Jilid 30

778 24 0
                                    

LAM SIANG CIN JIN

CEPAT sekali Toan Hongya tiba didepan orang buruannya, segera ia melihat orang tersebut berpakaian seperti seorang tosu, yang usianya mungkin telah meacapai enam puluh tahun. Wajahnya angker dan gagah, ditangannya memegang hudtim, yang gagangnya berkilauan tertimpah sinar rembulan, rupanya gagang hudtim itu terbuat dari emas !

Toan Hongya jadi terkejut.

Tosu inilah yang tengah dicarinya.

Cepat-cepat Toan Hongya menjura memberi hormat, sambil katanya : „Maafkan cin jin...... siapakah cin jin sebenarnya.......!".

Sedangkan tosu itu ketika melihat Toan Hongya, telah tersenyum ramah.

„Aku mengetahui bahwa engkau selama beberapa hari mencari-cari diriku, siapakah engkau sebenarnya wahai anak muda ?" balik tanya tosu itu.

Melihat wajah yang angker dan gagah seperti itu, Toan Hongya tahu bahwa tosu itu adalah seorang akhli silat yang tinggi ilmunya. la tidak berani bersikap lancang dan sembarangan.

Dengan sikap yang sopan dan ramah, dia telah menyahuti : „Sebenarnya boanpwe she Toan dan bernama Ceng", ia menjelaskan. „Dan bolehkah boanpwe mengetahui siapakah gelaran totiang yang mulia ?"

