I

97 10 1
                                    

Celia masuk dengan tergesa-gesa, tali sepatu yang tidak terikat dengan benar menjadi beban yang memungkinkan dia terjatuh maupun tersandung. Pukul 7 lebih 5 menit ia menaiki puluhan anak tangga agar mencapai lantai 3, kelas yang berada di bagian timur pun membuat ia memaki dirinya sendiri.

'baru awal pertemuan udah telat aja! gimana nasib gue ketemu wali kelas, bakal diceramahin panjang lebar. Malu gue ketemu temen baru' Tak jauh lagi pintu kelas terlihat, dengan nafas yang tergesa-gesa dan tali sepatu yang sudah tak karuan membuat Celia harus berhenti sebentar, awal bertemu harus membuat kesan yang bagus, pikirnya. Setelahnya ia merapihkan baju yang sedikit keluar dan rambut yang berantakan.

Jendela kelas yang tak bergordyn memudahkan Celia untuk mengintip apakah wali kelas sudah masuk atau murid yang tengah sibuk untuk berkenalan. Keberuntungan ada ditangannya, semua murid di kelas 10 C tengah disibukkan dengan berkenalan, perlahan ia membuka pintu, dan berpasang mata menatapnya, bagaikan anak itik yang ingin dimangsa.

"Hai, sorry ya telat, jadinya pada kaget dikira guru masuk ehehe" tubuhnya bergetar, matanya mencari kursi yang kosong. Persis sebelah laki-laki yang sedang membaca komik, dengan segenap tenaga, Celia menduduki kursi di samping laki-laki itu. Tak sengaja ia melirik laki-laki itu dengan ekor matanya 'wanginya enak, persis kayak Ezra'.

"Hai aku Celia, salam kenal" tangganya menjulur kearah laki-laki itu, ia menurunkan komiknya dan meraih tangan Celia,

"Devon Gefarras Erlangga, Devon. Salam kenal juga" tangan kekarnya melepas genggaman Celia, akan tetapi seulas senyuman hangatnya membuat Celia tak berkutik, "e-eh Anccherylia Rengerdan Baskoro. Asal mana kamu?" hal yang wajib ditanya saat awal bertemu, sedikit canggung, namun mau bagaimana lagi, ia sudah terlanjur ucap.

"Asli sini, tapi SMP aku di Amerika ngikut ayah, kamu?" matanya menatap perlahan Celia, hembusan angin membuat sedikit rambutnya berantakan, alih-alih ia harus membenarkannya, tangan Celia secara otomatis terarah ke rambut Devon, "Sini aku bantuin, sorry banget baru kenal udah megang rambut kamu" gelagapannya benar benar terlihat sangat jelas, kecangungan semakin terasa, ia merutuki dirinya sendiri atas kelakuan frontalnya.

RĂBDARE  [Slow Update]Where stories live. Discover now