Chapter 2

194 7 0
                                    

Tanpa pikir panjang aku langsung menjawab,
"Tidak, namun aku pernah melihat namanya di.. ah, di koran. Kalau tidak salah dia itu gadis yang berhubungan dengan hal gaib, dan ju-"
"Aku tidak menyuruhmu menceritakan detailnya, cukup jawab ya atau tidak!"
Dengan nada yang ditinggikan dia memarahiku, yang membuatku menjadi merasa terpuruk.
"Ya, betul, dia berhubungan dengan hal gaib. Aku pikir kau adalah dia. Karena kedua wajah kalian sama. Hanya warna rambut saja yang beda."
"Aku tidak memperhatikan wajahnya saat aku baca koran, jadi a-"
"Aku tidak menyuruhmu untuk bicara!"
Sekali lagi, untuk kedua kalinya, aku dimarahi lagi olehnya!? Apa dia pikir aku ini punya banyak waktu untuk kubuang hanya dengan dimarahi!? Apakah salah kalau aku hanya mengutarakan pendapatku? Cakep-cakep Pemarah.
"Aku juga tidak menyuruhmu untuk curhat. Siapapun Kanzaki Mikuro itu, aku tidak ada hubungan dengan dia. Tak ada sama se-ka-li. Dan juga aku tidak punya banyak waktu hanya untuk bertemu dengan orang yang baru saja aku temui siang tadi dan tiba-tiba mengajakku ke tempat sepi dan malam-malam! Aku bahkan belum sampai satu hari mengenalmu!"
Seketika emosiku meluap-luap. Melihat ekspresinya yang tetap datar dan menatap tajam mataku membuatku ingin mencakar wajahnya agar tidak ada wanita yang ingin menikah dengannya.
"Aku sama sekali tidak tertarik dengan wanita seperti kau. Jadi buanglah jauh-jauh pikiran negatifmu dan jangan terlalu kepedean."
"Cih, memangnya kau siapa mau atur-atur hidupku!? Wajar saja kan kalau aku berpikiran negatif, aku bahkan hanya tahu namamu. Latar belakangmu apa, tujuanmu apa, itu semua aku belum tahu, oke? Jadi kalau kau masih ingin pertemuan ini berlanjut, maka sebaiknya kau patuhi dua syarat ini: 1, pertemuan ini akan kita lanjutkan di kafe atau tempat ramai lainnya, dan 2, jangan melarang-larang aku bicara lagi, deal?"
Secara tiba-tiba aku langsung melontarkan kata-kata yang langsung melintas di pikiranku. Sasuke tampak sedikit berpikir lalu menjawab,
"Hn..."
Hn!? Apa katanya? Hn!? Kata ambigu macam apa itu? Aku hanya bisa diam seribu kata
"Tidak."
Aku memang tidak habis pikir dia sangat santai menolak ajakanku, lagipula, ini kan bukan urusanku, ini kan keperluannya, kenapa aku harus repot memaksanya?
"Oke, yasudah aku pergi!"
"Tunggu."
Innerku bersorak dan berpesta mendengar dia menyuruhku untuk menunggunya.
"Berikan aku ponselmu."
Aku terkejut dan berbalik dan menatap matanya, seakan ingin mencari tahu sesuatu lewat matanya. Setelah cukup yakin, aku memberinya ponselku. Aku memperhatikan gerak-geriknya yang juga mengeluarkan ponselnya.
'Tampan dan... seksi.'
Tunggu, apa? Pikiran negatif apa lagi yang aku pikirkan? Kami-sama, tolong aku T_T
"Ini."
Dia melempar ponselku, untung saja aku cepat menangkapnya. Seketika aku melihat seringai mengejeknya yang memang terlihat jelas ditujukan padaku. Tanpa pamit aku langsung pergi meninggalkannya dengan kaki yang kuhentakkan.

Aku melajukan sepedaku dengan cepat. Perasaanku rasanya menggebu-gebu, karena sebelum aku sempat pulang Sasuke mengucapkan bahwa dia tadi hanya mengambil nomorku.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Orang itu lagi, dia sangat mirip dengan Sasuke, namun ketika aku melihatnya rasanya begitu menyilaukan. Aku ingin menyentuh hatinya dengan lembut sebagai canda yang menggoda.

PLAK

"I-INO?"
Aku memegang pipiku yang baru saja seseorang tampar. Meskipun hanya tamparan yang tidak terlalu keras, namun dapat membuatku langsung terbangun dari mimpi indahku. Aku langsung memandang ke samping tempat tidurku dan terkejut bukan main. "Sa-suke!?"
Aku sempat berpikir bahwa itu Ino, namun... aku tidak habis pikir Sasuke dapat masuk ke rumahku. "Bagaimana kau bisa ada disini?"
"Bodoh, kau tidak mengunci rumahmu. Tidak kusangka kau sebodoh itu, Dobe."
Aku segera berlari keluar dari kamarku dan mengecek pintu rumah.
"Tenang saja, sudah kukunci."
Aku mencoba untuk memahami semua kejadian yang telah aku lalui. Mulai dari mimpi bertemu dengan lelaki mirip Sasuke dan juga Sasuke yang tiba-tiba ada di rumahku. Bagaimana jika Ino melihat hal ini?

