JARAK - 6

10 1 1
                                    

______

Disini bukan cuma kamu yang merasakannya, tetapi aku pun ikut merasakan apa yang kamu rasakan.

-Alvaro Pramudya Sanjaya-
_________


Setelah praktikum kimia selesai, Alva langsung menuju ke parkiran untuk mengambil motornya. Setibanya diparkiran Alva melihat seorang perempuan yang biasanya selalu berdua dengan sahabatnya sekarang terlihat sendiri. Dan Alva baru menyadari bahwa sudah beberapa hari ini tidak ada tempat bekal dilaci mejanya, tidak ada perempuan yang mengganggunya dengan memperhatikannya terus, dan tadi di laboratorium juga dia tidak melihat perempuan yang biasanya selalu ingin satu rak praktik dengannya.

Tumben. Kemana dia? Batin Alva yang merasa heran dengan ketidakberadaan perempuan itu.

Setelah beberapa saat terpaku dengan pikirannya, akhirnya Alva melanjutkan perjalanannya ke tempat parkir untuk segera pulang ke rumahnya.

Selama diperjalanan ke rumah, Alva masih memikirkan ketidakberadaan perempuan itu. Perempuan yang memang baru Alva sadari bahwa beberapa hari ini tidak terlihat keberadaannya. Bukannya Alva khawatir atau apa tetapi pasalnya Alva merasa aneh jika tidak ada yang mengganggunya lagi. Tetapi perasaan aneh tersebut malah membuat hatinya berdenyit lain.

Karena pikirannya yang tidak terlalu fokus pada jalanan, Alva hampir saja menabrak seseorang yang akan menyebrang. "Astagfirullah'aladzim" teriak seorang wanita yang terlihat kaget.

"Eh maaf mbak, saya gak sengaja" ucap Alva setelah sebelumnya menepikan motornya dan menghampiri orang tersebut. "Maaf ya mbak" lanjutnya dengan masih memperhatikan perempuan itu.

"Maaf maaf makanya kalau bawa kendaraan itu liat-liat jangan kebut-kebutan. Mati baru tau rasa kamu!" cerocos orang tersebut dengan nada kesal dan penuh emosi.

"Iya mbak maaf tadi saya lagi pusing"

Tanpa berkata apa-apa lagi seorang perempuan yang hampir ditabraknya langsung berlari. "Ck orang aneh" ucap Alva sambil memerhatikan orang tersebut.

✧ ✧ ✧

Hari ini tepat empat hari Alva tidak melihat keberadaan perempuan yang membuat hatinya jungkir balik keadaan. Disatu sisi dia bersyukur karena tidak ada yang mengganggunya dan disisi lain Alva merasa bahwa semuanya karena dia. Karena diingatnya bahwa perempuan itu menghilang dan baru tadi dia mengetahui dari guru yang masuk bahwa perempuan itu sakit, itu terhitung setelah kejadian kekasihnya yang bercerita tentang mereka pada sahabat kekasihnya tersebut.

Alva tidak khawatir hanya saja Alva merasa sudah menyakiti hati Vana, ya perempuan itu Vana. Meskipun bukan Alva yang secara langsung telah melukai perasaan Vana, tetapi tetap saja dia berperan dalam pelukaan perasaan itu. Karena yang awalnya dia hanya ingin memastikan perasaannya sepenuhnya, ujungnya malah seperti tertikam pedang sendiri ya dengan berujung Alva yang menghancurkan semuanya sendiri.

Bukannya keegoisannya ini yang membuat seseorang menderita. Tapi semuanya karena Vana yang terlalu berharap kepadanya. Dia sama sekali tidak pernah merespond setiap sikap Vana yang menunjukkan bahwa perempuan itu memiliki perasaan khusus padanya. Sekarang Alva bingung, apa mungkin dia juga akan melukai perempuan lain jika hatinya ini tetap belum bisa menerima kehadiran seseorang? Karena yang ia lakukan ini hanya mencoba, apakah hatinya sudah tidak bisa dibuka lagi atau masih ada celah? Tapi sampai saat ini sampai dia mempunyai seorang kekasih pun tetap saja hatinya tidak ada untuk perempuan itu.

