Chapter 9

42 5 0
                                    

Hawon POV
"Hawon-a,kau tidak makan?"
Ucapan Solji membuatku tersadar dari lamunanku. Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari ibuku,lalu memulai untuk menyendok nasi. Mataku kembalu tertancap kepada Kihyun yang sedang mengunyah nasi.

Tadi siang,aku dan kedua orangtuaku sedang menyaksikan pertandingan Kihyun. Aku dan Wonwoo tidak berminat untuk menonton,tetapi Solji berhasil membuat kita kembali duduk di mobil.

Seolah kita keluarga bahagia yang menonton putra sulungnya setiap hari minggu,Solji membawa kita duduk di bangku penonton bersama dengan penonton yang lain. Aku harus sampai merapatkan topi agar tidak ada orang yang mengenaliku,sekaligus menahan malu saat Solji membuka spanduk setengah meter yang bertuliskan 'Kihyun fighting'.

Hingga awal babak kedua,Kihyun juga belum datang. Anak itu kemana lagi. Semua orang yang ada di situ bingung dan kecewa,lima belas menit kemudian sebelum peluit dibunyikan,ia masuk dan memberi kemenangan bagi sekolah itu. Tujuh puluh lima menit absennya di maklumi. Tidak bisa dipercaya tapi inilah yang terjadi. Kihyun adalah penyelamat klub bola di sekolahnya. Kihyun adalah pahlawan yangvdatang kesiangan.

Aku melirik Kihyun lagi dengan mencibir dalam hati. Pahlawan yang berjoget "Mister" dengan sepenuh hati dan punya satu rak besar koleksi action figure. Siapa yang sangka.

"Hawon-a,nasimu bisa kering," Kihyun terlihat bingung.
Aku segera menunduk dan memulai berkonsentrasi pada makanan yang ada di depanku. Sebenarnya aku tidak ingin tahu tentang kembaranku ini,namun kejadian beberapa hari ini benar mengganggunya.

Rasa penasaran sekarang ada di hatiku.

******************
Author POV
Bel istirahat bunyi,Hawon buru-buru bangkit dan keluar kelas,mencari tempat untuk menyendiri. Ia ingin pergi ke atap sekolah lagi,tetapi cuaca sekarang sedang dingin. Hawon tidak ingin masuk angin.

Hawon membawa buku sketsa dan pensilnya untuk membunuh waktu. Ia melewati sebuah koridor yang berakhir pada sebuah balkon,ia memdekatinya dan membuka pintu. Balkon ini cukup nyaman,karena terlindung oleh dinding sehingga angin tidak menerpa.

Memutuskan untuk menjadikan tempat ini ssbagai markas baru Hawon,Hawon duduk di pojokan dan memulai menggambar yang berada di kepalanya. Hawon selalu melakukan itu untuk menghilangkan stress.

Lima belas menit kemudian,Hawon tenggelam kedalam kesibukannya untuk membuat sketsa. Ia tersadar saat mendengar suara orang sedang tertawa. Goresan pensil Hawon terhenti,matanya membesar saat melihat apa yang digambarnya.

Hawon POV
Aku hampir tidak mempercayai apa yang dilihatnya ini.
Aku tak percaya apa yang sedang ada di buku sketsa ini.
Kihyun sedang bermain bola.
Apakah itu yang memenuhi kepalaku sekarang? Kihyun? Saudara kembarku yang penghianat?

Suara tawa itu terdengar lagi,kali ini lebih jelas. Aku bisa mengetahui kalau suara itu adalah suara laki-laki,tapi aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Selain suara laki-laki itu tidak ada suara lain. Normalnya,orang itu tidak tertawa sendirian,kan?

Aku bangkit dan melihat ke bawah. Aku berpikir aku akan melihat orang gila yang masuk ke dalam sekolahnya,namun aku melihat Lee Jae Joon,teman satu kelasku. Anak laki-laki itu sekarang bersalto beberapa kali,menendang,dan meninju udara yang kosong.

'Dia sedang apa?' Gumamku
"HAAA!" Teriak Maru,tawanya membahana.
Aku menggelengkan kepala,kasihan. Anak itu sebenarnya menarik. Tinggal merapikan rambut,kemungkinan bisa masuk JYP Entertainment atau yang lain. Dengan keadaan seperti ini,tempat yang mau menerimanya kemungkinan rumah sakit jiwa.

Aku baru akan berbalik pergi saat buku sketsaku tersangkut di pagar balkon dan terlepas dari tanganku. Aku buru-buru untuk menagkapnya,namun terlambat. Buku itu melayang dan jatuh tepat di kepala Maru dengan keras.

OPPA & IOnde histórias criam vida. Descubra agora