Istimewa (Last Bagian)

7.2K 180 15
                                    

Ify, Ashilla, Alvin, Sivia, Aditya, Cakka dan Lyssa juga Stev menunggu dokter yang memeriksa Mario dengan cemas. Mereka duduk dengan diam seraya merapalkan doa agar semua nya baik-baik saja.

CKLEK..

Pintu ruangan dimana Mario di rawat terbuka. Keluarlah dokter Davin. Ify segera bangkit dari duduknya dan menghampiri Dokter Davin di ikuti yang lain.

"Gimana keadaan kakak saya, Dok? Dia baik-baik aja kan?" tanya Ify yang di angguki oleh yang lain. Dokter Davin menghela nafas berat.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi nyatanya Tuhan berkehendak lain, pasien telah kembali ke sisi-Nya," ucap dokter Davin.

Lyssa yang mendengar bahwa Putra sulungnya itu telah kembali ke sisi-Nya langsung memeluk suaminya, Stev, menangis dalam pelukan suaminya itu.

"DOKTER BOHONG KAN? BILANG SAMA SAYA KALAU DOKTER BOHONG," teriak Ify seraya mengguncang tubuh dokter Davin. Dokter Davin menggeleng.

"Saya tidak bohong. Kalian bisa masuk dan melihat, karna sebentar lagi pasien akan di pindahkan ke kamar mayat. Saya permisi." Dokter Davin pun meninggalkan Ify juga yang lain.

DEG...

Ify memegang dadanya. Kenapa terasa sakit? Kenapa terasa sesak?
Seperti ada ribuan pisau menancap dalam dada nya. Kaki nya pun sudah tidak mampu menahan tubuhnya, ia terjatuh duduk di lantai dengan memegang dadanya yang benar-benar terasa sakit.

"Ini salah gue. Ini salah gue. Coba aja kalau gue bisa sabar, coba aja kalau gue nggak nyuruh kak Mario ngebut. Semua ini nggak akan terjadi."

Sivia menutup mulutnya menahan isak tangis, sedangkan Ashilla pun sudah menangis di pelukan Alvin kakaknya.

"Ini salah gue. Ini semua salah gue"

Aditya berjongkok di hadapan Ify lalu memeluk tubuh mungil gadis berdagu tirus itu.

"Ini bukan salah siapa-siapa. Ini udah takdir Tuhan. Jadi stop buat nyalahin diri lo sendiri." Aditya makin memperat pelukannya pada Ify. Dan saat ini pun semua menangis penuh luka.

---

Pemakaman sudah selesai. Namun, Ify masih Setia memandang nisan bertuliskan nama kakaknya itu. Ia tidak perduli hujan membasahi tubuhnya. Lyssa juga teman Mario sudah membujuk gadis itu untuk ikut pulang mengingat harinya memang sedang hujan. Namun, Ify bersikeras ingin tetap disitu. Dan di sinilah Ify, masih di pemakaman dengan rintik hujan yang menemaninya.

"Gue jahat ya kak? Coba aja kalau gue bisa sabar. Coba aja kalau gue nggak nyuruh lo ngebut. Pasti semua ini nggak akan terjadi. Pasti lo masih ada di sini nemenin gue."

Ify memejamkan matanya dengan tangan yang terus memegang kalungng pemberian dari Mario.

"Kak Mario, gue nggak tau gimana hari-hari gue tanpa lo. Gue nggk tau apa gue sanggup buat ngejalaninnya tanpa lo. Hidup gue udah biasa dengan adanya lo di samping gue. Tapi sekarang?"

Ify menangis terisak. Ia tau menangis tidak ada gunanya. Ia tau menangis tidak akan membuat kakaknya kembali. Tapi, apa yang ia bisa lakukan untuk membuat dunia tau bahwa dirinya benar-benar sangat kehilangan Mario selain menangis?

Ify berteriak keras di pemakaman yang sepi meneriakkan nama kakaknya itu. Ia menenggelamkan wajahnya di kedua lututnya.

"Gue sayang lo, Kak. Dan sayang ini nggk akan pernah berubah sedikitpun," gumam Ify pelan.

Istimewa [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang