Part 4

77.7K 3.9K 43
                                    

Trey :

Kayna menghambur masuk keruang kerjaku dengan langkah-langkah lebar.

Dengan langkah pelan aku mengikutinya dari belakang. “Trey,….kenapa Livia sampai bisa punya keinginan yang aneh-aneh begitu?” semburnya begitu aku menutup pintu ruang kerjaku rapat dari dalam “Apa yang kamu suntikkan dibenak-nya sampai dia punya pikiran yang tidak realistis begitu”

“Kay” seruku pelan sambil mengambil tempat disofa duduk lebar yang ada didalam ruangan itu “Sumpah, aku sendiri tak menyangka kalau Via sampai meminta syarat segala untuk membuktikan kau adalah ibunya”

“Aaaaaarrrrrgggghhhh….” Kayna berteriak marah sambil menghentakkan kakinya kelantai, reaksi marahnya apabila tak berhasil menemukan sesuatu untuk ditendangnya.

Aku menghela nafas pelan sambil memejamkan mata. Sangat sulit bagi Kayna untuk membuktikan bahwa dia ibu kandung Livia sekarang. Karena barang bukti yang dipinta oleh Livia sudah lama musnah. Aku sangat ingat dengan apa yang terjadi pada gaun pengantin Kayna. Gaun itu telah lama disingkirkannya jauh-jauh karena kerusakan yang tak dapat diperbaiki lagi. Semuanya gara-gara kue tart pengantin itu.

Kayna :

Kalau tau akan seperti ini jadinya aku pasti akan menyimpan baik-baik gaun pengantin sialan itu. Tapi dulu saat aku dan Trey melakukan perang kue tart sehabis resepsi pernikahan hal itu tentu saja tak pernah terpikirkan olehku.

Memangnya saat itu aku telah berpikir akan punya anak apa? Livia…sama sekali tak pernah hadir dalam benakku, tidak sampai sebelum dia benar-benar besar seperti sekarang.

“satu-satunya kenangan seru dari pesta pernikahan kita malah membawa bencana sekarang” gumam Trey datar.

Yeah…aku juga menganggap perang kue itu pengalaman paling menarik sepanjang resepsi pernikahan kami dulu. Perang kue yang kuawali begitu kami masuk keruang tunggu bersama kue tart besar itu. Perang seru yang nyaris membuat keluarga kedua belah pihak ikut terlibat didalamnya penuh keceriaan. Perang yang mengotori nyaris semua dinding ruangan, jas Trey dan Gaunku

“OOOOhhhhhh…” keluhku putus asa “Aku merasa bagai duduk diatas bom waktu, yang siap meledak sekarang”

Kudengar Trey menghela nafas berat “Aku akan membujuk Livia untuk melupakan permintaannya” katanya pelan , sama tertekannya seakan-akan sedang diminta menjadi juru bicara perdamaian disaat perang dunia ke tiga siap meledak.

Aku menoleh menatapnya dan menyadari kalau ucapannya itu tak bisa menjamin penerimaan Livia kepadaku. Wajahnya terlihat bagai sedang memikirkan sesuatu dengan serius, tenang dan tak dapat dibaca.

“Kay..” panggilnya pelan sama sekali tanpa menoleh kepadaku “Di Paris gaun seperti apa yang kau rancang?”

Aku menatapnya bingung. Memangnya dia mulai peduli dengan apa yang kulakukan selama di Paris!

“Kuharap kau bisa kembali membuat gaun yang sama seperti yang kau pakai dulu”

“Oh..” aku berseru takjub.

“Saat ini, tampaknya itu satu-satunya cara”

Aku mengangguk pelan, “Tapi itu akan makan waktu yang lumayan lama”

“Bilang saja pada Livia, kalau pakaiannya kau bawa ke Paris jadi butuh waktu untuk mengirimkannya kesini”

Aku mengangguk “Baiklah, aku akan mengurus semuanya”

“Kerjakan pakaian itu disini saja, Livia tak pernah datang kesini”

Aku mengangguk setuju, dan kami kembali saling berdiam diri untuk waktu yang lumayan lama. Kemudian aku memutuskan untuk menanyakan sesuatu yang mengganggu benakku sejak aku kembali kesini. “Trey” panggilku ragu.

Playboy Monarki The Series - MermaidiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang