11: Kehamilan Bulan Ke-Enam (1)

7.8K 495 34
                                    

Bayi mulai menanggapi suara dengan bergerak atau meningkatkan denyut nadi, bayi akan memberikan gerakan menyentak jika mengalami cegukan.

Ukuran bayi pada usia ini sekitar 30 cm dan beratnya 0,9 – 1 kg.


Ivan menghela nafas berat untuk yang kesekian kalinya. Tangannya membolak-balik halaman buku sejarah. Matanya hanya melihat sekilas-sekilas, begitu juga dengan otak yang memprosesnya. Mulutnya menguap perlahan, mengantuk karena bosan.

"Kalo lo begitu terus, besok mau jawab apa pas ujian." Kata Manda yang asik merajut sweater untuk Baby.

"Sumpah, gue ngantuk banget kalo harus baca sejarah. Buat apa coba ngomongin masa lalu. Sekarang ini jamannya move on!"

"Move on itu kalo lo punya masa lalu nggak penting yang masih lo pikir penting. Kalo sejarah Negara ini, ya penting lah. Lo bisa tahu apa yang mendasari Negara kita jadi seperti ini dan apa yang harus kita pertahanin. Lo waktu upacara 17 agustus pasti cuman ngobrol di belakang."

Ivan mendecak, "Lo ngomong kayak ahli aja. Ajarin gue kalau gitu. Cerita kek isi buku gue ini apaan."

"Ogah. Paling nanti lo tinggal tidur." Manda berfikir sebentar, "Tapi gue bisa bantu lo pake cara lain."

"Apaan? Lo mau bikini gue contekan yang jaya pas masa lo dulu?"

Manda tersenyum lebar kemudian mencubit lengan Ivan keras sampai cowok itu melompat menjauh.

"Lo apa-apaan sih? Sakit tahu!"

"Lo masih ngantuk nggak? Enggak kan? Jadi gue bakalan cubit lo kalau lo keliatan mau tidur."

"Apaan sih! Ogah gue. Bisa-bisa gue besok bukannya ke sekolah buat ujian semester tapi masuk rumah sakit gara-gara penganiyayaan lo!"

Manda terkekeh, "Atau lo mau gue tusuk nih pake jarum rajut gue?"

Ivan buru-buru mengambil buku sejarahnya "Gue nggak mau jadi korban KDRT lo!"

"Tenang aja, nanti gue bakalan liatin lo di kamar. Kalo lo ketiduran pas belajar, gue bakalan bangunin kok." Kata Manda dengan senyum sadis yang manis.

Ivan langsung berlari meninggalkan Manda menuju kamarnya. Dia tidak lupa menguncinya. Manda terkikik geli. Sumpah, harinya tidak akan pernah bosan kalau sama Ivan.

------

Ivan menghela nafas lega setelah bel tanda berakhirnya ujian berbunyi. Dia segera keluar kelas, tidak tahan kalau melihat ruangan kelas yang disulap menjadi ruang ujian dengan meja yang lebih sedikit dari biasanya. Dia merenggangkan otot-ototnya yang ikut tegang selama ujian.

"Gimana ujian lo?" Tanya Budi yang baru keluar dari ruangan ujian. Meski mereka tidak sekelas, ujian kali ini mereka satu ruangan. Sistem acak dilakukan supaya tidak ada koordinasi antar teman sekelas.

"Nggak tahu. Pasrah aja." Jawab Ivan.

Dion yang mendengar jawaban Ivan mendecih, "Pasrah tapi dapat nilai bagus terus. Lo kenapa bisa gitu sih Van? Perasaan lo main juga bareng kita. Lo bahkan nggak ada yang marahin suruh belajar."

Ivan tersenyum sombong, "Soalnya gue jenius." Katanya sambil menaik-naikkan alis.

Budi dan Dion bersamaan menendang pantat Ivan sampai cowok itu maju beberapa langkah.

"Woy! Sirik juga nggak gini juga kali!" Protes Ivan yang pantatnya sekarang ada dua cap sepatu.

"Gue do'ain nggak ada cewek yang naksir lo!"

"Lo jomblo seumur hidup!"

"Gue di sini yang teraniyaya, do'a kalian nggak akan manjur!"

Budi tiba-tiba tertawa, "Iya ya, lo kan yang diputusin Kak Monik."

Ivan and The Pregnant WomanWhere stories live. Discover now