Break Up

6 0 0
                                    

"coba lo jelasin ke gue siapa cewek yang lo ajak jalan kemaren?"

"udah gue bilang kan? Dia temen, Gis"

"kalo temen kenapa mesti pake rangkulan segala sih?"

"sekarang ganti lo yang jelasin, kenapa masih aja jalan sama Nico?"

"dia temen gue Angga. Temen akrab sejak SMA"

"gue gak bodoh, Gisel. Dia suka sama lo"

"oke. Kalau gitu, kita putus aja!"

Angga segera melempar pandang menatap Gisel yang bahkan tidak ragu sedikitpun dengan ucapannya sendiri.

"oke kita putus"

***

Angga bangun dari tidurnya. Hal pertama yang dilakukannya adalah mencari ponsel yang biasanya berada disekitarnya—di atas kasur. ponselnya tidak ada. Dengan segera dia beranjak dari kasur mencarinya.

Kamarnya berantakan. Semua bajunya berserakan di lantai, beberapa poster yang tertempel di dinding kamar kos telah sobek, dan satu bingkai foto pecah—pecahan kacanya berserakan di lantai.

Dia memungut pakaiannya dan meletakkannya sementara di kasur, menyobek posternya dari dinding, lalu dengan hati-hati membersihkan kaca yang berserakan.

Angga meletakkan bingkai foto tanpa kaca di atas laci—foto candid Angga yang melirik wajah Gisel saat sedang tertawa. Lalu memungut Ponselnya yang berada dilantai dekat pecahan kaca. Ada gores dibagian belakang casingnya.

Tanpa disadarinya dia mengetik chat—ucapan selamat pagi yang biasanya selalu dikirimkan ke Gisel.

Ragu. Angga kembali menghapus dua kata yang diketiknya.

Dia lupa jika mereka telah putus. Dia lupa kemarin telah mengunci diri dalam kamar dan memporak-porandakan barangnya.

Diletakkannya ponsel diatas kasur. Tanpa disadarinya, dering chat masuk berbunyi.

***

Gisel masih merasakan perbedaan besar dalam dirinya.

Setelah kemarin dia menghabiskan semua makanan di kulkas dan mendapat marah besar dari mamanya. Setidaknya hari ini dia berharap akan menjadi gadis normal lagi.

Lagu kesukaannya memutar di playlist. Sesaat dia memandang ragu ponselnya. Lalu mengalihkan ke pandangan ke deretan rumah berjajar dihadapannya.

Gisel menghela nafas. Lalu mulai mengetik sebuah chat kepada Angga. Ucapan selamat pagi yang biasa dikirimkannya.

Beberapa menit berlalu. Tidak dibaca. Mungkin memang belum dilihat, atau mungkin saja chatnya segera dihapus tanpa dibuka. Wajar jika itu terjadi, karena dia dan Angga telah putus. Lalu kenapa masih saja dia mengirimkan ucapan ke Angga? Gisel menertawakan dirinya sendiri. lalu kembali mengalihkan pemandangan ke hadapannya. Dia mengatur nafas. Menenangkan dirinya sendiri.

Dering chat masuk. Dengan cepat Gisel membuka chat. Rupanya bukan chat dari Angga, tapi dari Nico yang mengajaknya jalan. Dia mengiyakan.

Setelah beberapa saat, akhirnya Gisel kembali masuk kedalam rumahnya, lalu menutup pintu antara ruang keluarga dengan balkon lantai dua rumahnya. Setelah itu meletakkan ponselnya di sofa.

Ponselnya bergetar.

***

Angga menata bajunya dan kembali meletakkan didalam almarinya. Sudah berkali-kali Angga mengecek chat balasannya kepada Gisel. Hampir dua jam berlalu tapi chatnya bahkan belum di baca.

Sebuah chat masuk. Bukan dari Gisel tapi dari teman sejurusan yang mengajaknya untuk mencoba café baru dekat kampus. Angga mengiyakan lalu segera pergi mandi.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 25, 2016 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Break UpWhere stories live. Discover now