Trey :
Melegakan melihat Kay pulih dengan cepat usai kehilangan bayi kami.
Dia terlihat lebih tegar sekarang. Mungkin itu karena usianya tidak lagi semuda dulu…atau mungkin karena dia tidak sendirian menghadapi semuanya ini. Ada aku dan Livia…juga keluarga kami yang lain.
Saat ini dia lebih menyibukkan diri dengan membantu segala persiapan pernikahan Trudy dan Rida….dia sering kali begadang sampai malam demi menyelesaikan detail gaun resepsi untuk calon kakak iparku itu. Aku sudah melihat sendiri hasil karyanya itu…dan menurutku dia benar-benar berbakat sebagai seorang desainer…gaun yang dibuatnya untuk rida benar-benar terlihat elegan dan mewah, saat Rida melihat untuk pertama kalinya gaun itu dia sampai terperangah kaget karena tak percaya akan memakai gaun secantik itu, reaksinya itu rupanya sangat menyenangkan bagi Kayna.
Karena aku masih dalam masa cuti kantor aku bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk keluarga kecil kami. Kalau aku ditanyai kapan masa-masa terindah dalam hidupku mungkin akan kujawab kalau sekaranglah masanya.
Aku bahagia dengan semua yang kulakukan untuk keluargaku.
Betapa rutinitas mengantar Livia jadi lebih terasa menyenangkan sejak Kay ikut menemaniku, atau bagaimana menghabiskan waktu sebelum tidur dengan perbincangan ringan diatas tempat tidur bisa membuatku sebahagia sekarang....aku benar-benar tidak mengetahui alasan yang masuk diakal untuk hal-hal sepele namun sangat berarti bagiku itu.
Apa itu karena maut sudah berdiri dihadapanku sampai semuanya terasa indah sekali dimataku.
Kenapa semua hal-hal indah baru dimulai ketika aku tau kapan saja waktu bisa merenggutku dari kebahagian ini.
Dadaku sesak setiap kali harus membayangkan hal ini diantara semua canda tawa bersama Kayna dan Livia.
Waktu....
Kumohon....berpihaklah padaku.
Sepasang tangan menutup kedua mataku yang tengah memandangi taman belakang dirumah orangtuaku yang bergaya mediterania, kegelapan membuatku membayangkan mungkin seperti itulah rasanya mati.
Tapi aroma apel merah yang berputar-putar disekitarku membuatku menyadari kalau kematian mungkin tidak akan datang secepat itu....tidak disaat ini.
"Lady Gaga berhentilah menggangguku" kataku sambil tersenyum sekilas.
"Lady Gaga!" ulangnya "Apa penampilanku sekontroversi itu dimatamu?" dia bertanya dengan suara serius.
"Jujur saja memang iya" kataku sambil mengingat ingat pakaian apa yang dipakainya tadi saat kami mengantar via kesekolah....gaun merah yang membalut tubuhnya dengan ketat, yang membuatku harus berkali-kali menelan ludah sambil garuk-garuk kepala saat melihat sepasang kaki mulus dan jenjangnya dihadapanku, benar-benar persis kayak pria paling hidung belang sedunia.
Dia melepaskan tangannya yang menutupi wajahku, aku menoleh kearahnya sambil tersenyum....masih memakai gaun merah yang sama rupanya.
"Aku hanya menyesuaikan warnanya dengan aroma parfum yang kupakai" dia mencoba memberi penjelasan padaku "Aku suka sekali dengan parfum yang kau hadiahkan untukku" katanya sambil tersenyum hangat.
Aku balas tersenyum padanya, menyadari kalau dia masih belum paham juga makna dibalik hadiah-hadiahku itu....ini adalah hari kedelapan menjelang ulang tahunnya...dan aku sudah berniat untuk memberikan kado-kado itu satu persatu sampai hari ultahnya tiba dan aku bisa memberikan padanya kado paling spesial dari semua kado yang telah kusiapkan untuknya.
"Kau sengaja memakainya supaya aku bisa berimajinasi dengan pikiran terliarku bahwa kau apel merah paling ranum yang membuatku jadi ingin menggigitmu...iya kan?".
KAMU SEDANG MEMBACA
Playboy Monarki The Series - Mermaidia
RomanceUntuk sebuah alasan yang dirahasiakan Treyvian meminta istri yang telah delapan tahun meninggalkannya kembali ke Indonesia untuk bercerai. Meski bingung Kayna mengikuti kemauan Trey itu. Tapi rasa kasih sayang terhadap satu-satunya anak yang mereka...