JARAK - 2

28 5 1
                                    

Keinginan terbesarnya adalah bersatu dengan seseorang yang dengan kepura-puraannya selalu Alva abaikan. Hatinya selalu ingin semuanya terjadi, tetapi logikanya menentang itu. Saat suatu kepastian Alva berikan saat itu pula Alva akan merasakannya kembali.

'I want us become to be couple, but i never ready to fall in love again.' hati Alva selalu berusaha mempertimbangkan semuanya.

Dia yang selalu Alva pikirkan tapi dia yang selalu Alva abaikan juga. Dia yang selalu bersikap manis dan ceria dengan sifat aslinya yang tak pernah berubah. 'Sometimes she is mine.'

Dia yang tak pernah mengambil hati dengan sikap yang Alva tunjukan padanya, tapi dia akan selalu bersikap baik pada Alva. Semua itu membuat pertimbangan Alva bertambah berat.

"Alva!" teriakan seseorang menghentikan lamunannya. "Apa sih bu?" dengan teriakan lagi dia menegakan tubuhnya dari tempat tidur.

"Makan dulu Al!" panggil Bu Rani, seorang wanita yang sudah mengurusnya dari saat dia baru dilahirkan. "Iya bu" ucapnya saat dia memijakan kaki dianak tangga pertama dan segera turun ke ruang makan sebelum Bu Rani mengomelinya.

Setelah mendudukan diri dikursi meja makan dia dengan segera mengambil nasi serta lauk pauk kesukaannya, opor ayam dan tempe bacem. Ya dia memang tidak terlalu royal dalam makanan.

Dengan lahap dia memakan makanan yang dibuat oleh Bu Rani. Saat akan melahap suapan terakhir Bu Rani mengintrupsinya "Al tadi mama telepon katanya besok beliau pulang" mulutnya berhenti mengunyah makanan, matanya menatap Bu Rani dengan sorot mata seolah berkata "apa?! Mau ngapain? Kenapa harus pulang?"

✧ ✧ ✧

Alva menghisap rokoknya, kemudian mengepulkan asap rokoknya kembali. Hal itu terus dilakukannya berulang kali. Saat ini Alva berada di balkon kamarnya, merasakan hembusan angin malam dan menikmati suasana malam kota Bandung dengan langit yang menampakan awan hitam yang mulai menitikan air yang membuat udaranya semakin dingin.

Hanya dengan benda bernama rokok lah dia bisa melampiaskan semua pikirannya, terutama permasalahan-permasalahan yang sedang ia hadapi.

'Apa sekarang saat yang tepat buat ngerasain hal itu lagi? Kata orang jatuh cinta itu sederhana. Sesederhana saat aku mencintainya. Sederhana dalam artian tak harus memiliki. Sederhana dalam artian hanya mencintai tanpa memaksa harus saling memiliki. Sederhana hanya untuk satu hati tanpa harus menoleh dan memikirkan hati yang lain. Tapi kenapa semuanya tak sesederhana itu untuk saat ini'.

Hati dan pikiran Alva terus terngiangi dengan perasaan yang tak pernah dia mengerti dan yang takut untuk dia rasakan kembali.

Belum selesai dengan pikiran perasaannya, dia kembali memikirkan soal kepulangan mamanya yang mendadak. Untuk saat ini dia masih belum bisa bertemu sang mama. Dia masih meneguhkam hati dan menerima semuanya.

"Kenapa semuanya harus ribet gini?!" gumamnya dengan masih memerhatikan langit yang gerimis.

Sebuah suara dan tepukan dibahu mengejutkannya dan menghentikan lamunannya. "Nyebat mulu" tegur Dino yang kini sudah berdiri dan bersandar dipintu balkon dengan tangan yang dilipat didada.

Alva bercedak dan membalikan badannya untuk menghadap pada Dino, "Ngapain lu kesini?" dengan membuang dan menginjak rokoknya.

"Ngapain? Gue yang harusnya tanya sama lu ngapain masih disini? Anak-anak udah nunggu lu dari jam 9." ucapan Dino membuat Alva mengerutkan keningnya bingung.

