EPILOG

64.4K 814 75
                                    

Keyla Endreas (21 tahun)Waktu kematian, 23

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Keyla Endreas (21 tahun)
Waktu kematian, 23.16 AM
____________________________________________________________________

Apa takdir tengah mempermainkan kita?

Keyla melipat kertas-kertas itu menjadi seekor burung. Dimana disisinya sudah banyak sekali tumpukkan burung kertas yang ia buat sedemikian rupa.

"Buatlah burung kertas sampai seribu, dan kau akan mendapatkan satu keinginan apa pun pasti terwujud."

Keyla tersenyum.

Melipat penuh kehati-hatian burung kertas itu. Hingga sampai beberapa puluh ekor. Kertas yang ada di dalam buku itu mendadak sudah habis setengahnya.

"Aku ingin kebahagiaan kedua orang tuaku... Kebahagiaan mereka yang peduli padaku... Dan kebahagiaan Elang yang kucintai–" Gerakkan tangan Keyla bergetar.

Mendadak rasa pusing melanda kepalanya. Bebarengan dengan itu, pintu ruangan terbuka, menampakkan Anggi di sana.

"Apa yang sebenarnya lo lakuin Keyla?!"

Keyla yang sejenak merintih, langsung mengernyit, menatap heran kemarahan yang berpancar dari kedua mata sahabatnya.

"Menyerahkan pendonor pada orang lain, dan mengabaikan kesembuhan lo?"

"Apa?"

"Gak usah mengelak! Lo nyerahin pendonor itu buat Kak Vanya, iyakan?"

Keyla terdiam. Tak bersuara. Di saat itu, raungan putus asa Anggi terdengar. "Kak Vanya bakal benci lo. Dia gak akan terima kebaikkan lo ini."

"Kenapa?" Keyla dengan wajah polos menimpali, dengan tanya.

"Karena dia itu orang yang gak mau di kasihani! Lo lagi dalam kondisi yang seharusnya udah di operasi semenjak lama. Lalu saat pendonor datang, lo malah nyerahin pendonor itu pada orang lain. Kak Vanya gak bakal maafin dirinya sendiri karena keegoisan lo."

"Yang terpenting dia sembuh." Keyla tersenyum. "Dari pada dia, penyakit gue emang udah gak bisa ditangani."

"Keyla– astaga! Hidung lo berdarah?!!!" Anggi yang sebelumnya kesal mendadak panik. "Dokter! Dokter! Ada dokter di luar??!!"

"Nggi–" mendengar Anggi yang berteriak, malah membuat kepala Keyla tambah pusing.

"Lo tunggu disini! Biar gue panggil dokter!!"

When there [is] Hope (COMPLETE)Место, где живут истории. Откройте их для себя