15. Why Can't I say?

7.1K 909 73
                                    

"Jangan jauh dariku." Taehyung melingkarkan tangannya pada punggung Raerin. Tatapannya tak lepas dari gadis itu.

Raerin merasakan jantungnya merosot saat itu juga. Gadis itu segera menegakkan tubuhnya.

"Kau tak apa?"

Raerin mengangguk pelan. Kedua sudut bibir Taehyung terangkat lalu tangannya turun menggenggam tangan Raerin.
Mereka lantas kembali berjalan.
Dan, seolah dunia hanya ada mereka.

Raerin masih tak percaya dengan perlakuan lembut Taehyung padanya. Ia menunduk, melihat ke arah tangannya yang Taehyung genggam. Entah mengapa tangannya bergerak agar terlepas dari tangan Taehyung.

Sementara, Taehyung menoleh saat tangan Raerin menjauh.

"Aku..." Raerin membuka mulutnya yang sedikit bergetar. Tangannya meremas ujung jaket. "..Takut padamu."

Alis Taehyung bertaut mendengar penuturan Raerin.

"Aku takut jika kau tiba-tiba pergi. Aku sangat takut." Matanya mulai berkaca-kaca. Ingatannya kembali berputar saat dirinya hanya bisa melihat kepergian Taehyung, ucapan kasar Taehyung. Bahkan gadis itu ingat saat ibunya sedang sekarat, dan dia hanya bisa duduk termangu dibangku rumah sakit tanpa ada seseorang yang menemaninya. Raerin ingin sekali menangis saat tahu betapa menyakitkannya waktu itu. Dan air matanya kini tumpah membasahi pipinya.

Tangan Taehyung bergerak menangkup wajahnya. Lalu pelan-pelan pria itu mendekatkan wajahnya ke wajah Raerin, memandangnya lekat-lekat.

"Raerin-ah..." ucap Taehyung pelan. "Apakah kau selalu menangis seperti ini?"

Dan setelah itu Raerin merasakan ada sesuatu yang lembut yang menyentuh bibirnya. Taehyung menciumnya selama waktu yang cukup lama. Ciuman yang terasa hangat baginya di musim dingin ini.

Ketika wajah Taehyung mulai menjauh, Raerin membuka matanya.

"Selama ini kau tinggal dimana?"

"Aku punya apartemen. Aku juga memegang bisnis ayahku." jawab Taehyung sambil menyodorkan segelas latte ke arah Raerin.

"Ayah kita." ralat gadis itu.

Taehyung mengangguk. "Maafkan aku. Maaf karena aku melepas tanggung jawabku. Maaf karena telah membiarkan hidupmu menderita. Dan, maaf atas semua ucapan kasarku."

"Aku tak pernah percaya pada perkataanmu." Raerin menundukan wajahnya. Meletakkan gelas latte di pangkuannya.

"Apa?"

"Kau tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan apapun tentang aku." gadis itu memaksakan senyum. "Kau selalu pergi ke tempat yang tak pernah bisa kugapai."

"Aku akan mengantarmu kembali ke Kafe Yoongi. Ini masih jam kerjamu kan?" Taehyung berdiri dari duduknya. Tapi sebelah tangan Raerin mencengkram ujung jaket pria itu.

"Taehyung-ah... Ciuman tadi.. Tidak menyimpan makna yang dalam kan?"

Raerin sedikit gugup. Memanggil pria itu hanya dengan namanya membuatnya sedikit lancang. Namun, sejak kecil Raerin memang lebih sering memanggil Taehyung seperti itu, bukan dengan sebutan oppa.

Pria itu berbalik menghadap Raerin. "Tidak."

Raerin terperangah.

"Itu hanya karena aku ingin menciummu saja." lalu Taehyung menarik tangan Raerin agar gadis itu segera berjalan.

Mereka sama-sama terdiam. Dan, untuk kedua kalinya Raerin melepas genggaman Taehyung.

"Aku tak apa. Aku bisa kembali ke kafe sendiri." gadis itu segera berlari meninggalkan Taehyung yang terpaku dijalan.

Taehyung menghela napas dan melihat punggung Raerin yang semakin jauh. "Ciuman itu.. tentu saja sangat berarti."

Yeyyy!!! Seneng banget bisa lanjutin ni cerita haha

Vote plus commentnya ditunggu ya kakak2 😳😳

28 Oktober 2016

Diabolic || KthWhere stories live. Discover now