37- Thrēety Sevën

15.1K 370 4
                                    

For ; Hellen
To ; Vanyalera

Hari ini aku akan menjenguknya, kamu akan kembali bukan? Ini sudah setahun kamu pergi Vanya.

P.s. Aku merindukan mu.

Vanya membaca surat yang dikirimkan dari negara Thailand itu ditangan. Tanpa berniat menyimpan atau membalas nya. Kertas itu ia remas dan langsung dibuang begitu saja ke tempat sampah.

Sayang nya kertas itu tak masuk, melainkan jatuh ke bawah sebuah kursi roda entah milik siapa. Awalnya Vanya tidak terlalu peduli—begitu tau siapa yang duduk di kursi roda itu, segera Vanya bangkit dari duduk nya diranjang pasien dan berlari cepat, merebut kertas yang ternyata sudah berada ditangan sang pengguna kursi roda.

Perempuan itu merobek kertas tersebut dan ia remas kembali, menjejalkan nya dalam tempat sampah. Wajah nya sedikit mengeras, menahan emosi.

"Tau dari mana lo ruangan gue?" Vanya meliriknya dingin—bertanya to the point, membuat si pengguna kursi roda—Keyla meringis tak enak.

"Gak sengaja lewat kemari, gue liat lo di sini Kak."

"Alasan klise." Vanya mencibir. "Gue tau banget notif lo, kalo gak ikut campur, pasti ada sesuatu yang lo pengenin dari gue kan?"

Keyla mengernyit, sedikit tersinggung dengan tuduhan tak bertanggung jawab yang Vanya lemparkan padanya. "Seenggak nya, gue berusaha peduli—"

"Makasih. Tapi gue gak minta simpati dari lo." Vanya melebarkan pintu kamarnya dan mengedikkan dagu pada Keyla. "Keluar sekarang." Sahutnya kejam.

Keyla sedikit sebal karena usiran tak berperasaan yang Vanya lakukan padanya. Sebagai seorang perempuan yang selalu lebih pandai bersikap pada siapa saja, ego nya tak terima diperlakukan seenaknya begini.

"Kenapa lo boong sama Kak Gio?" Karena rasa penasaran yang cukup tinggi. Keyla pada akhirnya tak ada pilihan lain selain untuk bertanya saja sekarang. Vanya tidak bisa dibaik-baiki. Akibat adanya kemampuan membaca raut wajah seseorang, Keyla sadar jika Vanya saat ini kaget.

"Keluar," geram nya, menolak menjawab pertanyaan Keyla. Baginya perempuan berkursi roda dihadapan nya ini sungguh terlalu ingin ikut campur urusan orang. Vanya tidak mau bercerita atau menjelaskan apa pun pada seseorang seperti Keyla yang bahkan belum lama ini dia kenal dengan baik.

Keyla masih orang asing.

"Apa Kak Gio tau penyakit yang di derita lo saat ini?" Perempuan di hadapan nya kembali bertanya, memojokkan Vanya.

Kesal karena pengetahuan Keyla yang sudah melebihi batas, Vanya menghentakkan kakinya dan memilih mendorong kursi roda Keyla keluar dari kamarnya.

Keyla mendengus, tidak menolak saat Vanya mendorong kursi yang di dudukinya kembali pada perawat Emi—kebetulan perawat itu sedang menunggu tak jauh dari tempat mereka berada.

Vanya tau bila perawat ini lah yang menjadi perawat khusus Keyla, makanya dia mengantarkan perempuan yang entah kenapa menjadi menyebalkan nya ini pada wanita berseragam putih itu.

"Pengecut." Keyla bergumam, menyindir Vanya yang hendak berbalik masuk ke dalam kamar rawatnya.

Entah dari belati mana, Vanya merasakan dadanya di tikam dengan berulang begitu satu kata itu terdengar.

"Lo nyembunyiin semuanya dari orang yang peduli sama lo, itu gak lebih dari tindakkan seorang pengecut."

"Tau apa lo?" Vanya kesal. "Tugas lo sekarang tutup mulut, jangan bilang siapa pun kalo gue ada di sini. Kalo enggak, gue bakal—"

When there [is] Hope (COMPLETE)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin