20. Dilema

88.4K 7.1K 830
                                    

Seharusnya Rachel sudah merasa lebih baik ketika bangun di siang harinya. Tetapi ketika terbangun, yang Rachel rasakan justru sakit kepalanya semakin bertambah sampai rasanya penglihatan Rachel berputar-putar.

Rachel memaksakan dirinya untuk bangun karena ingin menggapai gelas di atas nakas. Tetapi ternyata pening di kepala Rachel menghambat gadis itu untuk bergerak terlalu banyak. Terpaksa Rachel berteriak memanggil siapa pun yang bisa dia mintai tolong.

Tapi sekeras-kerasnya suara orang sakit, tentu berbeda dengan orang yang sehat. Alhasil suara Rachel tidak terdengar oleh siapa pun di luar kamarnya.

Rasanya Rachel frustasi. Dia benci menjadi lemah hanya karena hal sepele. Sekali lagi Rachel memaksakan diri untuk duduk, tetapi dia tidak sanggup karena pening di kepalanya justru semakin bertambah. Rachel pun akhirnya mulai menangis karena merasa kesal dengan dirinya sendiri. Rachel benci menjadi lemah.

Pintu kamar Rachel terbuka menampilkan Anita yang tidak lain adalah ibu kandung Rachel yang terlihat sudah berpakaian rapi menenteng nampan berisi makanan. Wanita itu mendekati ranjang putrinya dengan panik ketika mendengar suara isakan sang putri.

Rachel berusaha menutupi wajahnya dengan menarik selimut sampai kepala. Rachel paling malu jika ketahuan sedang menangis sejak kecil. Meski pun di depan ibu kandungnya.

"Ya ampun, Acel, kenapa sayang?" Anita meletakkan nampan di atas nakas dan dengan segera berusaha mengecek keadaan Rachel. Namun Rachel menahan selimut yang menutupi wajahnya itu dengan erat.

Rachel akhirnya menyerah dan membiarkan Anita menarik selimutnya sehingga memperlihatkan wajahnya yang sedang menangis. Toh itu hanya ibunya dan bukan orang lain.

Yang Rachel tidak tau adalah Anita datang ke kamarnya tidak sendirian melainkan bersama Dimas yang sudah datang sejak tadi dan menunggu Rachel bangun dari tidurnya.

Anita memutuskan untuk membangunkan Rachel sekaligus menyuruhnya makan dan minum obat karena hari sudah siang. Tidak baik juga orang sakit terlalu banyak tidur. Dan Anita juga mengajak Dimas sekalian karena anak lelaki itu sudah menunggui sekitar dua jam.

"Acel mau apa?" tanya Anita lembut sambil membelai lembut kepala anaknya. Lalu beliau beralih menyingkap rambut yang menutupi dahi Rachel yang berkeringat. "Kok nangis? Sakitnya makin parah? Kita ke dokter aja, ya?" tanya Anita lembut dan penuh perhatian.

Rachel menggeleng lemah. "Haus, Ma," ucapnya pelan.

Anita segera mengambilkan air yang diinginkan anaknya. Lalu Anita membantu Rachel untuk bangun dan meminum airnya.

Sesaat setelah Rachel berhasil menandaskan setengah dari isi gelas, saat itu juga Rachel menangkap sosok Dimas sedang berdiri canggung di dekat kaki ranjang.

Rachel mengerjapkan matanya beberapa kali, mengira kalau sosok itu kemungkinan besar hanya halusinasinya. Tetapi nyatanya sosok itu tidak kunjung menghilang dan Rachel sadar kalau sosok itu benar-benar Dimas. Refleks Rachel langsung kembali menarik selimut untuk menutupi wajahnya. Dia malu!

Anita yang sadar sikap Rachel mendadak berubah karena menyadari kehadiran Dimas tersenyum kecil. Diusapnya lembut kepala anaknya itu. "Acel makan dulu, yuk?" Bujuk sang Mama. "Abis itu minum obat biar enakkan." Lanjutnya.

Rachel tidak menjawab dan masih tetap diam dibawah selimut.

"Cel, Mama harus berangkat ke Lampung dua jam lagi. Mama nggak tenang kalau Acel masih sakit. Atau mau ke dokter aja?" tanyanya.

Meski pun tidak kelihatan, Anita tau Rachel menggeleng dibalik selimutnya.

Anita lalu melirik Dimas yang masih saja berdiri dengan kaku memperhatikannya dan Rachel. "Dimas duduk aja, nggak usah canggung," ucapnya.

Knock Me OutWhere stories live. Discover now