Prolog

139 11 3
                                    

Elvin menggerutu sambil sesekali menggebuk samsak yang dibelikan ayahnya untuk berlatih tinju

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Elvin menggerutu sambil sesekali menggebuk samsak yang dibelikan ayahnya untuk berlatih tinju. "Sampah! Kenapa masih ada cowok yang mau coba nyakitin dia sih?"

"Lo tuh berisik, Vin!" omel Evelyn, kakak perempuannya sambil menyembulkan kepalanya di pintu kamar Elvin. Elvin menoleh sambil menatapnya sengit. Ia sangat tidak suka dikomentari pada saat ia sedang emosi. "Jangan cuma bisa marah-marah sambil nonjokin samsak. Bertindak! Setidaknya dengan lo merasa cewek itu diperlakukan nggak adil, lo udah jadi cowok yang lebih baik daripada cowok yang bikin lo emosi itu." Tajam, dan tepat sasaran. Selalu seperti itulah perkataan Evelyn.

"Yee, lo kata gampang apa?" gerutu Elvin, lagi. Ia tidak berhenti-hentinya mengeluh tentang keadaan dirinya dengan gadis yang ia sukai. "Gue bisa ngomong aja udah bagus, Lyn," sambungnya lagi. Memang benar, mungkin bagi sebagian orang, berada dekat dengan cewek/cowok yang ditaksir merupakan berkat. Namun tidak untuk dirinya. Ia merasa bahwa hal itu adalah cobaan. Ia harus bisa bersikap tenang, karena jika ia tidak tenang, maka seluruh temannya akan mengetahui tentang rahasia besarnya itu.

"Makanya, jangan otot sama congor doang yang digedein, nyali juga!" ledek kakaknya seraya pergi sambil menutup pintu, membiarkan Elvin berpikir untuk setidaknya kali ini berjuang.

Ia merogoh ponselnya dengan kasar lalu membalas sebuah story di snapchat yang membuatnya sangat risau itu.

Lo gpp?

"Anjir! Mampus udah gue. Gue mikir apa coba bisa ngetik kaya gitu?" gumamnya. Tanpa berpikir panjang, ia memutuskan untuk menaruh ponselnya di kasur dan kembali melakukan serangkaian work out—untuk menghilangkan stress.

Namun, hal itu tidak berlangsung lama. 5 menit kemudian, ponselnya bergetar.

Message from Claire A.

gapapa, vin.

Nyesek, sedih, sekaligus amarah merasukinya. Mengapa sulit sekali baginya untuk dekat dengan gadis impiannya itu?

**

Pria berusia 17 tahun itu membanting tubuhnya ke kasur empuk yang sudah menemaninya sedari kecil itu. Ia mengambil telepon genggamnya dan menggulung layar ponselnya tanpa minat. Beberapa pesan singkat dibalasnya, dan banyak pesan singkat lainnya hanya dibaca. Sudah bukan hal aneh bagi gadis-gadis yang menyukai Elvin. Ia memang terkenal sangat cuek dan tidak pedulian terhadap makhluk yang dinamakan perempuan. Ia hanya bisa peduli terhadap teman laki-laki, teman perempuan yang tidak memiliki tanda menyukainya, teman perempuan berkekasih, pacar teman-temannya, basket, dan sekolah.

Amanda Gabriella: Jalan yuk, Vin. Please? Gue pingin bgt jalan sm lo.....😄😄 gue tunggu di starbucks jam 5 sore, ya!

Elvin Alatas: Nggak ah

Karena bosan menanggapi chat perempuan yang dinilainya menel dan tidak penting, ia memutuskan untuk untuk membuka grup yang berisikan sahabat-sahabatnya yang dinamai 'Quatro Quack Quack' di sosial media yang sedang populer belakangan ini, LINE. Elvin nampak sedikit terhibur dan sesekali terkekeh.

Martin Fabrizio: cb ya tlong gue. Plis

Seth Alaskan: nape tinn

Alvaro Ajisaka: ape, galau lagi gue jitak lo.