Tojin itu berdiam diri sejenak, ia telah mengawasi Toan Ceng beberapa saat lamanya, sampai akhirnya ia bilang juga : „Anak muda, engkau memiliki tubuh yang gagah dan tampaknya engkau juga seorang pemuda yang cerdas......!"
Toan Ceng cepat-cepat menjura merendahkan diri, ia mengatakan bahwa pendeta itu terlalu memujinya.
Tetapi tosu itu telah berkata lagi : „Aku bukan memujimu, selama beberapa hari secara diam-diam justru aku telah menguntit dirimu, sehingga aku mengetahui bahwa engkau tengah mencari jejakku. Selama itu aku telah melihat engkau seorang pemuda yang memiliki bakat sangat, baik sekali mempelajari ilmu silat........asalkan engkau memiliki petun uk yang benar dan baik........!"
Toan Ceng sendiri jadi malu mendengar perkataan tosu itu, karena selama beberapa hari ia mencari jejak tosu tersebut, tetapi siapa tahu justru tosu itu selama itupun telah menguntitnya tanpa dia sendiri mengetahuinya. Hal ini membuktikan bahwa kepandaian losu tersebut memang tinggi. Maka Toan Hongya jadi semakin menghormatinya.
Sedangkan tosu itu telah bertanya lagi dengan suara yang sabar : „Sesungguhnya apa maksudmu hendak mencariku ?"
Toan Hongya segera memberi hormat sambil katanya : „Sesungguhnya boanpwe hendak berguru kepada orang yang memiliki kepandaian tinggi......, maka ketika mendengar bahwa totiang memiliki kepandaian yang tinggi, boanpwe bermaksud akan berguru pada totiang.......!"
Muka tojin itu jadi berobah, „Bagaimana engkau mengetahui bahwa aku memiliki kepandaian silat ?" tanyanya sambil memandang dengan mata menyelidiki.
Toan Hongya menyahuti : „Beberapa hari yang lalu bukankah totiang telah menghajar kucar-kacir para buaya darat dikota tersebut, dimana totiang telah memperlihatkan, kepandaian yang sangat mengagumkan sekali, yang tidak mungkin dimiliki oleh sembarangan orang......!"
Tojin itu tersenyum lagi, iapun telah berkata.
„Hemm......., persoalan berkelahi tidak bisa diambil sebagai patokan untuk menilai ilmu silat seseorang, bukankah buaya darat itu hanya mengandalkan tenaga mereka yang kuat dan tidak memiliki kepandaian apa-apa.......maka dengan mudah dan kebetulan sekali aku bisa merubuhkan mereka. Tetapi jika seandainya mereka memiliki kepandaian, tentu aku tidak akan berdaya menghadapi mereka........!"
Mendengar sampai disitu, Toan Hongya tahu bahwa tosu ini ingin mengelakkan diri.
Cepat-cepat Toan Hongya telah berkata : „Begini totiang, sebetulnya aku ingin sekali mencari seorang guru yang bisa mendidikku ilmu silat yang, tinggi, sejak kecil aku telah tertarik untuk mempelajari ilmu silat, aku gemar sekali mempelajari ilmu silat... sayangnya sejauh ini aku belum pernah memperoleh seorang guru yang baik.......maka aku memiliki kepandaian yang tidak berarti apa-apa.......! Jika memang totiang tidak keberatan, aku ingin mengundang totiang untuk menjadi guruku.....
Mendengar perkataan Toan Hongya, tosu itu telah tertawa bergelak-gelak.
„Ha...ha...ha...., engkau ini lucu !" katanya.
„Kita baru saja bertemu, bagaimana engkau begitu yakin bahwa aku memiliki kepandaian yang tinggi dan ingin mengangkat aku menjadi gurumu ?"
Tetapi Toan Hongya telah yakin dengan pendiriannya, maka ia berkata Iagi : „Walaupun totiang mengatakan apa saja, tetap aku bertekad untuk berguru pada totiang, aku yakin bahwa totiang memiliki kepandaian yang tinggi.........!".
„Hemm.......", tertawa pendeta itu sambil mengawasi tajam pada Toan Ceng.
„Rupanya engkau benar-benar gemar sekali mempelajari ilmu silat.....
Tetapi mengapa engkau tidak berusaha untuk merantau saja kedaratan Tionggoan, bukankah disana banyak sekali akhli-akhli silat yang memiliki kepandaian tinggi, yang bisa kau Angkat menjadi gurumu ?"
Mendengar perkataan tojin itu, muka Toan Hongya jadi berobah muram.
„Aku memiliki sedikit kesulitan, totiang........" katanya kemudian.
„Kesulitan apa ?"
„Sulit untuk aku jelaskan...!".
„Jika engkau tidak terbuka. dalam persoalgnmu, bagaimana mungkin ada orang yang bersedia menjadi gurumu ?" tanya pendeta itu.
„Kesulitanku itu benar-benar sulit dijelaskan totiang.
Tetapi yang pasti, aku ingin sekali mempelajari ilmu silat sebaik mungkin, maka jika memang totiang tidak mentertawakan aku, ingin sekali aku mengundang totiang menjadi guruku...!"
Tojin itu berdiam diri sejenak, kemudian dia baru berkata setelah lewat beberapa saat lamanya : „Baiklah, siapa namamu ?".
„Seperti tadi telah kukatakan, aku she Toan dan bernama Ceng..,!"
„Apakah itu bukan nama samaran ?" tanya tojin itu lagi.
„Nama samaran ?" tanya Toan Hongya agak heran dan tidak mengerti.
Tojin itu telah mengangguk.
„Ya, setahuku, bahwa marga she Toan itu adalah marga keturunan raja-raja Tailie....., apakah engkau benar-benar she Toan dan memiliki hubungan kekeluargaan dengan keluarga raja Tailie...?"
Mendengar pertanyaan tojin itu, Toan Hongya jadi terkejut juga.
Rupanya tojin ini memang memiliki pengetahuan yang luas, maka sampai ke-soal she dia mengetahui dengan jelas.
Tetapi waktu itu Toan Hongya tidak bisa berdiam diri terlalu lama, ia telah mengangguk: „Benar, justru memang aku berasal dari kalangan istana Tailie...."
Mendengar, perkataan Toan Hongya yang terakhir, muka tosu itu jadi berobah.
„Engkau masih ada hubungan dengan orang istana negeri Tailie ini ?" tanyanya.
