Bab 13

25.3K 2.3K 36
                                    

"Sahabat Hear pasti pada lemas-lemas gitukan? Hehehe. Soalnya hujan gerimis di pagi hari itu membuat daya tarik magnet kasur dan perekat lem mata itu makin kuat, ya intinya masih mau tidur. Tapi itu buat para jomblo seperti yang gak tahu harus ngapain dan bersama siapa.

Berbeda dengan para pasngan yang mungkin udah memulai kencan, haha. Gue baru dapat pesan dari Thalia yang ada di Grogol. Dia request lagu yang bikin mood kecannya naik. Aduh neng, pagi-pagi uda kencan aja. Tapi tenang aja, kita uda siapin lagu yang bikin mood kencan kalian naik. Jadi yang lagi kencan selain Thalia dengerin aja lagu kami yang bisa naikin mood kencan kalian."

Nara hanya bisa memasang raut wajah datar tak kala wanita itu mendengar siaran radio yang terkenal di Jakarta dari zaman dia sekolah itu. Dia sudah bosan dengan lagu yang radio itu sediakan bagi Thalia dan pasangan lainnya. Jika lagu itu membuat orang lain merasa kasmaran maka berbeda dengan Nara, lagu ini membuat dia mengantuk.

"Kamu boleh menganti siaran radionya kalau kamu bosan. Saya juga kurang suka dengan lagunya," ucap Kenneth seraya mengerem mobilnya di lampu merah. Nara menangguk lalu tangan wanita itu terulur untuk mengganti siaran radio.

Tangan Nara terus berusaha mencari siaran radio yang sebisa mungkin tidak membuatnya mengantuk. Rata-rata lagu yang radio siarkan itu bernada pelan dan itu sangat mengundang hasrat Nara untuk tidur. "Ternyata kamu gak bisa dengar lagu bertempo pelan. Kamu terlihat mengantuk." Kenneth bersuara seraya menatap Nara dengan senyum khasnya.

"Kayak kamu bisa saja. Ini Sabtu pagi, akhir pekan, waktunya berhubungan dengan kasur hingga siang. Bangun untuk fitting tidak masalah tapi masalah kalau disuguhkan lagu yang bikin ngantuk," sahut Nara dan kepala divisi itu lebih memilih mematikan radio dari pada mendengar lagu-lagu yang membuatnya mengantuk.

Kenneth menangguk paham lalu ia kembali mengemudikan mobilnya ketika lampu merah menunjukkan lampu hijau. "Jadi apa yang membuatmu bersemangat di pagi hari?" tanya Kenneth dengan mata yang sedikit mencuri pandangan ke arah Nara.

"Entah. Saya ingin makan bubur atau sesuatu yang panas," jawab Nara yang sejujurnya memiliki makna tersirat. Wanita ini ingin makan dimsum tapi kalau sudah melihat hidangan khas Tiongkok itu, rasa laparnya tak akan terkendali. Apa lagi jika ia memesan bakpo isi daging merah.

"Bagaimana dengan dimsum? Tidak masalahkan kalau makan pagi dua kali?" tawar Kenneth.

Nara menoleh ke arah Kenneth yang tengah fokus memandangi jalan. Kenapa Kenneth bisa menebak keinginannya? Keberuntungankah bagi Nara karena Kenneth mengerti pesan tersiratnya atau hanya kebeteluan saja?

"Kenapa harus dimsum?" tanya Nara seolah-olah dia tidak tertarik untuk menikmati santapan pagi dari negri panda berasal itu.

"Firasat saya, kamu mau makan dimsum." jujur Kenneth tanpa menatap Nara yang tengah takjub dengan perkataannya.

"Lagi pula, saya juga ingin makan hakau dan bakpo daging merah. Belum lagi kamu bilang kamu ingin makan yang panas-panas, saya rasa pilihan tepat itu di dimsum. Kamu mau?" sambung Kenneth.

Nara mengerjapkan matanya berberapa kali. Dirinya masih takjub dengan firasat Kenneth yang bisa dibilang cukup kuat dan akurat itu.

"Nara?" panggil Kenneth menginstrupsi lamunan Nara.

Nara tersadar dari lamunanya lalu ia segera menangguk untuk mengiyakan tawaran Kenneth. "Boleh. Saya juga mau makan bakpo daging merahnya!" seru Nara bersemangat. Telinga Kenneth yang mendengar seruan semangat Nara itu membuat otaknya mengirimkan pesan kepada bibirnya untuk melengkungkan sebuah senyuman.

"Kamu jangan sering senyum," komentar Nara serius yang berhasil membuat otak Kenneth mengirimkan pesan kepada bibir untuk meluruskan lagi bibirnya yang melengkung.

K's BrideWhere stories live. Discover now