Seth Alaskan: oyaa, nggak seharusnya gue ngerespon. Martin mah nggak jauh dr Chelsea. mending jg Chelseanya bwt gw

Martin Fabrizio: jdi kan, gue kemarin nyoba ngajak dia jln. masa pas hr h tuh pas gue udh dpn rmhnya, dia ngecancel krn blg ad acara mndadak. bt bgt kan gue krn gue udah rapi" bgttt. gue tungguin dpn rmhnya kn, taunya dia pergi sm cowo lain cb, keluar rmh duaan sambil ktwa" gt. kan bete gwa.

Elvin Alatas: banci lo curhat kaya cewe, tin. panjang x lebar udah kaya rumus persegi panjang.

Seth Alaskan: banci lo curhat kaya cewe, tin. panjang x lebar udah kaya rumus persegi panjang. (2)

Alvaro Ajisaka: banci lo curhat kaya cewe, tin. panjang x lebar udah kaya rumus persegi panjang. (3)

Martin Fabrizio: GA KREATIF LO SEMUA! temennya galau ya seharusnya ditolong gmn si

Alvaro Ajisaka: bapeeer anjer geli gue

Seth Alaskan: y udah sih ga dapet mah ga dapet aja tin. jangan kebanyakan ngarep, mending ngincer ade kelas. perjalanan cinta selalu mulus. kek muka gue!

Martin Fabrizio: gue mah bukan pedofil kek elo, skan.

Seth Alaskan: sialan lo, nyet. drpd jomblo mulu. mending sama dede gemes beda setahun dua tahun. yg penting hepi.

Alvaro Ajisaka: deuh anjir lu pada ky idupnya pada bener aja. liat noh si Elvin. fokus battt gapernah pusing krn cewe

Martin Fabrizio: gue sih ogah. abis dia ga ada rasa suka sama siapa" sama sekali. jangan" lo homo ya Vin?

Elvin Alatas: anjer! sembarangan bat lo ngomong. gue masih normal, nyet.

Alvaro Ajisaka: berisik deuh lo semua ah. kumpul di lapangan basket kuy, battle 2 on 2. pusing gue di rumah, kaka gue pulang. ga betah

Elvin Alatas: ok gue siap" trs otw, anak hurricanes lg mau lthn jg ktnya.

Dengan antusias, Elvin beranjak menuju lemari pakaian dan memakai jersey kebanggaannya. Sebuah baju basket tanpa lengan bertuliskan 'Theodore' --nama tengahnya-- dengan nomor punggung 19 berwarna merah pemberian gadis kesukaannya (beserta 34 orang lainnya alias teman sekelasnya) pada saat ia berulangtahun setahun yang lalu.

Jika Alvaro pergi bermain basket karena tidak betah di rumah, Elvin memiliki alasan yang lain. Ia butuh pengalihan perhatian dari Claire.

Bagi sebagian besar laki-laki, tidak ada yang jatuh cinta sebagaimana Elvin jatuh cinta kepada Claire. Elvin mencintainya dalam diam. Tidak ada pergerakan sedikitpun sebagaimana kebanyakan laki-laki pada umumnya. Mengapa?

Itu semua terjadi karena Elvin masih trauma.

Dulu, pada saat masih duduk di bangku SMP, Elvin jatuh cinta kepada seorang gadis mungil bermata cokelat. Setiap hari dia usahakan agar selalu ada untuk gadis itu. Namun, pada saat Elvin hendak menyatakan perasaannya, ia terlambat. Gadis itu telah menerima sahabatnya sendiri sebagai pacar.

Oleh karena pengalaman buruk dalam percintaannya itu, Elvin tidak pernah ingin sahabat-sahabat barunya di bangku SMA mengetahui siapa yang ada dihatinya. Ia trauma dan tidak bisa percaya lagi. Selain merupakan cinta pertamanya, pacar dari gadis itu merupakan sahabatnya dari kelas 1 SD. How can he trust people easily now?

**

RhapsodicWhere stories live. Discover now