Chapter 34

3.5K 188 1
                                    

"Kau sungguh melakukan hal yang tidak perlu Andrew," aku menggelengkan kepalaku dan mengatakan hal yang sama kepada Andrew untuk kesekian kalinya.

"Tidak ada yang berlebihan kalau mengenai dirimu. Kau istriku. Memang sudah seharusnya suami memberi kejutan ke istrinya. Sama sekali tidak ada yang berlebihan kan?" Andrew memeluk tubuhku dari belakang dan menaruh wajahnya di ceruk leherku, menhirup wanginya. Sama sekali tidak menghiraukan tatapan penasaran orang-orang disekitar kami.

"Iya, tapi bukan kejutan yang seperti ini. Dan berhentilah menciumi leherku. You look like a puppy right now!"

"Sebenarnya aku ingin mencium bibirmu tapi karena situasinya tidak memungkinkan jadi sebisa mungkin aku menahannya," sahut Andrew sambil terkekeh pelan. "Nikmati saja pestanya, oke?" Lanjutnya sembari mengecup keningku pelan dan aku hanya bisa menghela nafas. Lalu duduk di meja makan bundar yang sudah disiapkan.

Tamu-tamu di pesta ini menatap kami berdua dengan tatapan ingin tau yang terang-terangan. Pernikahan kami memang bersifat agak tertutup. Banyak kolega bisnis kedua orangtua kami yang tidak diundang. Karena itu mereka ingin memuaskan rasa penasaran mereka untuk datang dan melihat secara langsung menantu pertama keluarga Filbert.

Andrew mendandaniku habis-habisan. Ia membelikan gaun berwarna pink pucat dengan potongan dada rendah dan berlengan panjang. Gaun ini tidak terlalu melekat dibadanku, mengngat usia kehamilanku yang akan menginjak bulan kedelapan minggu depan.

Ia juga membelikan satu set perhiasan berhiaskan batu permata untuk melengkapi gaun pestaku. Perhiasan ini memang makin membuat diriku terlihat lebih memukau. Dan aku berani bersumpah kalau harga perhiasan ini pasti sangat mahal.

Ia bahkan berhasil meyakinkan Joana (yang selalu bersikap ketus pada Andrew) dan Kanaya untuk menemaniku ke salon. Dan mereka memaksaku untuk bersedia didandani habis-habisan.

"Kau menyukai pesta ini Alice?" tanya Adrian yang sudah duduk disampingku.

"Ini berlebihan."

"Berlebihan adalah nama tengah suamimu," sahut Adrian membuatku terkekeh dan Andrew sedang mencibir.

"Kau benar. Ia selalu berlebihan dalam segala hal. Ini sama sekali tidak terlihat seperti pesta ulang tahun," aku bergabung untuk meledek Andrew.

"Cindy bahkan menyangka Andrew membuat pesta ini sebagai resepsi kedua dari pernikahan kalian," sahut Adrian sambil melirik kearah Cindy yang duduk bersebrangan dengannya. Tapi yang dilihat malah tersenyum tipis kearahku tanpa mau menoleh kearah Adrian. Hmm? Ada apa dengan mereka?

"Tentu saja. Kenapa ide itu tidak pernah terpikirkan olehku sebelumnya? Kita bisa membuat resepsi pernikahan lagi, mengingat resepsi pernikahan kita beberapa bulan lalu kurang megah dan agak tertutup," Andrew merangkul pinggangku dengan protektif dan tersenyum senang.

"Berlebihan benar-benar nama tengahmu, suamiku," jawabku sambil mengelus pipinya. Bukannya marah karena ucapanku ia malah terlihat senang karena aku mengelus pipinya. Senyumnya makin mengembang sempurna. He really looks like a puppy.

Kemudian secara tiba-tiba, seorang gadis cantik dan pria yang tampan menghampiri meja makan kami. Adrian menoleh kebelakang dan langsung melotot saat melihat kedua orang tersebut. Andrew juga langsung meremas pinggangku.

