Lambat laun kuterlena
seperti jatuhnya daun-daun di stasiun
selebihnya kau tahu
aku masih mendambaPada bibir-bibir peron
keterlambatan datangnya kereta
sekurangnya aku tahu
kau juga merinduLalu kukencangkan ransel
kumantapkan langkah
selebihnya niat kubulatkan
sekurangnya takdir merestuiTiba di depan rumahmu
di teras kau menunggu
dengan hasrat yang menggebu
ragaku yang diayun-ayun rinduKini kubisikkan di telingamu,
"Maaf aku terlambat
selebihnya kau boleh marah
sekurangnya aku yang salah
adapun lebih dan kurangnya
kumohon kau maafkan."Nun jauh di delik mata kita
kau dan aku masih
merindu
KAMU SEDANG MEMBACA
Sisa-sisa Senja (FINISHED)
PoetryKumpulan puisi yang ia tulis dalam kegembiraan, kesedihan, kebimbangan, dan semua itu dibungkus dalam kemabukan kopi--kalau sekiranya dompetnya mendukung untuk beli kopi.