Canteen

124 10 50
                                    


Hari itu dia mendekati orang yang aku sukai. Ya, dia bocah sekelasku juga. Dia mengajak orang yang aku sukai untuk menemani ke kantin pada jam istirahat.

Dan dia...

Melingkarkan tangannya di pinggang orang yang aku sukai dengan santai.

Sangat santai

Sementara aku bahkan belum pernah sekalipun berbicara pada orang yang aku sukai itu, atau dengan kurangajar memegang pantatnya seperti yang ia lakukan. Aku benar-benar marah. Namun tentu saja aku mampu menguasai perasaanku, hingga kemarahan yang bagi sebagian besar orang tidak masuk akal ini, cukup meledak-ledak di dalam hati saja.

Sebagai murid teladan, aku harus konsentrasi pada pelajaran dulu.

Aku adalah anak baik, dan aku harus melakukan semuanya dengan benar.

Tinggal menunggu sampai bel pulang sekolah berdering.

Sepulang sekolah aku bersegera menuju tempat parkir. Aku tahu kebiasaannya setelah bel pulang adalah bermain game bersama beberapa bocah lain. Karena itu aku benar-benar punya cukup waktu untuk menemukan motornya dan...... diam-diam merogoh sesuatu dari kantung tas.

"Hoi, Sat. Belom pulang lu?"

Sebuah suara menegurku lima belas menit kemudian, tepat saat aku menyalakan mesin motorku.

"Iya, gua ada urusan tadi, De."

"Loh? Gua ga liat elu di kelas. Lu di mana?"

"Halah lu kayak ga tau gua aje. Gua gaada waktu buat ngegame kayak lu."

Kami berdua tertawa kemudian. Dia, dengan tenang melaluiku tanpa berkata-kata. Aku berseru kepadanya.

"Hati-hati di jalan woy, tukang ngebut!"

Ia menoleh dan menyeringai, lalu dengan cepat kabur bersama motornya ke jalan raya. Sementara aku masih duduk di atas motor, belum beranjak, dan tersenyum.

Manis sekali

###

Jam istirahat, aku bersandar di muka pintu. Seorang bocah tergopoh-gopoh menghampiriku. Bocah berperawakan sedang dengan bentuk mata khas itu berhenti tepat di depanku. Tinggnya yang berbeda 5 sentimeter dariku membuatnya sedikit mengadah.

"Sat, lu tau gak?"

"Tau apaan?" sahutku datar

"Si De kemaren kecelakaan parah waktu pulang sekolah! Sumpah gila, parah! Kaki kanannya patah! Lukanya banyak banget, kena aspal."

"Wah! Kasian, keknya dia ga bakal ikut ujian semester bulan depan. Emang gimana ceritanya kok bisa kecelakaan? Apa dia ngebut kek biasanya?" aku bertanya dengan mimik serius.

"Katanya rem motornya udah aus, jadi motornya ga bisa di rem. Taulah dia motoran kek gimana."

Aku tercenung. "Mungkin nanti kita semua bisa jenguk dia di rumah sakit."

Bocah berperawakan sedang ini mengangguk prihatin sambil memeriksa ponselnya. Otaku seperti dia memang seolah tak pernah telat update. Baik itu di media sosial atau mengenai game favoritnya. Aku mengamatinya sesaat.

"Oi, Fa" kataku "Lu ada urusan ga?"

Ia mendongak dan diam sejenak sebelum menjawab. "Ga. Gua mau nonton anime tapi keknya tanggung, udah mau masuk."

"Kalo gitu..."

Aku meraih pinggangnya dan merangkulnya erat. Mendorongnya ke satu arah. Beriringan denganku.

"Ayo kita ke kantin."

.

Ia memesan beberapa makanan dan aku bilang kalau aku ingin memesan sama seperti yang dia mau. Bocah satu ini benar-benar manis, meski hanya dengan bersandar dengan tangannya di meja pemesanan kantin itu -dan anehnya tak ada satupun yang mengakui hal itu selain aku. Tak lama kemudian ia menghampiriku dengan dua piring pempek dan dua gelas es timun.

Oooh.... seleranya es timun? lucu juga. batinku sambil senyam-senyum sendiri.

"Bro, lu bawa motor gak?" tanyanya sebelum menggigit potongan pempek. Aku mengangguk sekilas.

"Emang kenapa, bro?"

"Minggu ini motor gua dibawa bokap ke luar kota, jadi belakangan gua nebeng si De. Tapi si De lagi di RS, jadi... gua nebeng ama lu boleh lah ya?" pintanya santai. Ya, tanpa ia memohonpun aku pasti bakal nganter dia pulang. Dianya aja yang kaga pernah minta anter.

"Ya bolehlah. Tapi entar gua mampir rumah lu."

"Lha, kenapa?" kali ini dia yang bingung. "Ya sebenernya nggak apa-apa sih, bro. Mumpung bonyok* gua lagi ga ada di rumah. Emang lu gaada les?"

"Ya enggaklah. Makanya gue mo nangkring di rumah lu."

"Sip dah!" serunya. "Nggak asik kalo ngegame sendirian, bro!"

Aku tersenyum sambil tertawa dalam hati.

.

Siapa yang tahu kalau sebuah pisau lipat bisa membantuku sejauh ini?





*Bokap-Nyokap

HEI HEI HEI HEI !!! :v

Hola Readers~ makasih sudah membaca chapter 1 dari "Darkness Side of the Quotes". Semoga memuaskan. masih ada chapter lain di belakang, jangan dilewatin aja :v

Ditunggu VoMent-nya~  ^O^ /

DARKNESS side of the QUOTESWhere stories live. Discover now