"So is this your wife, bro? I could see why you keep hiding her from the crowd," ujar laki-laki itu kearah Andrew. Perempuan cantik disampingnya terus tersenyum kearah kami. Ia sangat cantik.

"Somebody might steal her away from me," jawab Andrew dingin.

"Kau masih saja dingin seperti dulu. Aku penasaran bagaimana istrimu meluluhkan hatimu. Ah, perkenalkan, aku Leonard Filbert. Sepupu Andrew dan Adrian," ia menyodorkan tangannya kearahku yang langsung kusambut dengan ramah.

"Alice," jawabku sambil mengangguk singkat.

"Dan perkenalkan, wanita disampingku ini adalah istriku - -" baru saja ia akan memperkenalkan istrinya, seseorang mengajak Leonard mengobrol dan ia terpaksa pamit dari meja kami. "Maaf, sepertinya aku harus kesana. Ada client bisnisku yang sedang menunggu di meja lain," Leonard terlihat meminta maaf.

"Tidak apa, temui saja client bisnismu dulu. Masalah perkenalan ini bisa menunggu," ujar Andrew.

"Pergilah Leo. Aku akan menyusulmu setelah memperkenalkan diriku kepada Alice," jawab perempuan cantik istri Leo sesaat kemudian. Adrian berdecak kesal mendengarnya dan aku menoleh bingung kearah Adrian.

Namun yang kutoleh malah sedang melirik kearah suamiku yang sekarang makin erat meremas pinggangku. Sebenarnya ada apa dengan kedua bersaudara ini sih?

"Are you sure?" tanya Leo pada istrinya. Perempuan cantik itu tersenyum.

"Sure. I'll be there in five minutes," perempuan itu lalu mengecup pipi Leo dengan mesra dan sejurus kemudian Leo pergi meninggalkan kami.

Setelah Leo pergi, perempuan cantik ini langsung menoleh kearahku sambil tersenyum manis. Wajahnya cantik. Ia terlihat anggun dan senyumnya seperti malaikat. Matanya bulat dan jernih. Namun disaat yang sama ia terlihat begitu rapuh. Aku saja yang wanita rasanya ingin melindunginya.

"Hi Alice," sapanya.

"I feel like I could die just because we breath the same air," seru Adrian kepada perempuan ini dan aku langsung melotot kearahnya dengan terkejut.

"Adrian! Itu tidak sopan!" seruku.

"Tidak apa-apa, itu sudah biasa. Adrian memang selalu ekspresif dengan perasaannya dan aku sudah sering melihatnya," perempuan ini tersenyum sedih.

"Aku minta maaf atas kelakuan Adrian," gumamku.

"Untuk apa kau meminta maaf Alice? Tidak perlu!" bentak Adrian.

"Adrian whats wrong with you?" tanyaku galak tapi ia hanya menghela nafas dengan kasar dan membuang muka dariku. Ia menghindariku.

"Aku belum memperkenalkan diriku kepadamu," perempuan cantik itu mengulurkan tangannya kepadaku dan aku menyambutnya dengan tersenyum tulus kearahnya.

"Hai, Alice." sahutku.

"Jane." sahutnya sambil terus tersenyum kepadaku.

"Jane?" aku pasti tidak bisa menyembunyikan raut wajahku yang berubah terkejut. Dia Jane? Jane cinta pertama Andrew? Wanita yang begitu Andrew cintai dulu? Sekarang ia berdiri disini, memperkenalkan dirinya sambil tersenyum manis didepan lelaki yang ia sakiti?

"Andrew pasti sudah bercerita banyak soal diriku," ujar Jane sambil tetap tersenyum. Namun baru sekarang aku sadar, senyum itu bukan senyuman ramah tamah biasa. Tapi senyum kemenangan, seolah ia sedang berusaha mengintimidasiku.

-o0o-

My Sweet EscapeWhere stories live. Discover now