Part XVII

3.9K 286 1
                                    

Happy reading!

*****

Maulvi's POV

Aku menatap layar laptopku dengan datar. Pekerjaanku sudah selesai dan sekarang aku sedang bingung akan melakukan apa. Aku melirik jam, sudah pukul empat. Apa Ana sudah pulang kantor? Ah, aku merindukannya, sangat merindukannya. Aku sangat ingin bertemu tapi aku takut, takut melihatnya sedang bermesraan dengan pacar barunya.

Aku menutup laptopku ketika ponselku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Aku mengambil lalu melihat ponselku. Aku terpaku, Niana mengirimku chat? Aku kaget ketika ponsel yang berada di tanganku berdering, nama Niana muncul di sana. Ana meneleponku. Aku tersenyum senang dan buru-buru mengangkatnya.

"Halo"

"Al"

Dia memanggilku Al!

Aku berdeham dan menjawab "Ya?"

"Kerjaan kamu udah selesai?"

"Udah."

Kudengar helaan napasnya. "Nanti bisa ketemu sama aku nggak?" Aku mengerjabkan kedua mataku, Ana mengajakku bertemu.

"Di mana?" tanyaku

"Di apartemenku bisa? Makan malam di sana. Aku masak."

"Oke. Jam tujuh aku ke sana."

"Oke. See you Al"

"See you Ana" Aku tersenyum senang. Finally! Aku bertemu dengannya lagi, setelah sekian lama tidak bertemu.

Tidak lama kemudian senyumku luntur karena memikirkan, jangan-jangan Niana mengajakku bertemu karena dia akan menikah dengan David? Aku menggeleng. Mereka baru jadian sebentar, masa langsung mau menikah. Iya nggak mungkin, hentikan pikiran negatif lo Maulvi!

*****

Aku berdiri di depan pintu apartemen Niana. Gara-gara pikiran buruk sialan! Aku jadi memikirkannya sepanjang jalan, bahkan pada saat aku lagi mandi! Astaga, aku memejamkan mataku menenangkan diri.

Akhirnya setelah menengangkan diriku selama lima menit. Aku memutuskan untuk menekan bel. Tidak sampai sedetik pintu di depanku terbuka. Aku menelan ludah melihat senyumnya.

"Hai. Kenapa lama banget neken bel nya?" tanyanya

"Kamu tahu aku di depan?" Aku menatapnya kaget. Dia mengangguk.

"Aku ngintip tadi. Abis selesai nyapu dan nggak sengaja liat bayangan di bawah pintu, pas aku lihat kamu. Ada apa?"

Aku menggeleng. "Gapapa."

"Masuk yuk." ajaknya

Aku mengikutinya masuk ke dalam. "Kamu udah selesai masak?" tanyaku

"Udah. Aku cuma masak pasta, jadi cepat." jelasnya. Aku cuma mengangguk.

"Mau langsung makan?" tanyanya dengan senyuman manis.

Aku berdeham. "Boleh"

"Yuk."

Aku duduk di bar, sedangakan Niana mengambilakan makananku.

Aku tersenyum ketika Niana menaruh sepiring pasta di hadapanku. "Thanks" ujarku

"Ur welcome" Dia lalu duduk di sampingku.

Kami memakan dalam diam, karena suasana yang sangat canggung. Kami tidak pernah ada dalam suasana sangat canggung seperti ini.

Akhirnya selama makan tadi, tidak ada yang berbicara, fokus ke makanan masing-masing.

"Thankyou for your food. Makanan kamu selalu enak Ana" Aku menatapnya yang di balas dengan senyuman malu.

"Biar aku yang cuci piringnya." Aku mengambil piring kotor kami.

"Engga usah, biar aku aja nanti." Tangannya menahan lenganku.

"Its okay. Kamu udah masak, biar aku yang cuci" Aku tersenyum tipis.

"Oke" balasnya mengalah.

Setelah mencuci piring, Niana mengajakku duduk di ruang tengah sambil menonton tv. Aku duduk di sampingnya yang sedang makan semangkuk eskrim.

"Kamu mau?" tawarnya

Aku menggeleng. Lalu melihat ke arah tv yang sedang menayangkan film box office yang pernah tayang di bioskop.

Aku berdeham. "Sebenarnya kamu ngajak aku ketemu, ada apa Ana?"

"Gapapa. Cuma mau ketemu aja. Kangen." jawabnya santai.

Aku melihatnya dari samping yang sedang serius menonton. "Kangen?" tanyaku

"Iya kangen."

"Kamu kangen sama aku?"

Niana menoleh lalu menatap mataku. "Iya aku kangen sama kamu Al"

Aku tersenyum. "Aku juga. Kangen banget malah sama kamu"

"Kamu sih pake segala nggak mau ketemu lagi!" Dia menatapku kesal.

"Aku nggak pernah bilang, nggak mau ketemu kamu lagi. Kamu ngarang!" belaku

"Buktinya kamu udah nggak pernah ngechat atau anter jemput aku lagi" ujarnya.

Aku mengehela napas. "Aku nggak enak sama pacar kamu Ana. Kalau aku anter jemput kamu sama nge chat kamu, nanti kamu di bilang selingkuh."

Dia menatap mataku intens. "Aku nggak punya pacar"

Aku mengerjabkan mataku. "Apa?"

"Aku engga punya pacar Al." Dia tersenyum.

"Tapi waktu itu, bos kamu bilang.-"

"-Jangan percaya sama dia! Aku engga ada apa-apa dengannya. Dia ngarang" potongnya.

"Kamu nggak pacaran sama dia?" tanyaku memastikan

Dia mengangguk. "Engga. Nggak sama sekali" jawabnya

Aku tersenyum lega. Semua yang aku pikirkan ternyata salah. Dia tidak pernah pacaran dengan bos sok ganteng nya itu.

"Jangan percaya sama omongannya ya." pintanya

"Oke" jawabku.

Aku memeluk tubuhnya dari samping. Niana bersandar di dadaku.

"Jadi kamu single?"

"Emang aku pop corn apa single." katanya sambil tertawa.

"Aku serius!"

"Iya." jawabnya singkat. Aku mencium puncak kepalanya.

"Berarti kalau aku dekatin dan perjuangin kamu lagi, boleh?" tanyaku

"Boleh Al."

"Oke." Aku memeluknya erat.

Aku berjanji pada diriku sendiri, aku akan menjaga dan tidak akan melepaskan Ana lagi, apapun yang terjadi. Dan aku akan merubah sikap burukku dulu padanya. Aku kembali mencium puncak kepalanya. I love her so much.

To be continued~
*****

Thankyou for reading. Please vote and comment😁🙏🏻

Back To YouWhere stories live. Discover now