Part 2

10K 995 26
                                    

Aku mendengar lagu di telingaku
Membuatku mengingatmu
Melalui air mata mengalir
Matamu, sentuhan terasa
Dan menghilang lagi..

Tiara bersandar pada kepala ranjang sambil membaca sebuah novel. Ia sempat tidur sebentar beberapa saat lalu. Tiara merasa bosan syukurlah ia membawa novelnya dari Singapura walaupun hanya 10 novel. Reno sejak 3 jam yang lalu belum kembali ke kamar. Ia sedang asyik dengan dunianya, bekerja. Tiara tidak bisa melarangnya walaupun ia sangat ingin. Ia membutuh perhatian dari Reno.

Pintu kamar terbuka, Reno berdiri di ambang pintu dengan mengenakan kaos rumahan berwarna putih. Ia berganti saat Tiara tidur. Tiara menoleh padanya sebentar lalu membaca novelnya lagi. Reno tidak mencarinya kan? Batin Tiara.

"Apa kamu tidak masak?" Tanya Reno.

"Aku tidak bisa masak." Sahut Tiara tak mau repot melihatnya. Desahan napas Reno  begitu nyaring.

"Kita, delivery saja kalau begitu." Reno mengambil ponsel disaku celana pendeknya.

"Apa kamu mengingatku ketika ingin makan saja?" Rahang Reno mengeras.

"Apa kamu tidak bisa kalau tiap hari kita berdebat?" Tiara menutup novelnya hingga bersuara.

"Jika berdebat itu bisa membuatmu melihatku. Akan aku lakukan setiap hari," tatapan Reno begitu tajam namun Tiara tidak gentar. Ia ingin mempertahankan keangkuhannya untuk menaklukan Reno. Tanpa di duga Reno malah tertawa. Tiara menyerngit, aneh.

"Tidak ada gunanya menurutku, Tiara. Jangan bertingkah seperti anak kecil. Tidak semua yang kamu inginkan akan menjadi milikmu." Ucapannya telak menyakiti hati Tiara.

"Walaupun ikatan kita begitu kuat?. Apa aku tidak bisa memiliki mu?. Suami-istri menurutku adalah ikatan suci. Aku salah mengira sepertinya. Kamulah yang seperti anak kecil. Pernikahan bukan untuk main-main, Reno. Tidakkah kamu menghargai orangtuaku yang menjadi wali nikahku?. Beliau mempercayakan putrinya pada pria yang belum ia kenal." Ucapnya marah. Setidaknya ada perjuangan dari Reno yang menginginkan pernikahan ini berjalan dengan lancar walaupun belum tanpa cinta.

Hening

"Maaf," timpal Reno sesal. Inilah kenapa ia selalu menghindar jika berduaan dengan Tiara. Berujung dengan perdebatan yang saling menyakiti. "Aku akan memesan makanan. Apa kamu menginginkan sesuatu?"

"Tidak, terimakasih!" Tiara beringsut turun dari ranjang dan berjalan melewati Reno. Ia ingin minum ke dapur.

"Maafkan aku, Tiara," permintaan maafnya hanya dianggap angin lalu oleh Tiara.

"Jangan menganggap aku adalah wanita yang lemah, Reno. Setiap ucapanmu akan menggores hatiku. Tapi aku bisa memakluminya. Seharusnya kamu jangan egois mementingkan dirimu sendiri. Ingatlah aku sedang mengandung anakmu. Sikapmu ini membuatku bingung. Untuk apa kamu ingin bertanggung jawab tapi kenyataannya kamu tidak ada niat untuk memperbaiki kesalahan yang telah kita buat!" tanpa ingin tau jawaban Reno. Ia segera pergi, tubuh Reno terasa beku.

Segala ucapannya memang benar, untuk apa Reno menikahi Tiara jika hanya untuk menyakitinya?. Reno selalu lepas kontrol jika bersama Tiara. Demi menutupi rasa cintanya ia harus menyakiti wanita lain. Ia meremas dadanya.

Ku mohon ubahlah hati ini. Biarkanlah nama yang tertera di dalamnya terhapus dan digantikan oleh ibu dari anakku.

***

Reno telah memesankan makanan cina. Makanan yang bercita rasa asin dan berkuah. Makanan cina lebih banyak sayuran. Tiara yang enggan makan setelah perdebatannya dengan Reno menghilangkan nafsu makannya. Ia tidak seegois Reno. Tiara masih memikirkan bayi yang dikandungnya. Usianya baru 12 minggu pantas ia masih merasakan mual.

Remember Me Where stories live. Discover now