6. The Stolen Kiss

20.3K 2.4K 56
                                    

Mutia duduk di depan kameranya, pencahayaan telah ditata sedemikian rupa untuk meningkatkan kualitas gambar video yang akan diunggah melalui saluran Youtube miliknya. Wajah telah terpoles make up lengkap, kecuali bibirnya yang masih polos.

Melambaikan tangan ke kamera dia mulai menyapa pelanggannya, “Hai, semangat pagi! Bertemu lagi dengan aku di sini. Pada kesempatan kali ini aku pengen buat ‘first impression’ produk bibir yang baru banget aku dapet.” Mutia menunjukkan sebuah kotak kardus kecil yang di dalamnya terdapat beberapa macam produk, setelah mendekatkan benda-benda tersebut ke kamera wanita itu melanjutkan, “Claim produk ini adalah ‘warna bibir tetap sempurna hingga Anda memutuskan untuk menghapusnya. Smudge proof, water proof, oil proof, kissproof, long lasting, and non drying formula’. Sepertinya sangat menjanjikan.” Wajahnya bersemangat sebelum akhirnya dia mencoba rangkaian produk di depan kamera.

“Aku udah selesai pakai produknya, aku juga suka warnanya.” Bibir Mutia kini sudah berlapis warna mauve pink yang tidak terlalu mencolok, “Akan aku pakai produk ini, nanti aku akan bikin update  gimana performa produk ini seharian nanti. Sekarang aku pergi dulu ya!” Mutia kembali melambaikan tangan sebelum meraih controller kamera lalu mematikan peralatan di hadapannya.

Hari ini Mutia ada janji bertemu dengan Linda. Calon mertuanya itu ingin mengajaknya ke salah satu desainer kebaya langganannya untuk memesan kebaya yang akan digunakan pada resepsi pernikahan Mutia dan Enoch satu bulan lagi.Tanggal pernikahan telah ditentukan ketika lamaran dulu, yaitu dua bulan setelah lamaran. Jika dihitung maka pernikahan mereka akan terjadi kurang dari enam bulan Enoch dan Mutia pertama bertemu.

Sebenarnya kedua calon pengantin tak ingin terburu-buru, tapi penentuan tanggal adalah keputusan keluarga besar, keluarga Mutia lebih tepatnya. Hal ini karena salah satu adik sepupu Mutia sudah menentukan jauh-jauh hari akan menikah tahun depan dan keluarga besar tidak terlalu suka jika ada dua pernikahan dalam tahun yang sama. Sementara itu Ayah Mutia tidak ingin anaknya berlama-lama dengan status tunangan anaknya. Jadi daripada menunggu lebih dari satu tahun, diputuskan untuk menikahkan mereka segera.

##

“Hai!” ujar Mutia bersemangat ketika Enoch membukakan pintu apartemennya. “Titipan Mami.” Wanita itu langsung menyerahkan sebuah kantong berisi toples plastik yang di dalamnya terdapat rempeyek teri buatan Linda.

“Makasih, tadi Mami udah kasih kabar,” Enoch membuka pintu apartemennya lebih lebar. “Mau masuk dulu?”

Mutia melangkahkan kakinya ke dalam apartemen Enoch yang, dan seperti Crunch and Hunch, hanya berisi perabotan yang dibutuhkan dengan penataan yang sederhana, tanpa hiasan.

“Kamu tipe orang yang praktis untuk urusan desain ya?” sebenarnya itu bukan kalimat tanya, lebih seperti pernyataan.

“Yang penting bagiku adalah bersih,” Enoch berjalan menuju dapur, meletakkan kantong yang baru saja diserahkan Mutia di meja, sebelum membuka kulkas.

“Sepertinya setelah aku pindah ke sini, aku masih bisa menggunakan barang-barang lama di apartemenku untuk keperluam dekoratif.” Muti menjatuhkan dirinya di bean bag yang diposisikan berhadapan dengan home theatre, matanya masih mengitari ruangan, membuat catatan di kepala tentang apa saja yang bisa ditambahkan untuk membuat ruangan ini lebih hidup.

“Mau kopi dingin?” Enoch menunjukkan sebuah botol berisi kopi cold brew buatannya ke Mutia, pria itu ingat jika Mutia lebih menikmati kopi dalam keadaan dingin daripada panas.

Mutia memilih keluar ke balkon sementara Enoch mempersiapkan minuman untuk mereka berdua. Dari sekian banyak menu dari cafenya, Enoch bertanggungjawab untuk urusan minuman, terutama kopi, dia sampai menyempatkan diri kursus barista.

Kepingan Hati #ODOC_theWWGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang