ENAM

15.3K 679 37
                                    

      Angin malam mendesingkan gemuruh nya yang lirih.Kilatan kecil berkejaran di atas kepekatan langit yang menggulita.Sisa hujan tadi siang sepertinya masih belum usai.Rintikan kecil nya kini terdengar riuh di atas langit langit rumah.Malam memang sudah merayap.Jarum kecil yang bergerak di tengah nya  sekarang tepat mengarah di angka sembilan.Lukas berjalan di belakang tubuh Ibra yang memandu,menaiki anak tangga kemudian berhenti di sebuah kamar yang cukup membuat Lukas menatap nya terdiam.

Sebuah pintu kamar yang terlihat cukup nyentrik.Ada banyak stiker dan deretan kalimat bernada rasis terlihat hampir memenuhi wajah pintu kamar.

"Ini kamarku,silahkan masuk!"
Terdengar ajakan Ibra yang sempat membuat Lukas sedikit terperanjat.

"Kau menyukai nya?kau menatap sangat serius sekali,maaf dengan tulisan yang seperti sampah itu!"
Ibra tertawa receh saat mengatakan itu.Karena ia tahu jika mata Lukas ternyata tergoda dengan sederet kalimat kalimat antitesis itu.Ia terpana bak pemandangan indah di depan nya.

"Maaf  jika kalimat yang kau lihat terlalu kasar,tapi aku tidak seperti itu.Aku orang yang anti radikalisme.Kau tenang saja."
Senyum menyungging terpancar dari sudut bibir Ibra.Ada barisan gigi putih yang terlihat.Senyum kecil itu mengurai manis persis di depan wajah Lukas.Ibra membuka knop pintu perlahan.Membuat ruangan bernuansa gothic menguar dengan jelas.Hampir di seluruh dinding kamar di penuhi corak merah dan biru tua.Ada banyak sekali poster musik beraliran cadas.Nampak Axl roses memamerkan setengah badan nya yang telanjang.Vokalis Gun n roses itu sangat terlihat gahar dengan gitar kebanggaan nya.

"Mungkin kamar ini tak serapi kamar mu,tapi aku bisa menjamin kau akan merasa nyaman.Oh ya kau bisa ambil selimut tebal di lemari itu,ku rasa malam ini akan turun hujan deras."
Ibra sudah duduk tenang di atas tempat tidur nya.

"Ku pikir sebelumnya kamarmu tak akan serapi ini,kesan pertamaku adalah kamar berantakan dengan seprei dan barang barang yang tak pada tempat nya. Ternyata aku salah,kau pria yang menarik.Bagiku itu tidak buruk."
Tiba tiba kilatan seperti api menyambar cepat,menyusul gemuruh yang menggelegar.Reflek, Lukas melempar tubuh nya dimana Ibra sedang terdiam nyaman.Ia membuat Ibra terkesiap.Wajah Lukas tak bisa menyembunyikan ketakutan.Terlalu lucu,sampai membuat Ibra tertawa kecil.

"Kau takut petir!!?"
Ibra menelanjangi mimik Lukas yang bagi nya sangat lucu.Ibra belum bisa meninggalkan senyum nya saat harus menatap Lukas dengan wajah seperti itu.

"Tidak! Aku hanya merasa kaget saja.Aku tidak menyukai suara itu.Sangat mengganggu di telinga."
Lukas memaksa wajah nya mengelak.Namun tetap saja ia tak pandai mengubah ekspresi diri.Sebagai bukti,Ibra menatap dengan dua alis mata terangkat ke atas.

"Sini kau duduk di sampingku,barangkali bisa mengurangi rasa ketakutan mu."
Ibra menepuk nepuk pelan tempat tidur nya yang empuk.Lukas patuh.Ia agak sedikit ragu melakukan itu.Lukas memeluk selimut di tubuh nya seraya terduduk tenang di samping Ibra.Sedikit kikuk ia akui.Mata Lukas tak banyak gerakan,ia benar benar sangat gugup dan berusaha membuat diri nya setenang mungkin.

"Benar kan,hujan turun deras sekali.Aku tak menyangka malam ini sekamar dengan orang yang baru ku kenal tadi siang.Orang yang baru beberapa jam yang lalu aku anggap teman.Aku hanya berfikir,aku harus bisa berteman dengan mu.Karena menurut ku aku harus punya teman sepertimu.Kau menyenangkan.Buktinya kau bisa membuatku tertawa.Ibuku juga sepertinya menyukaimu."

"Ibra,boleh aku bertanya sesuatu padamu?"

"Silahkan!"

"Tapi maaf sebelumnya jika pertanyaan ku ini terkesan tidak sopan.Aku juga tidak memaksamu untuk menjawab jika kau rasa itu tidak perlu."

ONE and ONLYWhere stories live. Discover now