Aku membersihkan diriku sambil memikirkan kata-kata apa yang harus aku ucapkan nanti di depan Ino jika dia tahu hal ini. Sekarang Sasuke sedang berada di ruang makan entah melakukan apa. Setelah selesai mandi aku memakai bajuku yang sebenarnya tidak pernah aku pakai di rumah, dan malah sering aku pakai bepergian. Entah kenapa aku memilih baju itu untuk kupakai, mungkin karena ada Sasuke atau karena aku belum terbiasa kedatangan tamu di rumah? Entahlah. Kuangkat kakiku menuju ruang makan.

"O-ohayou."
Rasanya makan pagiku terasa sangat canggung karena adanya lelaki satu ini di depanku. Seperti aku harus menjaga sikap saat makan, dan berbicara formal.
"Gak usah sok sopan, kita bukan orang asing yang baru bertemu hari ini. Dan kita juga bukan teman."
Shit, dia ini selalu saja seenaknya, datang ke rumah orang aja seenaknya, makan juga seenaknya. Tapi yang paling aku tidak suka saat dia mulai melarangku atau mengejekku. Seketika saja sendok yang aku pegang sudah agak remuk. Meskipun tampan tapi dia sangat menjengkelkan. Bagai udang di balik batu.

"Hei."
Apa aku tidak salah dengar? Sasuke barusan memanggilku kan?
"Kau memanggilku?"
Tanyaku bodoh, memang sudah jelas sih aku yang dipanggil, tapi kan, baru kali ini dia yang memulai pembicaraan.
"Iya bego."
Berusaha menahan emosinya Sasuke menjawabku. Rasanya ingin tertawa melihat jidatnya yang sudah menampakkan empat siku-siku.
"Apa?"
"A-aku... ingin minta tolong."
Aku menaikkan alisku, apa dia benar-benar ingin minta tolong padaku? Aku membiarkan dia melanjutkan kata-katanya.
"Izinkan aku tinggal disini."
Aku membelalakkan mataku dan menatapnya tak percaya.
"Aku punya alasan, aku tahu, alasan ini tidak akan masuk akal, namun aku akan tetap mengatakannya."
Sedikit penasaran aku masih diam dan melihat dia menatapku yakin dan kembali berbicara.
"Aku ini tidak nyata. Aku hanyalah roh, diriku yang asli koma di rumah sakit. Aku bingung kenapa kau dapat melihatku. Dan juga kau sangat mirip dengan dia... Kanzaki Mikuro. Dia adalah mantan pacarku, sekaligus yang membuat aku koma. Aku selalu mengira kau adalah dia, namun kau tetaplah Haruno Sakura."
Sasuke diam sejenak lalu melanjutkan perkataannya,
"Dia menjadikanku tumbal untuk kepentingannya sendiri, untuk menyatu dengan iblis. Dan saat ini aku tidak tahu dia berada dimana. Terserah kau mau percaya atau tidak, tapi tolong izinkan aku tinggal disini. Aku tidak dapat kembali ke tubuh asliku. Aku tidak akan lama disini. Hanya sampai hari terakhir musim panas."
Aku berusaha mencerna semua kata-kata Sasuke. Pikiranku menyatakan bahwa dia hanya berbohong, namun jauh di hati kecilku, aku percaya padanya. Akhirnya aku mendapatkan suatu ide, aku mengambil kameraku dan memotret Sasuke, aku tersenyum kecil melihat bahwa di foto tersebut Sasuke tak ada. Maka dari ini aku langsung percaya padanya.
"Umm... boleh saja. Asalkan kau harus mematuhi peraturan di rumah ini."
Aku tersenyum licik padanya, setidaknya disini aku yang berkuasa, dan aku bisa menendangnya keluar rumah kapanpun aku mau.
"Hah... baiklah."
Aku tertawa melihat ekspresi menyesalnya, sedangkan dia hanya tersenyum tipis.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Hari-hari berlalu, aku dan Sasuke menjadi seperti sahabat, namun.. ada yang salah, aku mencintainya. Dan musim panas tinggal 2 Minggu lagi. Aku semakin takut kehilangannya. Kadang aku ingin pergi melihat tubuh aslinya yang masih tergulai lemah di rumah sakit, namun Sasuke selalu melarangku dengan alasan yang sama,
"Aku tidak ingin kau melihatku."
Kembali dia melarangku dengan lembut. Aku hanya bisa senyum terpaksa lalu meninggalkannya yang sedang menulis sesuatu, yang aku tahu, setiap hari dia selalu menulis di buku itu. Mungkin itu hanyalah diarynya.

"Sasuke-kun, ayo pergi."
Ya, setiap Minggu pagi aku dan Sasuke selalu ke pantai, karena tempat itu adalah tempat yang sangat Sasuke sukai. Dia berencana ingin tinggal di pantai nantinya, jika dia sadar dari komanya. Aku hanya bisa mendukungnya lewat kata-kata.
Aku mengobrol ringan dengan Sasuke di tepi pantai sambil bermain air sedikit.

TBC

Gomen Ne SummerWhere stories live. Discover now