Chapter 19: Is It A Date?

3.7K 228 9
                                    

Luna berdecak ketika Nessa tidak menjawab pertanyaannya dan malah tersenyum tidak jelas. “WOI! Jawab pertanyaan gue elah,” ucapnya kesal. Ia menabok kepala Nessa dengan pelan yang menyebabkan Nessa mengaduh kesakitan. Padahal ia hanya berpura-pura saja.

“Kenapa sih?” tanya Nessa pada akhirnya. Ia menatap kesal sahabatnya yang sedang menyengir tidak bersalah.

“Lo kenapa kemarin nggak masuk? Bisa barengan sama Revan lagi. Kalian janjian ya?”

“Kan udah gue bilang kemarin di chat,” jawabnya cuek dan kembali melanjutkan kegiatannya yang tertunda.

Luna mendengus lantas bangkit berdiri dari tempat duduknya. Lama-lama ia bisa lebih kesal kalau tidak segera pergi dari sana. Di tengah perjalanan menuju kantin, Luna menghentikan langkahnya ketika namanya dipanggil. Ia menaikkan salah satu alisnya kala ia melihat siapa orang yang memanggilnya.

“Nessa mana?” tanya Revan kepada Luna.

“Di kelas. Samperin gih sebelum dia tambah gila,” ucap Luna lalu ia pergi meninggalkan Revan yang terbengong di tempatnya. Beberapa detik kemudian, Revan tersadar dan langsung menuju kelas dimana Nessa berada.

“Hai, Nessayang,” sapanya begitu mendudukan diri di samping Nessa. Ia menumpukan wajahnya dengan tangan kanannya di meja dan memfokuskan pandangannya ke arah Nessa.

Nessa terlonjak kaget dan segera menoleh ke sumber suara. Ia nampak salah tingkah dan hal itu membuat Revan tersenyum geli.

“Kenapa nggak ke kantin? Kan udah aku bilang lewat chat.”

“Eh? Maaf. Hpku low batt. Kemarin lupa nge-charge dan aku nggak bawa charger,” jelas Nessa kepada Revan.

Revan mengacak-acak rambut Nessa lalu tersenyum tipis. “Ya udah, nggak papa. Sekarang mau ngapain nih?”

“Jalan-jalan aja keliling sekolah. Aku malu ditatap terus sama anak-anak kalau kita berduaan di sini,” jawab Nessa dengan pelan. Takut suaranya didengar oleh murid-murid yang masih ada di dalam kelasnya.

Revan mengedarkan pandangannya ke sepenjuru ruangan. Dan ya, memang di sini murid-murid melihat ke arah mereka dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang berbinar karena mendapat berita baru, ada yang kesal karena Revan yang merupakan idola sekolah sudah punya pacar, ada yang iri karena kemesraan mereka, dan masih banyak lagi tatapan yang mengarah ke mereka.

“Kita ke rooftop aja. Kalau jalan keliling sekolah sama aja kita dilihatin,” ucap Revan memberi ide.

“Oke.”

Sesampainya di rooftop sekolah, mereka duduk berdampingan di lantai. “Habis ini kamu pelajarannya siapa?” tanya Revan membuka pembicaraan setelah mereka saling berdiam diri menikmati semilir angin yang menerpa keduanya.

“Jam kosong. Gurunya nggak masuk,” jawab Nessa dengan pandangannya yang tidak lepas dari awan-awan yang berjajar di langit.

Revan mangut-mangut. “Kalau gitu kamu di sini aja temenin aku.”

Sontak saja Nessa menoleh dengan wajah kaget yang tidak bisa disembunyikannya. “Kamu mau bolos?” tanya Nessa tidak percaya.

“Kamu lupa kalau aku ini anak bandel?” ujar Revan dengan kekehan. Ia menikmati setiap perubahan raut wajah Nessa yang nampak lucu di matanya.

Nessa mengerjapkan matanya. Sedetik kemudian ia tersadar dari pertanyaan konyolnya. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sedangkan Revan tertawa puas dengan respon pacarnya itu. Nessa memukul lengan Revan sampai cowok itu mengaduh kesakitan. “ADUH! Punya cewek kok kayak preman.” Revan mengusap lengannya yang memerah.

REVANESSAWhere stories live. Discover now