak percaya! Aku akan bertemu dengan Jongin lagi!"

"...."

.

.

.

"Hallo Jungkook? Ada apa menelpon?"

"Hallo noona, ini aku Taehyung,"

"Oh, kau Taehyung, ada apa? Kenapa menelponku menggunakan ponsel Jungkook?"

"Begini noona, Jungkook masuk rumah sakit sekarang, ia tadi pingsan saat pelajaran berlangsung,"

"APA??!!!".

.

.

.

Vote and comment plz 😊

Starlight Where stories live. Discover now