"Pikun dah!" gerutu Dino sambil memerhatikan Alva yang sedang memainkan handphone.

Setelah mengecek handphonenya, Alva berjalan meninggalkan balkon dan melewati Dino begitu aja. "Eh si bego! Gue ngomong kagak didenger. Anak-anak nungguin lu setan!" sungut Dino dengan kesal menatap Alva yang masih  santai.

"Males gue! Besok jam pertama kimia ntar hangover" dengan melangkahkan kaki menuju meja belajarnya Alva meninggalkan Dino yang masih berdiri di pintu balkon.

Dino berdecak kesal "Seenggaknya kesana dulu. Gpp gak usah ikut minum". Dino mulai mendekati Alva yang tengah membuka buku catatan.

"Tetep aja No, ntar gue pasti ikut minum kalo kalian semua minum" gerutuan dari Alva, membuat Dino menghembuskan napas beratnya.

"Alah banyak alesan banget. Biasanya juga cabut jam pelajaran gapapa" kemudian Dino menghempaskan tubuhnya ke atas tempat tidur Alva.

"Yaudah gue ikut! Yuk cabut!" dengan cepat Alva menyambar kunci mobilnya dan berlalu meninggalkan Dino yang masih berbaring. "Eh tungguin Alvaro!" Dino berlari mengejar Alva yang sudah sampai di pintu depan rumah.

"Cepet!"

✧ ✧ ✧

Hari ini jam pelajaran pertama free class. Dikarenakan guru-guru sedang mengadakan rapat, karena itu suasana dikelas sangat tidak efektif. Sebagian anak perempuan dibagian pojok kanan sedang sibuk dengan alat make up mereka, sebagian lainnya ada yang mengobrol dan pergi ke kantin, sedangkan anak laki-laki hanya beberapa orang yang masih didalam kelas, karena hampir semuanya sudah pergi ke lapangan basket, kalian tau sendiri laki-laki pasti meskipun tidak ada jam pelajaran olahraga pasti menyempatkan diri untuk berolahraga.

Seperti saat ini Alva sedang duduk dipinggir lapangan basket setelah menguras tenaga untuk bermain basket.

"Al main lagi gak?" tegur seseorang yang sekarang ikut duduk disamping Alva. "Gak! Gue ke kantin deh haus, No ke kantin sekarang!" dengan nada memerintah dia memanggil Dino untuk ikut ke kantin bersamanya.

Mereka-Alva dan Dino- berjalan menuju ke kantin melewati koridor kelas yang membuat perempuan memerhatikannya dengan tampang mupeng mereka.

"Aah Alva cakep banget!"

"Anjiir Alva cakep apalagi keringetan gitu. Dede gemes bang!"

"Alvaaaaa bikin jantungan dah!"

Dan masih banyak lagi teriakan lainnya. "Anjiir budeg gue lama-lama kalo terus terusan kek gini" gerutu Dino yang kesal dengan tingkah perempuan yang menggila-gilai seorang Alva.

"Lebay!"

"Eh Al yg waktu di  club itu lu beneran gak sih?" ucapan Dino membuat langkah Alva seketika berhenti saat sudah hampir memasuki area kantin. Dan Alva hanya bisa diam dengan pandangan lurus ke depan, tak lama kemudian Alva berbalik "Udah gak haus. Ke kelas No!" ucap Alva dengan nada yang penuh emosi.

Sesaat Dino terdiam dan memerhatikan ke dalam kantin, meneliti setiap sudut kantin. Tiba-tiba pandangannya jatuh pada sebuah bangku yang diduduki sepasang anak yang sedang tertawa bahagia. "Haha kirain apaan"

✧ ✧ ✧

Hati yang terluka karena seseorang memang tidak akan kembali sembuh seperti semula. Tetapi suatu saat luka itu akan disembuhkan oleh seseorang lain, dan akan lebih kuat lagi

✧ ✧ ✧

Tbc..

Sumpah ini gak nyambung, idenya kurang banyak pikiran juga. Sorry banyak typo gak dibaca lagi sih. Jangan lupa vote dan comment nya ya..

JARAKWhere stories live. Discover now