Toan Hongya mengaogguk.
„Benar", sahutnya. „Apakah ada sesuatu yang tidak beres totiang...?":
Muka pendeta itu semakin tidak enak dipandang, tampaknya ia tengah memikirkan sesuatu, sampai akhirnya ia baru menyahutinya : „Tahukah engkau, kedatanganku dari Tionggoan yang jaraknya begitu jauh, merupakan tujuan yang utama untuk mencari beberapa orang she Toan...! ".
„Siapa totiang...?" tanya Tuan Hongya terkejut..
„Hemm........", justru aku tidak bisa menyebutkannya, sebab akupun memiliki kesulitan untuk menjelaskannya...!" menyahuti pendeta itu.
Sedangkan Toan Hongya telah berkata dengan suara yang pasti : „Jika memang totiang memiliki kesulitan, mungkin aku bisa membantu ?" pertanyaan itu merupakan tawaran jasa baik untuk sitosu.
Tetapi tosu itu telah menggelengkan kepalanya.
„Engkau tidak mungkin bisa menolongku... ini menyangkut urusan penasaran...!"
Muka Toan Hongya jadi berobah.
„Urusan penasaran ?" tanyanya. Tosu itu mengangguk.
„Benar", sahutnya.
„Urusan ini adalah urusan penasaran, maka tanpa memperdulikan perjalanan yang jauh dari daratan Tionggoan, aku telah datang kemari...!"
Waktu berkata begitu, nada suara sitosu terdengar tidak, begitu menyenangkan, tampaknya ia mulai tidak menyukai Toan Hongya setelah mengetahui bahwa Toan Hongya adalah orang she Toan dari pihak kerajaan Tailie ini.
Toan Hongya sendiri jadi diliputi tanda tanya.
Dilihat dari sikapnya seperti juga tosu itu tengah mengerjakan sesuatu.
Tetapi yang pasti tentu saja bukan urusan yang menggembirakan.
Sedangkan tosu itu setelah berpikir sejenak, ia berkata lagi : „Apa kedudukanmu didalam istana Tailie ?".
Toan Hongya ragu-ragu sejenak, kemudian ia baru menjahuti pertanyaan tosu itu : „Sesungguhnya......,aku Toan Hongya, kaisar dikerajaan ini......!".
„Apa ?" tanya tosu itu terkejut, ia sampai mementang kedua matanya lebar-lebar.
„Engkau yang dipermuliakan dikerajaan ini?"
Toan Hongya mengangguk.
„Benar...!"
Tetapi tosu itu seperti kurang mempercayainya.
„Usiamu masih demikian muda...!" katanya.
„Ya, aku baru beberapa tahun naik takhta...!" sahut Toan Hongya.
„Maka jika totiang tidak keberatan, justru aku hendak mengundang totiang untuk singgah diistana...!".
Pendeta itu jadi tidak bisa berkata-kata lagi, ia tampaknya ragu-ragu.
Tetapi kemudian ia telah merangkapkan tangannya memberi hormat.
„Tidak kusangka bahwa Pinto memiliki rejeki yang besar, sehingga bisa bertemu muka dengan junjungan dinegeri Tailie ini...!".
„Sebetulnya totiang memiliki kesulitan apakah....... tampaknya totiang kurang begitu tenang. Dan juga orang she Toan mana yang telah mempersulit totiang...?" tanya Toan Hongya pula. „Mungkin aku bisa membantu totiang menyelesaikan urusan ini ?".
Tvsu itu meflghela napas, sambil katanya: „Sesungguhnya urusan ini merupakan urusan yang telah lebih dua puluh tahun yang lalu... mungkin waktu itu engkau belum dilahirkan...''.
„Jadi waktu itu ayahku yang berkuasa, karena selama empat puluh dua tahun ayah duduk disinggasana...!" kata Toan Ceng.
Tosu itu mengangguk.
„Ya, memang waktu itu ayahmu, Toan Bun Liang, bukankah begitu namanya ?" tanya tosu itu.
Toan Ceng mengangguk.
„Benar memang itulah nama ayahku...!" menyahuti Toan Hongya.
„Dan justru baru beberapa tahun ini aku menduduki singgasana setelah ayah wafat...!"
„Usiamu masib terlalu muda", kata tosu itu.
„Tetapi justru sekarang engkau telah menjadi orang yang paling mulia dinegeri ini...!".
Toan Ceng segera mengeluarkan kata-kata merendah, dan dia telah bilang lagi : „Jika memang totiang memiliki kesulitan dengan orang-orang kami, katakan saja, siapa orang-orang itu, mungkin aku bisa menolongnya...!".
Tosu itu kembali menghela napas. Sampai akhirnya dia berkata juga :
„Aku datang kedaratan Tailie ini karena ingin mencari jejak isteriku...l" akhirnya ia memberitahukan juga.
„Mencari isteri totiang...?" tanya Toan Hongya agak heran.
Pendeta itu rupanya mengetahui perasaan heran Toan Ceng, ia telah mengangguk.
„Ya... justru dua tahun yang lalu aku belum mensucikan diri, aku belum jadi seorang tojin...!" mengangguk pendeta itu.
„Hemm.......", siapakah nama isteri totiang ?" tanya Toan Hongya lagi.
Sipendeta tampak ragu-ragu, tetapi kemudian dia telah menyahutinya : „Dia she Bian dan bernama Khuang Lie. Dua puluh tahun yang lalu telah dilarikan ke Tailie...!"
„Oh........ !"
„Dan orang-orang yang melarikan isteriku itu dua orang she Toan, masing-masing bernama Toan Liang dan Toan Bun. Mereka merupakan dua orang terdekat dari Kaisar Tailie saat itu..."
„Ohh......., mereka berdua itu adalah pamanku...!" kata Toan Hongya.
„Justru itu, engkau tidak mungkin bisa membantuku, malah engkau akan ikut memusuhiku. Tetapi biarlah, terlanjur aku telah menceritakannya, aku akan mengatakannya semua" kata tosu itu.
Sedangkan Toan Ceng jadi sangat tertarik, dia telah menawarkan : „Bagaimana jika kita bercakap-cakap didalam kamarku saja, totiang.....bukankah lebih tenang dan tidak perlu diterpa oleh angin malam ?".
Pendeta itu rupanya menyetujuinya, ia hanya mengangguk.
Keduanya melompat turun dan masuk kedalam kamar Toan Ceng lewat jendela kamar.
Sedangkan Toan Ceng telah menyediakan secawan teh kepada pendeta itu
---oo0oo---

Pertikaian Tokoh - tokoh Persilatan (Hoa-san Lun-kiam)Where stories live. Discover now