Kapan berlalu?

209 5 2
                                    

Semuanya berlalu
Sebagaimana waktu terus bergulir tak kenal malu
Siang menjemput malam
Malam menjemput fajar
Fajar menyuguhkan ketenangan dalam keriuhan kokokan ayam

Semuanya berlalu
Bulan penuh, lalu separuh penuh
Menghilang, untuk kemudian menyabit
Langit penuh gemintang
Untuk lalu menghitam sendirian
Hanya ada segurat penuh awan
Menjelmakan langit mendung menawan

Semuanya berlalu..
Tak terkecuali aku dan kamu
Entah aku yang menyudahimu
Atau dirimu yang tak lagi memerlukanku
Kita tenggelam dalam kubangan rindu
Terlalu dalam
Hingga tak lagi kita bisa membedakan
Apakah ini rindu sungguhan
Atau justru sedang menjamu bosan

Semuanya berlalu
Termasuk seluruh apa yang pernah kita ramu
Cita yang kita peluk
Rindu yang setiap malam kita cumbu
Tangisku yang lalu redup
Kau ganti dengan sekuncup kecup
Cinta yang pernah kita rajut
Pula tatapan rembulan yang cemburu
Pada kita yang saling tertawa merayu

Semua itu berlalu..
Tetapi, di samping yang berlalu
Sebenarnya ada hal lainnya yang sedang dimulai

Seperti pagi yang selalu datang tepat waktu
Fajar yang tak pernah kujemput
Senja yang menawan tak pernah luput
Lalu malam-malam panjang yang kulalui dengan sejuta rutuk
Dengan mimpi-mimpi penuh emosi
Dengan pikir yang selalunya tetiba saja berbelok ke arahmu
Mengembalikan seluruh asa kelabu

Meski hari selalu berganti
Semburat oranye di penghujung fajar tak pernah bosan menjemput pagi
Sebentuk aktifitas oleh warga bumi
Semuanya berlalu namun tetap masih di sini..
Waktu-waktu yang tak pernah sama
Namun dengan segelintir hal yang sama
Termasuk rasaku padamu
Terus sama

Sebagaimana waktu berlalu
Rasa penasaran pun menghantuiku

Kapan...

Kapan rasaku padamu akan berlalu?
Kapan rasa ini akan pergi meninggalkan kerangka hati?
Kapan rasaku ini tidak lagi menjadi rasa yang sama, layaknya pagi ini?

Sekumpulan Sajak yang BerkisahWhere stories live. Discover now