EPILOG [ Bonus Part ]

11.2K 471 117
                                    

♥  Author notes :  Vote and coment BELOW!

♥  Karena banyaknya permintaan, maka Author  ngasih BONUS part untuk kalian.

♥  Enjoy ya....




__________________


          Hari-hari Lukas berlalu sepi. Tak ada lagi seseorang yang membuatnya tersenyum seperti dulu. Gairah hidup Lukas telah mati. Keadaan itu membuatnya begitu menyedihkan. Sekarang Lukas banyak menyimpan diam. Secerca harapan hidupnya pudar. Di temani kesepian hati, tak pelak membuat keadaan-nya berubah drastis. Tak pernah lagi ada senyum yang terhias di wajahnya. Keseharian yang di lalui terasa hampa. Sudah hampir sebulan Lukas menyimpan penderitaan batin-nya. Seperti sekarang ini. Ia terbaring lemah di kamarnya. Mengumbar matanya yang kosong tak bernyawa. Wajah Lukas kusut. Derita yang menempa, membuat tulang wajahnya semakin tirus. Beban itu teramat berat. Bekas lusuh wajahnya karena tangis menjadi daya pertahanan dirinya yang kian tipis. Lukas memikirkan Ibra. Tak ada menit yang berjalan tanpa menyematkan nama itu di dalam pikiran-nya. Air mata rasanya mengering. Terlampau sering Lukas membuangnya. Kegalauan itu membuatnya lemah.

" Kau tak kuliah lagi.."

Sebuah seruan membuat mata Lukas merangkak ke arah suara. Jonas memberi tatapan tenang. Ia berjalan ke arah Lukas yang terbaring malas. Kemudian Jonas duduk di sampingnya. Menarik ujung matanya memperhatikan wajah Lukas yang tersembunyi. Lukas tak memberikan suara. Ia peluk bantal dan menikmati kehangatan. Lukas mencoba menampak-kan wajahnya sekedar melihat keadaan Jonas yang sekarang berada di samping dirinya.

" Kau berangkat sendiri saja hari ini, aku rasanya sedang tidak enak badan. Kepalaku sedikit pusing"

Lukas berseru pelan. Jonas membaringkan tubuhnya sejajar dengan-nya. Lukas sedikit kaget. Jonas hanya memberikan senyum ringan. Dua pria itu sekarang terlentang dengan masing-masing mata yang menengadah langit-langit kamar. Apa yang mereka lihat cukup mereka saja yang mengerti. Pandang mata keduanya sangat kuat. Satu objek di atas sana menjadi sasaran dua mata yang berbeda. Mereka seolah diam. Nafas kecil yang mereka miliki adalah rasa yang mereka bayangkan. Hembusan itu terdengar sangat lirih.

" Kalau kau tak berangkat. Aku sama. Aku juga tak ingin kuliah hari ini"

Jonas miringkan kepalanya memperhatikan wajah Lukas dari sisi. Jonas menerima sambutan tatapan Lukas yang menyelidik.

" Kau kenapa, sakit?"

Lukas berkata seraya memeriksa kening Jonas dengan ujung tangan-nya. Suhu tubuhnya normal. Tidak panas. Kulit dahi Lukas mengerut. Senyum Jonas justru membuat Lukas tak mampu berfikir secara rasio. Jonas memberi sebuah senyuman yang memiliki arti lain. Wajah Lukas tetap saja gamang.

" Aku tidak apa-apa Lukas. Aku tidak sakit. Aku hanya malas jika harus kuliah tanpa kamu. Tidak ada yang bisa mengajak-ku ngbrol. Walau kenyataan-nya kau terlalu sering menatap bangku kosong di belakang tanpa berbicara padaku. Ibra belum sembuh, aku tahu kau selalu menarik matamu ke arah sana. Hmm..jadi apa hari ini kita membolos berdua? Kau mengajariku yang tidak baik".

Jonas mengurai tawa renyah. Lukas memukul kecil kepalanya. Ada garis senyum. Walau terlihat sangat tipis, namun dalam penglihatan Jonas, itu adalah harapan yang terbesar bisa menikmati Lukas terbangun dalam dunianya. Terlalu lama senyum itu tersimpan. Sejak guncangan batin yang ia alami, Lukas lebih sering bermuram durja. Menyembunyikan keindahan senyum yang pernah ia miliki. Perasaan yang mati dalam raga yang hidup. Jonas tak kuasa senantiasa membagi wajah cerianya. Mendalami mimik Lukas yang baginya adalah suatu berkah.

" Sudah lama sekali aku tak melihatmu tersenyum. Sekarang aku dapat menikmati senyum itu lagi. Aku tahu kau mengalami tekanan batin yang begitu besar. Melihat hampir setiap hari yang kau lalui hanya melamun dan menangis. Aku seperti kehilangan akal bagaimana membuatmu seperti dulu. Sedang Ibra masih dalam penanganan psikologisnya. Sekarang harapanku terkabul. Kau meruntuhkan bangunan kokoh yang kau bangun sendiri dalam batin-mu. Lukas, tolong jangan biarkan senyum itu menghilang dari wajahmu. Karena aku tak bisa mengembalikan hidup yang kau impikan. Kau memiliki hati Ibra jauh dari yang ku kira. Kau sangat mencintainya kan, aku tahu tanpa kau harus mengatakan sesuatu padaku"

ONE and ONLYWhere stories live. Discover now