Saat otaknya sedang berputar dengan keadaannya saat ini, tiba-tiba seseorang memanggilnya dari arah lapangan basket sebelah barat. Alva hanya tersenyum tipis menanggapi panggilan itu. "Kamu kenapa sih malah main basket. Ini bukan waktunya Al, tuh kelas kamu udah ada guru yang masuk" ucap seorang perempuan yang tadi memanggilnya.

"Hmm. Lagi males" gumaman dan jawaban singkatnya ditangkap aneh oleh perempuan yang sejak tadi memperhatikan raut wajah Alva.

"Kenapa sih? Ada masalah?" tanya perempuan itu dengan kening mengkerut heran.

"Gakpapa. Cuma banyak pikiran aja. Kamu ngapain disini? Kelas kamu gak ada guru gitu?" tanya Alva yang sudah duduk di tribun depan berdampingan dengan perempuan itu.

"Gak ada, sekarang kelas IPS yang pelajaran ekonomi lagi pada kosong, gurunya lagi MGMP" jawab perempuan itu sambil memandangi ujung sepatunya yang ia goyang-goyangkan.

"Ohh"

"Eh Al, ntar bisa gak anterin nengok Vana?"

Deg. Jatungnya berdetak cukup keras. Baru saja Alva memikirkan tentang perempuan itu, dan sekarang kekasihnya sendiri memintanya untuk mengantarnya ke rumah Vana. Alva tidak yakin apa dia akan biasa saja atau tambah merasakan perasaan bersalah yang teramat dalam.

"Ehmm.. Kayaknya gak bisa deh. Soalnya aku ada latihan basket" tolaknya sehalus mungkin karena Alva tidak ingin sampai kekasihnya itu curiga.

"Aah yaudah deh aku pergi bareng temen aja" ucap perempuan itu mengalah.

Bukannya Alva tak berniat untuk menengok Vana, tapi Alva takut Vana akan tambah berharap lebih lagi.

✧ ✧ ✧

Alva memejamkan matanya erat karena banyaknya pikiran saat ini, Alva menjadi sedikit sakit kepala. "Buuuuuu....." teriaknya saat kepalanya semakin berdenyut sakit.

"Iyaaa Al. Kenapa?" teriak seseorang yang dipanggil Alva dengan Ibu tersebut.

Beberapa saat tidak terdengar suara apapun. Saat seseorang membuka pintu kamarnya, Alva melihat Mamanya melongokkan kepala dari pintu tersebut. "Kamu kenapa sayang?" tanya Mamanya dengan berjalan menghampiri Alva yang sudah menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur.

"Gakpapa bu Rani aja" ucapnya dengan mengacuhkan Mamanya sendiri. Dia bersikap seperti ini bukannya tanpa alasan tetapi ada suatu hal yang belum bisa Alva terima.

"Bu Rani lagi sibuk. Mama aja ya yang ngambilin sesuatu buat kamu. Kamu mau apa?" bujuk Mamanya dengan nada halus.

"Gak usah" dengan segera meninggalkan kamarnya untuk menghampiri Bu Rani. Sesaat Alva sudah menuruni anak tangga untuk menghampiri bu Rani di dapur. Ya memang Alva melihat bahwa bu Rani sedang sibuk berkutat dengan masakannya. "Buu.." panggilnya dengan memegangi kepalanya.

"Kenapa? Kan ada mama Al, ibu gak enak kalau kamu terus-terusan menghindar dari mamamu" ucap bu Rani yang sedang mengiris bawang merah dengan lihai.

"Alva sakit kepala bu" Keluhnya saat sudah mendudukan dirinya di kursi meja makan. Bu Rani akhirnya menengok ke arahnya dan memperhatikannya. "Minum obat nih" titah bu Rani dengan menyodorkan dua butir obat. Setelah menerima obat tersebut Alva segera mengambil segelas air putih dan menelan obatnya. "Yaudah istirahat gih" lanjut bu Rani yang sekarang sudah berkutat kembali dengan masakannya.

✧ ✧ ✧

Tbc
.
.
.
Minta sarannya..

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 25, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

JARAKWhere stories live. Discover now